Mohon tunggu...
Gede Anggha Indrawan
Gede Anggha Indrawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang tertarik di bidang penulisan. Selain itu saya juga memiliki minat pada bidang musik, film, buku dan juga game, jadi hal yang dibahas di blog ini kurang lebih seputar itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berpikir Seperti Sherlock Holmes, Emang Bisa?

29 Desember 2023   11:57 Diperbarui: 29 Desember 2023   16:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun digagas secara bersamaan, kedua metode berpikir ini merupakan sesuatu yang berbeda. Berpikir deduktif merupakan cara berpikir yang diawali dari pembuktian pernyataan yang bersifat umum yang dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan yang bersifat khusus (Agustina, 2019:4).

Sementara itu berpikir induktif menurut Qomara (2019:9), Penalaran induktif merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. 

Sederhananya, berpikir deduktif adalah cara berpikir dari petunjuk-petunjuk umum yang digunakan untuk menarik kesimpulan yang khusus. Cara berpikir deduktif juga mengatakan bahwa pentunjuk-petunjuk umum yang terbukti kebenarannya akan menghasilkan kesimpulan yang pasti benar. Sedangkan, berpikir induktif adalah cara berpikir yang cenderung menggeneralisasi. Hasil kesimpulan yang ditarik oleh cara berpikir ini juga harus dibuktikan kebenarannya. 

Pada kisah Sherlock Holmes, sang tokoh utama menggunakan cara berpikir deduktif dimana ia menarik kesimpulan dari petunjuk-petunjuk yang ia temui di TKP (Tempat Kejadian Perkara) melalui observasi. Karena itu lah Holmes dapat dengan mudah mengetahui ciri-ciri fisik sang pembunuh melalui petunjuk-petunjuk yang ada di TKP, seperti yang terjadi pada kisah "A Study in Scarlet".

Cara berpikir seperti ini sering Holmes sebut sebagai berpikir terbalik, dimana ia dihadapkan pada suatu hasil atau kejadian dan ia harus menguak penyebab dibaliknya melalui fakta-fakta yang ada di lapangan. Menurutnya cara berpikir ini adalah sesuatu yang sederhana, tapi saat berguna di bidang pekerjaannya sebagai detektif.

Selain cara berpikirnya yang unik, Holmes juga dibekali dengan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan bidang pekerjaannya, seperti pengetahuan tentang jejak, abu cerutu, racun, dan lain-lain. Pengetahuan ini diperoleh Holmes dari eksperimen dan hasil observasi yang panjang. Hasil eksperimennya ini menjadi dapat menjadi refernsi yang membantunya untuk menghasilkan kesimpulan melalui deduksi.

BAGAIMANA BERPIKIR SEPERTI SHERLOCK HOLMES DI DUNIA NYATA?

Banyak dari kita akan bertanya "Bisakah kita berpikir setajam Sherlock Holmes di dunia nyata?". Sayangnya, jawaban atas pertanyaan itu adalah tidak. Kita tidak bisa berpikir setajam Sherlock Holmes di dunia nyata, karena pada dasarnya kisah yang dihasilkan oleh Sir Arthur Conan Doyle ini adalah karya fiksi yang dibuat berdasarkan konsep berpikir di dunia nyata. Tidak ada manusia yang dapat menggambarkan suatu adegan pembunuhan dengan begitu  persis hanya dengan celingak-celinguk sebentar di TKP. Akan tetapi, kita masih bisa menerapkan konsep berpikir deduktif di dunia nyata, walaupun tidak setajam dan semahir Holmes. 

Kebanyakan dari kita melakukan proses berpikir induktif di kehidupan sehari-hari. Kita terlalu sering melakukan generalisasi akan suatu hal, padahal kebenaran akan hal tersebut belum 100% benar.

Contoh cara berpikir induktif (generalisasi) di kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

Indra jago matematika,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun