Mohon tunggu...
Anggeli Navisa karomah
Anggeli Navisa karomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca buku dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gus Miftah Mengolok Penjual Es Teh: Sebuah Pembelajaran tentang Adab dan Etika dalam Islam

25 Desember 2024   13:30 Diperbarui: 25 Desember 2024   13:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam agama Islam, segala perbuatan sudah diatur dengan baik dan jelas dalam Alquran maupun hadits, termasuk memerhatikan adab ketika berbicara. Menjaga lidah dari ucapan yang kasar atau menyakitkan adalah salah satu adab yang sangat penting dalam Islam. Islam mengajarkan pentingnya menjaga lisan agar tidak menyakiti perasaan orang lain dan menjaga keharmonisan hubungan antar sesama. Dalam sebuah insiden yang belum lama viral di media sosial sebuah video Gus Miftah yang mengolok seorang penjual es teh. Kejadian itu terjadi saat acara shalawatan di Magelang, Jawa Tengah. 

Peristiwa ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, mengingat Gus Miftah adalah seorang ulama yang sangat berpengaruh di Indonesia. Sebagai figur yang dihormati dan seorang pendakwah, ucapan dan tindakan Gus Miftah tentunya sangat diperhatikan, baik oleh pengikutnya maupun masyarakat umum. Banyak yang mempertanyakan, apakah tindakan seperti ini pantas dilakukan oleh seorang pendakwah. Video ini memicu diskusi tentang Adab dalam berbicara. Dalam video tersebut Gus Miftah mengatakan "Es tehmu jik akeh ora? Masih? yo kono didodol g**lok." Sontak para jamaah pun tertawa. 

Islam mengajarkan bahwa setiap orang harus menjaga lisan dan bersikap hormat terhadap sesama, terutama dalam hal berbicara. Dalam hal ini, tindakan menghina atau merendahkan pekerjaan seseorang, termasuk penjual es teh yang sederhana sekalipun, bertentangan dengan ajaran Islam. Islam memandang bahwa pekerjaan yang halal dan dilakukan dengan niat baik adalah pekerjaan yang mulia, tidak peduli apakah pekerjaan itu dilakukan oleh seorang ulama atau penjual es teh.

Dalam Islam merendahkan orang lain merupakan sesuatu yang dilarang. Dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujarat ayat 11, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

Dalam Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka turut menafsirkan hal serupa terkait surah Al Hujurat ayat 11. Menurutnya, ayat tersebut berisi peringatan dan nasihat sopan santun dalam pergaulan orang-orang beriman.

Hal-hal seperti mengolok, mengejek, menghina dan merendahkan jangan sampai terjadi di kalangan orang yang beriman. Sebab, sifat ini tidak mencerminkan perilaku orang beriman.

"Sebab orang yang beriman akan selalu menilik kekurangan yang ada pada dirinya. Maka dia akan tahu kekurangan yang ada pada dirinya itu. Hanya orang yang tidak beriman jugalah yang lebih banyak melihat kekurangan orang lain dan tidak ingat akan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri." bunyi tafsir surah Al Hujurat ayat 11 yang ditafsirkan Buya Hamka.

Dan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: 

" "

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan agar seseorang yang beriman menjaga kata-katanya. Dan jika tidak dapat berbicara dengan baik atau bermanfaat, lebih baik diam. Diam bukan berarti tidak peduli, tetapi lebih sebagai upaya untuk menghindari perkataan yang tidak bermanfaat atau bahkan merusak hubungan antar sesama. 

Dari tindakan Gus Miftah yang mengolok penjual es teh patut untuk diperhatikan dan dievaluasi walaupun hanya sekedar bercanda. Islam mengajarkan kita untuk berbicara dengan baik dan menjaga lisan. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang baik adalah pekerjaan yang mulia. Gus Miftah, sebagai seorang ulama dan pendakwah, seharusnya memberikan contoh yang baik dalam berbicara dan berinteraksi dengan sesama, terlepas dari status atau pekerjaan orang tersebut.

Daftar Pustaka: 

https://amulet.unisi.ac.id/cara-berbicara-dalam-islam

http://ejournal.unira.ac.id/index.php/yustitia/article/view/478

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun