Sepasang anaknya pula banyak menggunakan pakaian hasil rancanganku. Kala kami bertemu sepasang anaknya menggunakan koleksi summer bernuansa pink fushia dengan model draperi digaun santai sang anak perempuan, dan kaos tak berlengan untuk sang anak laki-laki. Tentu saja, mereka kelihatan matching sekali dengan balutan hasil rancanganku. Oh ya aku lupa, aku seorang perancang pakaian anak-anak. Bisnisku ini diawali karena kecintaanku dengan anak-anak yang akhirnya menyeretku untuk serius menekuni bisnis perlengkapan bayi dan fashion anak-anak.
Sang perempuan muda nan cantik tertu saja terbelak. Dia kikuk sekali setelah aku mengenalkan jati diriku yang sesungguhnya. Aku tau, di rona wajah sang perempuan ada sedikit kepanikan yang melanda. Tentu aku tau, bagaimana yang dirasakannya, karena aku mengetahui semua percakapan membara yang mereka lakukan setiap hari kerja dibelakangku.
'tante, aku mau difotoin sama tante, terus masuk majalah ya', rengek sang anak perempuan kepadaku karena dia tau bahwa aku perancang pakaiaannya.
Tentu saja, kalimat lucu itu membuyarkan ketegangan kami berdua kala itu.
'oh dear, yeah kamu cantik sekali pakai baju itu. Iya cantik, kamu besok ajak mama ke studio tante ya', ungkapku.
'mama boleh ya, asyik Bunga mau jadi model mama', kata kalimat polosnya.
Aku mengeluarkan dua pasang kaos lucu untuk anak mereka dan aku akhiri pertemuan tersebut. Tentu bukan dengan labrak melabrak, caci mencaci ataupun aku mengatakan aku mengetahui semua prilaku mereka. Aku meninggalkan alamat studioku untuk si anak perempuan cantinya. Cukup aku tau saja siapa perempuan muda nan cantik itu. Karena aku sudah selesai.
---
Aku menutup doa subuhku dengan berlinang air mata. Karena aku tak tau bagaimana aku harus melewatinya. Matanya yang sangat tajam, hadir dalam setiap hariku. Tuhan, sungguh aku tak kuasa. Aku tak kuat, jauhkan dirinya dariku. Tapi Tuhan tetap tak menjawab. Hubunganku semakin dekat saja. Rasanya tak ada yang mampu kulakukan dengan menghindari matanya. Aku ceritakan pada Tuhan, ini bukan tentang pembalasan dendam tapi tentang anak yang ingin kukandung.
'aku ingin anak laki-laki darimu mas', bisikku ditelinganya.
'tapi tak mungkin dek, apalagi kita tak mungkin untuk menikah', elaknya.