Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kiprah Prof. Irwan Abdullah dalam Melahirkan Profesor Baru di Indonesia

1 Mei 2022   13:20 Diperbarui: 11 Mei 2022   11:32 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Guru besar adalah capaian tertinggi bagi seorang akademisi/dosen di perguruan tinggi. Namun demikian untuk mencapai status Profesor tidaklah mudah. Perlu kerja keras dan kerja cerdas untuk meraih gelar tersebut. Sudah ratusan atau mungkin ribuan dosen yang bergelut dan mewakafkan dirinya untuk berupaya menjadi profesor melalui jalur akademik maupun jalur lainnya yang dipandang relevan dengan tujuan itu. Tidak sedikit biaya, tenaga dan waktu yang dihabiskan agar dosen yang bersangkuta memiliki status guru besar. Berdasarkan hal itu, sosok guru besar seperti apa yang bisa mencerdaskan pemiliknya? Menguatkan kelembagaan perguruan tingginya? dan bermanfaat bagi masyarakat luas?

Satu dari begawan guru besar di Indonesia yang mampu menghayati dan memanifestaikan tugas pokok dan fungsinya sebagai profesor adalah Prof. Irwan Abdullah, guru besar UGM Yogyakarta. Beliau menjadi guru besar tidak hanya sebatas sebagai ilmuwan namun juga sebagai seorang begawan, failasuf yang sudah selesai dengan dirinya dan berkomitmen dan terus berjuang untuk melahirkan profesor-profesor baru lainnya sehingga memberikan kemanfaatan bagi dirinya dan lembaga yang menjadi naungannya.

Bukti nyata dari komitmen dan perjuangan Prof. Irwan Abdullah dalam melahirkan profesor-profesor baru baik di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi maupun pada Kementerian Agama Republik Indonesia adalah dengan mendirikan IA Scholar Foundation. Ini bukan lembaga yang memfasilitasi dan "menjahitkan" naskah jurnal seseorang agar diterima pada jurnal Scopus atau jurnal lain yang bereputasi internasional. Lembaga ini mendedikasikan agar setiap calon-calon profesor dari dosen di seluruh Indonesia yang mengikuti kegiatan di IA Scholar Foundation, bisa secara mandiri untuk menulis, membudayakan dan menghasilkan jurnal bereputasi internasional pada Scopus maupun jurnal ilmiah internasional lainnya.

Prinsip "Menulis untuk Berbagi Kecerdasan" merupakan salah satu prinsip utama yang diterapkan pada IA Scholar Foundation sehingga setiap peserta kegiatan/dosen bisa menyebarkan dan mewarisi berbagai macam ilmu dan teknik yang diberikan oleh Prof Irwan Abdullah pada insitusi almamaternya maupun semua elemen masyarakat.

Program yang menjadi pembibitan calon-calon Profesor baru di IA Scholar Foundation adalah dengan mengikuti kelas karantina menulis selama seminggu di Yogyakarta. Kelas tersebut dinamakan Professorship class yang dibimbing langsung Prof. Irwan Abdullah. Semua peserta yang mengikuti program ini adalah dosen yang masuk kandidat calon profesor. Semua peserta menulis di tempat (on the seat) dan dibina langsung Prof Irwan Abdullah. Program dilangsungkan selama  kurang lebih 5-7 hari. Desain kegiatan yang dilangsungkan dari hari pertama hingga hari ketujuh berisi teknik menulis jurnal Scopus baik dari Q1-Q2, Q3, hingga Q4 yang termasuk didalamnya, peserta dibekali teknik menulis introduction, method, result/findings, discussion hingga conclusion sesuai dengan template jurnal sasaran.

Semua dilakukan agar setiap peserta yang mengikuti program dapat berkonsentransi penuh dan fokus menyelesaikan setiap artikel jurnalnya. Apabila menemui kesulitan dalam kepenulisan, maka dilaksanakan mentoring dan berdiskusi seketika dengan Prof Irwan Abdullah bersama tim.

Dokpri
Dokpri

Sudah banyak dosen yang mampu mencapai status profesor setelah mengikuti kegiatan ini. Padahal awalnya mereka umunya pesimis karena terkendala dengan perkiraan usia yang tidak mencukupi (diambang pensiun) dan kemampuan yang belum mumpuni dibidangnya. Namun sebagaimana pesan Prof. Irwan Abdullah kepada seluruh muridnya di Indonesia, "menulis dengan berkolaborasi antar sahabat/kerabat IA Scholar sehingga setiap orang bisa mengisi kekurangannya masing-masing temannya," Maka apa yang dipesimiskan nyatanya berbuah manis dan mengharukan. Berbekal hal itu, profesor-profesor baru telah lahir dari perguruan tinggi dari ujung Aceh hingga Papua. Sudah banyak testimoni yang membuktikan bahwa kegiatan menulis artikel jurnal di IA Scholar Foundation cukup efektif dan bisa membawa karakter keprofesionalan kepada dosen yang diberi amanah mendapatkan gelar profesor itu.

Dosen yang awalnya pesimis dan dianggap mimpi di siang bolong untuk mendapatkan gelar profesor, kini bisa bernafas lega karena SK profesornya sudah turun. Namun tidak boleh puas di titik itu. Ada tugas mulia yang harus diemban. Tugas tersebut adalah melanjutkan nasehat Prof Irwan Abdullah kepada siapa saja yang menjadi profesor agar bisa menjadi failasuf. Sosok tersebut dapat diterjemahkan menjadi profesor tidak boleh menjadi ilmuwan yang elitis. Namun sebagai ilmuwan yang membumi, yang bisa menularkan kepakarannya dan keahliannya dalam bidang ilmu yang menjadi basic-nya untuk diwariskan kepada civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi maupun masyarakat luas.

Dalam benak penulis, Prof. Irwan Abdullah bukanlah sekedar guru namun menjadi pendidik utama yang memberikan nilai keteladanan dan inspirasi yang luar biasa. Beliau adalah salah satu model guru abad 21 yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia agar lahir generasi selanjutnya yang bisa mengembangkan dan menjadikan lebih baik dari ilmu yang diberikan oleh para guru sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun