Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Menentukan Topik Penelitian Sesuai Selera Jurnal Scopus oleh Prof. Irwan Abdullah

16 Juni 2023   08:55 Diperbarui: 16 Juni 2023   08:59 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IA Scholar Foundation kembali menggelar kegiatan belajar bersama dalam menembus jurnal Scopus. Kali ini lembaga yang didirikan oleh Prof. Dr. Irwan Abdullah tersebut pada 12 Juni 2023 lalu melaksanakan kegiatan Academic Writing Series 2023: Breaking Barries in Writings & Publishing Journal Articles dengan topik: Formula Isu/Masalah Menemukan Ide dan masalah Penelitian Sesuai "Selera Jurnal." Hadir sebagai narasumber utama Prof. Dr. Irwan Abdullah yang didampingi oleh Dr. Hasse Jubba, MA selaku Director of IA Scholar.

Berikut ini merupakan notulensi dari kegiatan tersebut yang disampaikan oleh Prof. Irwan Abdullah:

Memutuskan topik penelitian menjadi penentu nasib dari artikel jurnal yang telah ditulis, akankah ditolak ataukah diterima. Oleh karena itu, harus dipahami bahwa menulis bukan saja sekedar keinginan dari kita namun juga harus bisa menyinkronkan dengan selera (pemilik) jurnal. Dengan demikian, penulis diharapkan menemukan ruang bersama yang memiliki waktu untuk saling belajar. Prof. Irwan Abdullah merasa apresiatif seperti bapak Herlambang yang menyempatkan diri untuk bergabung di ruang belajar kali ini dari tanah suci Makkah.

Kegunaan ruang belajar bersama bertujuan agar kemampuan menulis tidak bersifat eksklusif. Artinya keahlian menulis hanya dimiliki sebagian orang yang cenderung elitis. Prof. Irwan Abdullah memberi contoh seperti bapak Safarudin dari Bone yang bersabar dalam menulis. Kemampuan menulisnya Pak Safarudin dari IAIN Bone merupakan contoh yang bagus sangat produktif dengan kesabaran dalam menulis. Memang kemampuan menulis lahir dari kesabaran  dan pasti ada masanya untuk bisa dipetik hasilnya

Mengapa dimensi topik penelitian perlu dikaji? karena ada sebuah fenomena seorang peneliti atau dosen ketika dia diangkat pertama kali menjadi dosen sampai dia pensiun, topik penelitian yang diangkat hanya itu-itu saja. Seakan-akan dunia tidak berjalan. Dia terlalu mapan di situ. Ada semacam kemandegan. Ada pula disertasi yang dengan topik penelitian yang mengulangi disertasi kakak kelas sebelumnya. Ini artinya topik penelitian belum selesai dibahas secara tuntas. Dalam pertemuan kali ini diorientasikan agar sahabat IA Scholar mengerti dari mana topik penelitian diberangkatkan, apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun topik penelitian dan hingga sampai pada kemampuan untuk bisa memformulasikan topik penelitian dengan baik.

Salah satu kelemahan mendasar yang dialami dalam menyusun topik penelitian adalah tidak mengetahui peta atau teori masalah besar yang menjadi minat keilmuannya. Padahal Dengan memahami peta besar dari ruang lingkup keilmuannya akan mendapatkan ide yang terbaik dalam menulis. Oleh karena itu, perlu dilakukan orientasi dan reorientasi research. Tujuannya untuk mengetahui wilayah penelitian mana yang bisa dimasuki. Dengan berbekal memahami peta besar masalah penelitian akan memberanikan penulis untuk memutuskan teori yang digunakan. Apakah tulisan artikelnya bersifat akademik ataukah policy oriented (kebijakan). Karakter Tulisan artikel jurnal yang berorientasi kepada kebijakan ditulis sebagai jawaban atas adanya satu kebijakan yang telah diterapkan. Dapat pula ditulis untuk memformulasikan kebijakan. Bukan sekedar debat akademik.

Contoh yang bisa disebutkan antara lain: Pertama, ketika kita meneliti teKS kitab tua atau klasik di pondok pesantren, apa boleh meneliti kitab tersebut? Jawabannya adalah tidak boleh, ketika yang diteliti seputar deskripsi dari kitab tersebut. Aspek yang menarik dan bisa teliti dari kitab tersebut adalah kontroversi dari isinya. Kedua, dalam penelitian buku teks bahasa Indonesia yang sebenarnya netral, dapat diteliti ketika mengandung kata-kata kontroversi. Misalnya, kata-kata yang mengandung bias gender dalam buku teks bahasa Indonesia. Ketiga, dalam penelitian buku teks sejarah bisa diteliti tentang ketimpangan yang terjadi dalam mengidentifikasi aktor-aktor yang pembuat sejarah yang lebih didominasi pria daripada wanita. Keempat, dalam penelitian mengenai maulid nabi di berbagai suku misalnya Banjar maupun Aceh. Bahkan dalam tradisi orang Aceh disebutkan maulid nabi merupakan bulan yang sangat tepat untuk memberi makan anak yatim. Adapun aspek yang diteliti, bukan mengenai tata cara perayaan maulid nabi tersebut di berbagai melainkan transformasi yang terjadi dalam perayaan maulid nabi tersebut. Dengan demikian menempatkan posisi tulisan kita di dalam konteks peta besar kiriman yang kita dalami akan mengantarkan pada dimensi research gap. Berdasarkan hal tersebut, research gap yang terbentuk merupakan konsep atau ide baru yang belum cukup untuk diteliti.

Menemukan kesenjangan penelitian (research gap) dalam bidang kependudukan. Sebagai contoh kita bisa menyusun ilmu proyeksi penduduk Indonesia tahun 2050. Misalnya studi pendidikan untuk memproyeksikan situasi kurikulum Merdeka belajar 10 tahun ke depan. Tulisan ini dibuat untuk melihat wajah pendidikan di Indonesia berdasarkan artificial intelligence 10 tahun kedepan. Tulisan seperti ini sangat sulit ditolak oleh para pengelola jurnal. Karena tidak memiliki saingan dan dinilai sangat penting. Apabila kita merujuk pada sejarah, keberadaan artificial intelligence sama seperti ketika ada penolakan terhadap kalkulator pada zaman dahulu. Kalkulator dinilai haram karena berpotensi untuk menjadikan siswa tidak memiliki kemampuan berpikir dalam bidang matematika. Pada saat itu, kita menghitung dengan menggunakan bantuan lidi. Sejarahnya cukup sama antara kalkulator dengan artificial intelligence. Dengan demikian tulisan yang memiliki proyeksi masa depan sangat mungkin diterima oleh jurnal yang tidak punya ruang untuk menolaknya. Dapat disebutkan bahwa tulisan topik penelitian yang ditulis merupakan topik penelitian hari ini. Sangat jarang sekali para penulis jurnal mengajukan topik tulisan yang berbicara masa lalu maupun masa depan.

Menemukan kesenjangan penelitian (research gap) dalam bidang kependudukan. Sebagai contoh

Prof. Irwan Abdullah memberi contoh tulisannya mengenai "Selfism" di mana tulisan tersebut membicarakan Indonesia tahun 2045. Tulisannya sudah terbit pada tahun 2019. Tulisan ini membahas mengenai what's Indonesia looks like di tahun 2045. Artikel seperti inilah yang diharapkan oleh jurnal. Apalagi kalau tulisan tersebut dinilai secara konseptual sangat kuat. Namun apabila tulisan Kita masih berkutat pada tema PERAN, maka dianggap konseptual yang terdapat dalam tulisan bertopik peran tersebut, dinilai sangat ketinggalan. Apabila tema yang diajukan mengenai KONSTRUKSI, maka tulisan kita dianggap mulai ketertinggalan karena sudah mulai digantikan dengan adanya KONTESTASI.

KATEGORISASI JUDUL/ TOPIK PENELITIAN

Gelombang I : Konstruksi

Gelombang II: Dekonstruksi (kata kunci "De"): Deradikalisasi, Dekonstruksi, Dekadensi Moral

hingga "Mis": Miskomunikasi, Mispersepsi, Misinterpretasi

Gelombang III: Reintepretasi, Revivalisme, Revitalisasi

Hari ini tema transformasi (pengaruh media dari 4.0 sampai 5.0)

yang menyebabkan pergeseran ke

Gelombang IV: Viralisasi, Virtualisasi, Digitalisasi, Mediatisasi

(Pergeseran Kerangka konseptual)

Masih banyak penulis jurnal yang memilih topik penelitian dengan mengacu pada populasi yang tidak terdefinisikan. Seperti: Anak children teenager perdagangan industri. Dalam memilih topik penelitian disesuaikan dengan konteks populasi tertentu. Misalnya suami yang ditinggal istrinya migrasi ke luar negeri. Contoh yang seperti ini merupakan pilihan metodologis untuk menstrukturkan artikel.

Dalam menyusun metode penelitian biasanya Prof Irwan Abdullah menggunakan 3 metode yakni pertama metode statistik. Kedua, observasi. Ketiga, wawancara. Hasil penelitian statistik menghasilkan data sekunder yang biasanya diambil dari BPS. Hasil penelitian observasi berupa pemetaan observasi. Hasil penelitian wawancara berupa kutipan, tabel dan deskripsi. Selaras dengan itu, hipotesis dalam penelitian kuantitatif merupakan cara menstrukturkan hasil penelitian.

Kendala yang lain yang muncul adalah belum bisa merumuskan antara research problem dengan research question. Masalah penelitian merupakan induk yang melarikan anak berupa pertanyaan penelitian. Oleh karena itu membahasakannya harus benar. Detailnya peniti tidak banyak pertanyaan nanti kalau terlalu banyak pertanyaan penelitian maka penelitiannya tidak selesai. Masalah satu saja dijawab dengan detail sehingga tidak membebani peneliti. Oleh karena itu peniti harus memilih masalah yang sangat krusial atau belum diketahui. Sebenarnya sudah banyak yang meneliti tapi ada yang belum diketahui.

Berusaha membuat pertanyaan penelitian yang tajam sebagaimana contoh bagaimana proses terjadinya konflik contoh tersebut bukanlah contoh dari pertanyaan penelitian yang tajam. Apabila disusun menjadi pertanyaan penelitian yang tajam misalnya bagaimana keterlibatan elite lokal dalam satu konflik di daerah. Diusahakan dalam membuat pertanyaan penelitian bersifat narowing mempersempit. Hal inilah yang akan lebih mudah diterima oleh jurnal sekaligus sunnah sebut memiliki naskah yang dikirim sebagai satu keuntungan untuk mereka

Ada sebuah teori yang banyak dibicarakan namun belum selesai. Ini berarti on going debate. Misalnya terkait penelitian hukum ada ketidak sepakatan dalam persoalan hukum. Misalnya terkait boleh tidaknya ibadah online. Perdebatan yang ada merupakan cara untuk mempersempit fokus penelitian.

Menurunkan satu masalah atau fenomena sosial menjadi topik penelitian dalam kasus tradisi kematian Tionghoa pertanyaan dari ibu Ernawati. Cara menentukan topik penelitian pertama kali adalah penulis jurnal harus berdamai dengan keinginannya yang terlalu banyak. Fokuslah pada satu dengan menurunkannya menjadi unit analisis.

Terkait dengan contoh di atas yakni tradisi kematian Tionghoa untuk menentukan topik penelitiannya peneliti harus bisa mendefinisikan starting point ke penulisannya tanpa mengurangi makna dari sejarah tradisi kematian Tionghoa yang panjang sekali. Untuk mendapatkan topik penelitian dari kasus Tradisi Kematian Tionghoa antara lain dilihat dari perspektif: pertama SURVIVAL STRATEGY yakni bagaimana orang-orang Tionghoa menjamin tradisi kematian tersebut terus berlangsung. Kedua dari sudut POPULARISASI dalam artian mempopulerkan tradisi kematian Tionghoa tersebut. Tradisi Tionghoa tersebut dilihat sebagai sesuatu yang awalnya tertutup lama-kelamaan menjadi tontonan umum bahkan objek wisata religi atau spiritual. Ketiga, APROPRIASI yakni tradisi kematian Tionghoa dilihat dari tradisi agama atau budaya yang dikomersialkan. Ini merupakan salah satu cara untuk menegaskan identitas identitas kultural dari orang Tionghoa. Keempat dengan perspektif REPRODUKSI IDENTITAS. Yakni mengedepankan sejarah hidup tradisi kematian Tionghoa yang bertujuan agar anak cucu orang-orang Tionghoa tidak menjauhi tradisi tersebut.

Apakah masih sangat menarik untuk menulis artikel jurnal dengan topik covid-19?. Secara umum topik Covid-19 jangan ditulis lagi. Namun di banyak jurnal seperti Taylor and Francis, penulisan artikel jurnal dengan topik covid-19 bisa ditulis asalkan dengan angle yang spesifik dari sudut The forgotten knowledge. Menulis artikel jurnal dengan topik Covid-19 dari sesuatu yang dilupakan. Sesuatu yang terabaikan dari covid-19. Tujuannya untuk menjadikan Covid-19 sebagai lesson learned (bagi masyarakat luas).

Notulensi: Angga Teguh Prastyo, M.Pd. Dosen Prodi MPI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun