Mohon tunggu...
Angger Wiji Rahayu
Angger Wiji Rahayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bermimpi menjadi penulis. Karena dunia yang kita lihat hanyalah representasi. www.anggerwijirahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayi Laki-laki

30 Juli 2012   05:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin anak laki-laki, saya tidak ingin anak perempuan, titik.

Jarum jam dinding berdetak kencang, saat fajar mulai menyinsing. Suara-suara bebek yang terdengar nyaring rasanya tidak terdengar subuh kali ini. Aku berfikir sepertinya mereka sedang berjamaah shalat subuh dengan merapatkan barisan. Aku yakin pula para bebek ini setengah ngantuk karena subuh ini terlalu dingin untuk dilaluinya hanya untuk mengambil air wudhu.

Jelas saja, kolam yang menjadi tempat bermainnya, mengalirkan air dingin yang terendap tak mengalir. Oh ya, aku hampir lupa, para bebek ini milik tetanggaku diujung gang rumahku. Jumlahnya sekitar 200 ekor. Biasanya suaranya sangat berisik sekali apalagi ketika subuh menjelang. Kadang au berfikir, bagaimana tetanggaku yang rumahnya berdampingan dengan peternakan bebek tersebut. Apakah mereka merasa risuh ataukah sudah terbiasa?

Aku jadi ingat kisah Donal Bebek dimajalah yang sering aku baca. Bebek cerdas ini selalu memiliki ide-ide kreatif, dan tentunya selalu ditemani beberapa temannya, termasuk gadisnya yang berpita dirambutnya, tepatnya dibulunya, si Daisy.  Aku berfikir, mungkin begitulah cerita-cerita si bebek dalam ocehannya setiap hari, mereka pasti berinteraksi sedemikian rupa sehingga membuat suasana subuh seringkali berisik sekali.

Tapi tidak subuh ini, aku bebas menceritakan pada Tuhan apa yang aku inginkan. Aku bercerita mengenai pertemuanku dengan seorang perempuan muda nan cantik sore tadi. Perempuan tersebut memiliki dua orang anak. Satu laki-laki sebagai anak tertua dan satu perempuan sebagai anak kedua. Keduanya anak-anak yang manis bagiku. Jika saja aku memiliki mereka aku tentu saja mencukupkan untuk menambah anak. Rasanya sudah lengkap memiliki sepasang anak yang manis.

Usut punya usut, ternyata perempuan tersebut saat ini sedang mengandung anak ketiga. Kira-kira usia kandungannya saat ini sekitar dua bulan. Soalnya secara fisik, sang perempuan muda nan cantik ini belum terlihat tanda-tanda sedang hamil, seperti perut membesar atau badan yang sedikit sintal. Aku saja tidak mengira kalau sang perempuan nan cantik ini sedang hamil dan telah memiliki sepasang anak yang manis.

Pertemuanku awalnya perjumpaanku dengannya dimedia jejaring sosial, facebook. Aku penasaran dengannya, tentu saja karena aku punya alasan tersendiri. Pacarku bercerita mengenai kisah cinta pertamanya. Oh Tuhan, kala itu aku kalut sekali. Cinta itu ya begitu bagiku. Seperti yang pacarku ceritakan. Tapi dia tak begitu padaku. Aku merasa dunia serasa runtuh kala itu. Tak bisa aku bayangkan, aku pacarnya selama enam tahun ternyata bukanlah satu-satunya perempuan yang dicintainya.

Ternyata getaran cinta yang begitu membara bukan diawali denganku. Baiklah mungkin aku bisa mengerti, jika bukan denganku yang pertama kali getaran cinta itu. Tentu saja seharusnya getaran cinta yang membara itu saat ini untukku. Tapi mengapa aku merasa lain, getaran cinta yang membara itu masih dipendamnya untuk perempuan muda nan cantik itu. Pertemuan mereka tidak bisa dibilang singkat, karena mereka menjalani masa-masa remaja bersama.

Awalnya aku tidak ingin menemuinya ataupun mencari tahu tentang perempuan muda nan cantik ini. Namun, suatu sore aku melihat sebuah chat pacarku dan perempuan muda nan cantik yang masih terbuka dilaptop milik pacarku. Awalnya aku tidak ingin membuka dan membaca, namun aku tak kuasa menahan rasaku. Dengan sedikit keberanian yang kumiliki, aku membuka chat tersebut. Mereka membicarakan cinta mereka yang tertunda saat remaja.

Aku tertegun, mereka bilang akan saling menjaga hingga menutup mata, saling mencinta dan banyak kalimat cinta yang begitu membara. Aku tak mengatakan bahwa aku memiliki seorang cinta pertama pula. Tentu saja aku memiliki seorang cinta pertama, tapi lantas bukan berarti aku harus mencintainya hingga akhir hayat. Aku menangis, dan diam saja, tetap tertawa dan seperti tak terjadi apapun.  Sore itu, tepat dihari ultahku.

Aku mengaku sebagai pacar si Andi dihadapan perempuan muda nan cantik itu. Seketika tentu saja perempuan muda nan cantik itu tertegun. Karena awal perjumpaan kami di facebook, dimulai dengan sebuah bisnis online milikku. Kebetulan bisnis online milikku termasuk bisnis online yang memiliki kredibilitas yang baik. Aku menjual perlengkapan baby lucu-lucu. Mulai dari pakaian hingga aksesoris dan perlengkapan ibu menyusui. Kebetulan perempuan muda nan cantik ini termasuk pelangganku yang sangat menyukai hampir semua koleksiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun