Lolly merasa tidak betah di rumah aman, yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, tetapi malah terasa mengekang. Ketidakcukupan perhatian dari ibunya juga berkontribusi pada rasa ditolak dan diabaikan, yang dapat mengakibatkan luka emosional mendalam. Selain itu, eksposur media terhadap kehidupannya menambah beban psikologis yang sudah ada, menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk perkembangan positif.
Dampak dari trauma emosional ini dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti kecemasan dan depresi, yang mengganggu kemampuan adaptasi Lolly sebagai remaja. Penting untuk diingat bahwa trauma ini sering kali tidak terlihat secara fisik, sehingga dukungan dari keluarga dan profesional kesehatan mental sangat diperlukan untuk proses penyembuhan.
Pengakuan terhadap trauma emosional dan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di kalangan remaja adalah langkah krusial. Kasus Lolly bukan hanya masalah individu, tetapi mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam masyarakat. Memahami dan menangani isu-isu kesehatan mental secara sensitif dan konstruktif akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi remaja yang menghadapi masalah serupa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H