Mohon tunggu...
anggar septiadi
anggar septiadi Mohon Tunggu... -

let's being an absurd

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pendidikan dan Manusia

1 Februari 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:12 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya adalah pengetahuan praktis berupa penjelasan interpretatif yang berusaha menjelaskan pengetahuan-pengetahuan itu. Hanya saja, pengetahuan masih dimaknai sebagai proses tunggal tanpa nilai. Terakhir adalah pengetahuan emansipatoris yang punya niat menyingkap relasi-relasi pengetahuan itu hadir. Pengetahuan emansipatoris terwujud dalam ilmu-ilmu kritis yang harus berperan signifikan dalam upaya transformasi sosial.

Buat habermas, pengetahuan yang disediakan di sekolah hanya pengetahuan teknis, dan praktis. Habermas melihat bahwa, sekolah adalah representasi bagaimana institusi pendidikan juga turut aktif mengkonfigurasi kebutuhan kapitalisme, dengan domestifikasi di wilayah pengetahuan teknis, dan praktis.

Ketiga, dari dua fenomena tersebut maka muncul padradigma bahwa lewat pengetahuan, khususnya sekolah masyarakat juga ingin ambil peran dalam proses kapitalisme. Artinya, sekolah dimaknai sebagai tujuan akhir untuk mendapatkan perolehan-perolehan material yang kelak berguna untuk hidup seseorang.

Sehingga dalam tingkatan tertentu, kita bisa menyebut bahwa relasi antara pendidikan dan kapitalisme saling berkaitan erat. Sayangnya, relasi itu muncul dalam corak yang negatif. Kenyataan bahwa kepitalisme membuat manusia dalam proses pendidikan bertindak sebagai objek yang pasif dengan represifitas yang kuat demi melanggengkan kepentingan-kepentingan kapital. Hingga manusia tercerabut dari nilai-nilai kemanusiaanya sebagai subjek yang aktif berdialektika dengan alam dan dirinya sendiri.

Manusia Sebagai Inti

Atas kondisi manusia yang telah kehilangan kemanusiaannya-lah buku Mazhab Pendidikan Kritis hadir.  Agus Nuryatno berangkat dari tiga pengaruh utama yang turut membidani pendidikan kritis: Mazhab Frankfurt, teori hegemonik Gramsci, dan teori pendidikan Paulo Freire.  Agus bersama tiga aliran pemikiran tersebut sepakat bahwa manusia adalah subjek yang aktif dalam menentukan realitas eksistensialnya.

Lewat proses pendidikan, manusia berupaya untuk terus memupuk kesadaran kritis sembari berupaya melepaskan ketertindasannya-seperti yang dibahas dalam tulisan bagian pertama-dalam rangka mentransformasikan struktur sosial yang menindas. Sedangkan ketertindasan itu sendiri diterjemahkan sebagai alienasi manusia terhadap diri sendiri dan lingkungan sosialnya, makanya manusia yang tertindas hanya berupaya mengimitasi subjek lainnya yang dalam kondisi tertentu rentan untuk menjadi dominasi.

Selain itu, ketertindasan juga berarti self depreciation. Orang-orang beranggapan bahwa dirinya adalah manusia yang tidak tahu apa-apa, bodoh, padahal setelah dilakukannya interaksi dengan dunia dan manusia lain manusia sadar kondisinya, bahwa mereka bukan bejana kosong. Hal demikian bisa terjadi karena represifitas terhadap suatu nilai telah meninggalkan potensi kemanusiannya.

Dimulai dari Mazhab Frankfurt, Agus mencoba membongkar konstruksi relasi-relasi yang membentuk ilmu pengetahuan yang ternyata ditemukan, bahwa kapitalisme punya peran dominan dalam pembentukan watak umat manusia. Lewat karakter positivistik, kapitalisme telah mengebiri fakultas-fakultas  akal manusia demi mendukung dan melestarikan status quo.

Menurut Mazhab Fankfurt, Pendidikan diciptakan untuk nilai-nilai yang nantinya bisa menunjang berjalannya kapitalisme itu sendiri. Maka produksi pengetahuannya berupa pengetahuan yang berfondasikan nilai-nilai korporasi serta menihilkan nilai-nilai keadilan sosial dan martabat manusia.

Manusia dimaknai sebagai subjek yang unik dan beragam makanya Mazhab Frankfurt mengutuk keras pengebirian pluralisme manusia menjadi manusia berdimensi tunggal, dan masyarakat berdimensi tunggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun