'lantas apa ini semua?', aku mencercanya.
'hei.. kita harus rasional dan kamu sebenatar lagi akan menikah. Mintalah pada suamimu', katanya menyakitkanku.
'aku ingin anak laki-laki darimu mas', rengekku.
'ya, yakinlah. Anak laki-laki dariku suatu saat. Tapi tidak sekarang, karena aku lebih dari sekedar mencintaimu', katanya meyakinkanku.
Aku mengakhiri pertemuan pertama dengannya dengan pikiran berkecamuk. Kalimat-kalimat pesannya untukku sangat menyiksa. 'Datanglah padaku jika terjadi apa-apa dihidupmu, karena kamu punya pilihan'. Simpan rapat-rapat cintaku dan cintamu.
Aku tercengang dan tak kembali kala itu. Tuhan itu tujuh tahun silam. Sebelum lahir sepasang anak manis dari kedua perempuan muda nan cantik tadi. Sebelum laki-laki itu akhirnya pergi untuk selamanya satu bulan lalu. Ingin kupeluk anak laki-laki tadi. Wajahnya tak bisa menutupi wajah mas. Aku berlindung padamu Tuhan. Jangan kau biarkan matanya terus hidup.
Tuhan apakah itu impas?
'Ndi, maaf aku tidak bisa menikahimu', kataku.
'apa maksudmu Yu?'
'ada seorang perempuan muda nan cantik yang harus kau jaga dengan sepasang anak yang manis dan seonggok janin yang mengalir darahmu disana, seorang bayi laki-laki, yang mungin pernah aku idamkan'.
'Yu, bukan maksudku'.