didesasudah terbiasa hidup dengan sederhana
karena penghasilannya yang pas pasan
kemana-mana bersepeda untuk penghematan
aku gadis kecil umurku tujuh
baru saja selesai jam sekolah
kulihat ayahku sudah menunggu
disamping sepeda kesayangannya
setiap hari kesekolah aku diantar ayah
naik sepeda kuno warnanya hitam pekat
rumahku didesa dan sekolahku dikota
aku berangkat pagi agar tak terlambat
setiap pagi aku menyusuri jalanan desa
dikanan kiriku sawah hijau terbentang
udara yang segar membuat nafasku lega
terdengar suara burung berkicau riang
hingga aku sudah duduk dibangku SMA
ayah tetap saja mengantarku pakai sepeda
sepanjang perjalanan ayahku bercerita
tentang pengalaman hidup yang dilaluinya
aku diajarkan untuk hidup sederhana
tak perlu malu kepada siapapun juga
dalam hidup janganlah berbuat hina
agar kelak bahagia bersama keluarga
waktu trus berjalan dan aku melamar kerja
hari itu aku pergi untuk test wawancara
ayah masih saja mengantarku naik sepeda
hasilnya akupun lolos dan diterima bekerja
tempat kerjaku agak jauh ditengah kota
karna itu akupun memilih naik kereta
tapi tetap saja ayah ingin mengantarku
sampai distasiun tepat didepan pintu
begitu pula pada sore harinya
ayah telah menungguku dengan setia
begitu aku turun dari kereta
kulihat ayahku sudah berada disana
aku pulang bersama ayah naik sepeda
sampai dirumah hari sudah agak gelap
tapi aku seringkali merasa tak tega
kasihan juga mendengar nafasnya megap
itulah ayahku begitu sayang pada anaknya
akupun merasa bahagia punya ayah sepertinya
tiada pernah ayah sekalipun mengeluh
meski perjalananku pulang agak jauh
hingga saatnya aku punya jabatan
aku sudah bisa membeli mobil sedan
maksud hati akan memberinya kejutan
ingin rasanya mengantar ayahku pulang
seperti biasa ayah sudah menjemputku didepan stasiun
dari jauh aku sudah melihat ayah disamping sepedanya
setelah mobil selesai kuparkir akupun segera turun
aku bergegas menuju dimana ayahku sedang berada
sesaat aku mengajaknya naik sedan dan membawanya pulang
tapi apa yang terjadi sungguh tak seperti yang kukira
ayahku menolak dan tetap ingin pulang naik sepeda
aku tak bisa memaksa dan mengikutinya dari belakang
ayah mengayuh sepeda tua itu dengan perlahan
dari dalam mobil aku menitikkan airmata haru
betapa ayahku adalah seorang yang sederhana
meski akupun sudah bisa membeli mobil baru
sesaat ingatanku terbang ke masa kecilku dulu
aku melihat seorang gadis kecil dibelakang ayahku
nampak senyum diwajahnya ketika gadis itu tertawa
Tuhan, betapa indah waktu aku sedang diboncengnya..
.oOo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H