Mohon tunggu...
Angga SatriaWinangku
Angga SatriaWinangku Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

ya gitu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dari Papirus ke Pixel, Evolusi Periklanan dari Zaman Kuno hingga Digital

7 Juli 2024   19:37 Diperbarui: 7 Juli 2024   21:12 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Periklanan, sebuah seni dan ilmu yang telah berkembang selama ribuan tahun, merupakan cerminan dari perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang terjadi di masyarakat. Dari papirus di Mesir kuno hingga iklan digital yang muncul di layar ponsel kita, periklanan telah mengalami transformasi yang luar biasa. Artikel ini akan mengulas perjalanan periklanan dari zaman kuno hingga era digital, mengungkapkan bagaimana setiap era telah memberikan kontribusi unik pada evolusi periklanan. 

Periklanan di Zaman Kuno 

Periklanan pertama kali muncul di masyarakat kuno sebagai cara untuk menyampaikan informasi kepada publik. Di Mesir kuno, sekitar 3000 SM, ditemukan papirus yang berisi iklan budak yang melarikan diri. Bentuk iklan ini menunjukkan bahwa orang-orang pada zaman itu sudah mengenali pentingnya komunikasi untuk menyebarkan informasi.

Di Yunani dan Roma kuno, periklanan mulai berkembang dengan lebih kompleks. Para pedagang menggunakan papan tanda dan lukisan dinding untuk mengiklankan barang dagangan mereka. Pasar-pasar yang ramai menjadi tempat utama untuk memasang iklan, di mana para pedagang dan pengrajin mempromosikan produk mereka kepada calon pembeli. Selain itu, para penyair dan orator sering kali dipekerjakan untuk menyampaikan pesan-pesan komersial dalam bentuk puisi atau pidato, menambahkan sentuhan seni pada periklanan.

Abad Pertengahan dan Renaisans 

Pada abad pertengahan, periklanan mengalami perkembangan lebih lanjut seiring dengan pertumbuhan kota dan perdagangan. Para pedagang mulai menggunakan simbol-simbol dan lambang-lambang yang mudah dikenali untuk mengiklankan toko mereka. Misalnya, gambar sepatu untuk toko sepatu atau gambar roti untuk toko roti. Simbol-simbol ini membantu orang yang mungkin buta huruf untuk mengenali jenis barang yang dijual.

Meskipun teknologi cetak belum ditemukan, bentuk-bentuk awal iklan cetak mulai muncul. Di Eropa, penggunaan selebaran dan poster menjadi semakin umum seiring dengan penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15. Penemuan ini memungkinkan produksi iklan dalam jumlah besar dan penyebaran informasi yang lebih luas.

Revolusi Industri dan Era Modern

Revolusi Industri pada abad ke-18 dan ke-19 membawa perubahan besar dalam dunia periklanan. Dengan peningkatan produksi barang, muncul kebutuhan untuk memperluas pasar. Iklan cetak di surat kabar dan majalah menjadi sarana utama untuk menjangkau konsumen. Pada tahun 1836, surat kabar Prancis "La Presse" menjadi surat kabar pertama yang memasukkan iklan dalam edisi mereka, membuka jalan bagi model bisnis yang mengandalkan pendapatan iklan.

Selain itu, penggunaan ilustrasi dan gambar dalam iklan mulai populer. Iklan tidak lagi hanya berupa teks, tetapi juga mengandung elemen visual yang menarik perhatian. Pada akhir abad ke-19, periklanan luar ruang seperti papan reklame dan poster menjadi pemandangan umum di kota-kota besar.

Abad ke-20: Era Radio dan Televisi

Abad ke-20 membawa revolusi baru dalam periklanan dengan munculnya media elektronik. Radio, yang pertama kali digunakan untuk iklan pada tahun 1920-an, memungkinkan perusahaan untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan cara yang lebih personal dan langsung. Iklan radio sering kali disampaikan oleh penyiar atau dalam bentuk jingle yang mudah diingat.

Kemunculan televisi pada tahun 1950-an membawa periklanan ke level yang lebih tinggi. Iklan televisi tidak hanya mengandalkan suara, tetapi juga gambar bergerak yang dapat menarik perhatian dengan cara yang lebih efektif. Iklan televisi menjadi alat yang sangat kuat untuk membentuk opini publik dan mempengaruhi keputusan pembelian.

Era Digital: Dari Internet hingga Media Sosial

Memasuki abad ke-21, periklanan mengalami transformasi besar dengan munculnya internet dan media sosial. Internet membuka peluang baru untuk periklanan dengan cara yang lebih interaktif dan terukur. Google AdWords, yang diluncurkan pada tahun 2000, memungkinkan pengiklan untuk menargetkan audiens berdasarkan kata kunci pencarian, membawa konsep iklan berbayar per klik (PPC) ke dalam dunia periklanan.

Media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter mengubah cara orang berinteraksi dengan iklan. Platform-platform ini memungkinkan pengiklan untuk menargetkan audiens berdasarkan demografi, minat, dan perilaku, memberikan tingkat presisi yang belum pernah ada sebelumnya. Influencer marketing juga menjadi tren baru, di mana individu dengan basis pengikut yang besar di media sosial dipekerjakan untuk mempromosikan produk atau jasa.

Selain itu, teknologi programatik memungkinkan pembelian iklan secara otomatis menggunakan algoritma, sehingga iklan dapat ditampilkan kepada audiens yang tepat pada waktu yang tepat. Iklan video di YouTube dan platform streaming lainnya juga menjadi semakin populer, menggabungkan elemen visual dan suara untuk menciptakan pengalaman iklan yang menarik.

Kesimpulan 

Periklanan telah mengalami perjalanan panjang dari papirus di Mesir kuno hingga iklan digital yang kita lihat sehari-hari di layar ponsel. Setiap era membawa inovasi dan perkembangan baru yang mengubah cara kita berkomunikasi dan memasarkan produk. Di masa depan, periklanan akan terus berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen. Namun, satu hal yang pasti: periklanan akan selalu menjadi bagian integral dari kehidupan kita, mencerminkan perubahan zaman dan terus beradaptasi untuk tetap relevan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun