Mohon tunggu...
Angger Wiji Rahayu
Angger Wiji Rahayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bermimpi menjadi penulis. Karena dunia yang kita lihat hanyalah representasi. www.anggerwijirahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suatu Malam

20 April 2011   11:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Seorang perempuan setengah baya sekaligus seorang responden dalam Survei Industri Mikro Kecil) : Ibu menangis sendiri waktu ibu tau mereka orang-orang yang berada dapat pembagian bantuan alat perekat plastikSedangkan ibu tidak mendapat apa-apa dan menyisihkan keinginan untuk membeli baju baru untuk membelinya.

Kujabat tangan hangat yang masih berpeluh keringat. Rumahnya setengah berantakan dan kulihat ember besar-besar duduk dengan manisnya di ruang tamu. Tak segan, seorang perempuan separuh baya mempersilahkan ku duduk. Disampingku terikat dua karung berukuran 25 kg, entah apa isinya. Belum sempat ditanya, aku langsung menyerocos dan mengenalkan diri.

Kueja namaku dan ibu tersebut mengangguk-angguk. Kuungkapkan juga tujuan kedatanganku. Ibu tersebut langsung menceritakan kisahnya, tanpa aku tau ujung pangkalnya. Waktu itu malam, gelap mulai menyeruput. Hingga aku datang ke sudut sebuah gang, cukup jauh dari kosnku. Namun kupacu juga qyu-qyu pelan-pelan. Kuberanikan diri dan melawan segenap rasa takut di kegelapan. Serta melawan rasa yang tak ingin kudengar. Inilah hidup dan aku ingin menemuinya.

Kami mengobrol banyak hal, bukan saja sederet pertanyaan yang dibalut oleh metodologi kuantitatif. Rasanya ingin kutuliskan sedikit keluh kesahnya, namun dokumen tersebut tidak mampu menuangkan sedikit saja kesulitan yang ada.

Perempuan setengah baya yang kupanggil ibu tersebut, selalu melontarkan senyumnya. Dia bercerita bahwa penghasilannya berjualan sayur ditambah dengan industri mikronya membuat keripik ubi dan singkong hanya cukup untuk menyekolahkan anaknya dan cukup untuk kehidupannya. Namun dia bercerita bahwa ini sudah dari cukup dari apa yang dia inginkan.

saudara-saudara ibu masih banyak yang kekurangan, ibu merasa bersyukur punya keterampilan memasak dan menopang kehidupan perekonomian keluarga” ungkapnya.

Ungkapan rasa syukur tersebut bukan tanpa alasan. Dari penuturannya, Saudara-saudaranya hanya berpenghasilan rendah dan tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya.

ingin membantu keluarga, tapi penghasilan juga cukup pas-pas-an, sulit sekali orang kecil begini memasarkan produk“, ungkapnya.

Kenapa sulit bu?” aku memberanikan diri.

modal hanya dipercaya untuk orang berada, bantuan tidak pernah tepat sasaran, ilmu tidak dibekali. Apa yang bisa ibu lakukan

Aku tercengang, seorang perempuan dan seorang ibu mampu berkata sedemikian. Dalam ilmu ekonomi sederhana seorang ibu mengatakan mengenai keterkaitan :


  • proses produksi (production) yang berkaitan dengan modal (capital) dalam hal ini : uang(money)dan kepercayaan (trust),
  • proses distribusi (distribution), yang berkaitan dengan pemasaran (marketing), citra (brand) serta
  • proses konsumsi (consumption) yang berkaitan dengan kepuasan konsumen dan perbaikan kepuasan konsumen dengan peningkatan kapasitas (capacity building).


Aku bingung sekali harus menjawab apa. Kuladeni saja percakapan tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami. Ibu tersbeut juga menyinggung masalah kestabilan ekonomi. Menurutnya kestabilan ekonomi dapat didukung dengan stabilitas politik yang dapat dibuat oleh para eksekutif.

Dalam hati aku menjerit : sedikit sekali manusia yang ingin berbesar hati memberikan yang bukan hak

Ditulis 20 April 2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun