Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Novel ini pertama kali terbit tahun 2005 dan langsung booming banget. Kisahnya yang menyentuh tentang perjuangan anak-anak di Belitung untuk sekolah bikin banyak orang tersentuh. Bahkan saking populernya, novel ini diangkat jadi film tahun 2008, disutradarai oleh Riri Riza, dan ternyata filmnya juga nggak kalah keren!
Kalau ngomongin karya sastra Indonesia yang bikin banyak orang baper dan termotivasi, nggak mungkin nggak nyebutAlur Cerita Secara Garis Besar
Jadi, ceritanya tentang 11 anak dari desa terpencil di Belitung yang bersekolah di SD Muhammadiyah, sekolah yang hampir bubar gara-gara muridnya sedikit banget. Walau sekolahnya miskin, minim fasilitas, dan bangunannya udah mau ambruk, anak-anak ini nggak pernah putus semangat buat belajar. Mereka punya cita-cita besar dan bener-bener gigih dalam mengejar mimpi mereka.
Karakter utama dalam novel ini adalah Ikal, yang juga jadi narator cerita. Ikal sama teman-temannya, yang kemudian dikenal sebagai Laskar Pelangi, berjuang bareng di bawah bimbingan dua guru super sabar dan penuh dedikasi, Bu Muslimah dan Pak Harfan. Walau hidupnya juga nggak mudah, guru-guru ini nggak pernah nyerah buat ngajarin anak-anak itu.
Masing-masing anak punya karakter yang unik banget. Ada Lintang, yang jenius banget walau cuma anak nelayan miskin, ada Mahar yang kreatif dan berbakat di seni, dan teman-teman lain yang juga punya kisah hidup masing-masing. Mereka sering banget ngadepin masalah, dari masalah ekonomi keluarga sampai tantangan dari sekolah-sekolah elit yang jauh lebih modern. Tapi dengan semangat dan persahabatan, mereka tetap solid dan maju terus.
Pas diadaptasi jadi film, Laskar Pelangi berhasil banget menggambarkan keindahan dan kerasnya kehidupan di Belitung. Pemandangannya keren banget, terus akting anak-anak yang main juga natural dan bikin baper. Film ini berhasil ngangkat kisah sederhana jadi terasa megah, terutama dengan sinematografi yang super cantik.
Kritik Buat Novel dan Filmnya
Nah, meskipun novel dan film Laskar Pelangi banyak dipuji, bukan berarti tanpa kritik ya. Ada beberapa yang ngerasa kalau ceritanya agak terlalu idealis. Misalnya, perjuangan mereka buat sekolah emang keren sih, tapi ada yang bilang kalau ceritanya jadi terasa kayak "terlalu sempurna." Kehidupan anak-anak miskin di daerah terpencil sebenernya bisa lebih berat dari yang digambarin di novel. Di realitanya, nggak semua cerita berakhir bahagia kayak yang terjadi sama Laskar Pelangi.
Selain itu, karakter-karakter di novel juga kadang terkesan terlalu hitam-putih. Misalnya, Lintang yang digambarin kayak anak super genius tanpa cacat, atau karakter antagonis yang jahat banget tanpa alasan yang jelas. Ini bikin ceritanya agak kurang realistis buat beberapa pembaca yang pengen sesuatu yang lebih "gray area" dan nyentuh kompleksitas manusia yang sebenernya.
Di filmnya, beberapa elemen penting dari novelnya juga hilang atau dipangkas, mungkin karena durasi yang terbatas. Buat yang udah baca novelnya, mungkin bakal ngerasa beberapa momen emosional di buku nggak dapet dieksekusi maksimal di film, jadi kerasa kurang dalem.
Apa Bagusnya Novel dan Film Ini?