Minggu malam kemarin, saya menyempatkan diri untuk menonton film "Galaxy" yang dirilis Agustus tahun lalu. Meski terlambat, saya penasaran dengan film adaptasi dari novel karangan Poppi Pertiwi ini. Saya sendiri belum pernah membaca novelnya sama sekali, namun beberapa orang di sekitar saya menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara versi film dan novelnya. Maka dari itu, mari kita bahas pengalaman menonton "Galaxy". Oh iya, bagi kalian yang ingin menonton silahkan nonton di Netflix ya!
Review Non-SpoilerÂ
Secara garis besar, film ini memaparkan perjalanan penuh lika-liku sang tokoh utama, Galaksi, dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Fokus cerita terletak pada upayanya mendekati Kejora, seorang gadis yang bercita-cita menjadi anggota paskibra. Meski perjalanan cintanya dengan Kejora tampak mulus, Galaksi tidak luput dari konflik-konflik lain, seperti pertikaian antara gengnya, Ravispa, dengan geng Avegar, serta masalah kompleks dengan ayahnya. Film "Galaksi" mengajak kita untuk merenungi keberanian, cinta, dan konflik-konflik hidup yang dialami oleh sang tokoh utama.
Film Galaksi memiliki visual menarik yang mampu menangkap mood dan karakter dengan baik. Warna-warna cerah digunakan dalam film ini untuk menciptakan suasana bahagia dan romantis antara Kejora dan Galaksi. Konflik dan ketegangan antara Ravispa dan geng Avegar, serta antara Galaksi dan ayahnya, juga digambarkan dalam film melalui penggunaan warna-warna gelap.Â
Salah satu shoot yang paling saya suka secara visual di film ini adalah saat Galaksi membawa Kejora ke lokasi tersembunyi di dalam hutan. Mereka berdua melihat bintang-bintang yang bersinar di langit. Â Adegan ini menunjukkan munculnya perasaan Galaksi terhadap Kejora, menjadikannya adegan yang romantis sekaligus lucu karena Kejora begitu kesal dengan Galaksi. Setelah membahas review non-spoilernya saatnya kita masuk ke review yang berisi spoiler dalam filmnya. Bagi kalian yang belum nonton, silahkan baca sampai disini saja ya. Akan tetapi, jika kalian tidak masalah terkena spoiler lanjut baca saja.
Review Spoiler
Alur cerita dari film ini menggunakan alur maju yang sederhana, namun dengan konflik yang cukup kompleks. Film dimulai dengan memperkenalkan tokoh utama, Galaksi, serta latar belakang kehidupannya. Penonton diberi wawasan mengenai karakter, motivasi, dan lingkungan tempat Galaksi hidup. Cerita berlanjut ketika Galaksi bertemu dengan Kejora, seorang gadis yang memiliki impian menjadi anggota paskibra. Perjuangan Galaksi untuk mendekati Kejora menjadi fokus utama, dan hubungan mereka berkembang seiring berjalannya waktu.Â
Alur cerita semakin kompleks ketika konflik antara geng Galaksi, Ravispa, dan geng Avegar mulai memanas. Tantangan ini menambah intensitas cerita dan menguji karakter Galaksi dalam menjaga hubungan baik dengan Kejora. Selain konflik geng, Galaksi juga dihadapkan pada permasalahan rumit dengan ayahnya. Dinamika hubungan keluarganya menjadi elemen penting dalam membentuk karakter Galaksi dan menggambarkan lapisan emosional dalam cerita. Alur mencapai puncaknya dalam momen klimaks, di mana Galaksi harus membuat keputusan sulit dan menghadapi konsekuensi dari setiap pilihannya. Klimaks ini menjadi titik balik yang menentukan arah cerita.Â
Secara keseluruhan, alur film ini berjalan dengan baik dan memiliki pacing yang pas, tidak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Namun, tantangan utama muncul dari fokus cerita yang agak kurang kena. Meskipun sinopsis di Netflix menonjolkan perjalanan cinta antara Galaksi dan Kejora, di film ini, kesan perjalanan cinta mereka tidak begitu mendalam. Sebaliknya, konflik emosional antara Galaksi dan ayahnya justru lebih kena di hati saya.Â
Sama halnya dengan pendapat orang-orang di sekitar saya yang telah membaca novelnya, mereka juga merasakan bahwa kisah cinta antara Galaksi dan Kejora kurang terasa. Selain itu, mereka juga merasakan perbedaan yang signifikan antara film dan novel aslinya. Beberapa perbedaan mencakup momen ketika ayah Galaksi seharusnya meninggal lebih awal dalam versi novel, namun dalam film, kematian ayahnya terjadi pada menit-menit terakhir. Selain itu, dalam cerita asli, tokoh Nyong seharusnya tidak menjadi korban serangan dari anggota geng Avegar, namun di film Nyong mengalami serangan hingga akhirnya harus dirawat di rumah sakit.
Rate Film Galaksi
Saya memberikan nilai 9,5/10 untuk film "Galaksi" karena menyajikan pengalaman menonton yang menyenangkan. Kisahnya ringan, diperkaya dengan unsur komedi dan nuansa romantis yang membuatnya sangat menghibur. Visual yang menawan juga membuat mata saya betah selama menonton.
Terdapat elemen-elemen unik yang menarik perhatian, seperti munculnya cameo Fajar Sadboy yang menjadi korban kejahilan anak-anak Ravispa. Saya juga memiliki karakter favorit dalam film ini yaitu Septihan, yang mencuri perhatian sebagai tokoh bijak di geng Ravispa. Keputusan Septihan selalu didasarkan pada persetujuan Galaksi, menunjukkan kesetiaannya pada Galaksi sebagai ketua geng. Selain itu, fakta bahwa Septihan memiliki novel sendiri menambah rasa penasaran saya, dan saya tak sabar untuk menjelajahi lebih dalam perjalanan hidupnya melalui novel tersebut.
Sekian review film Galaksi, terima kasih telah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H