Mohon tunggu...
Anggari Sekar Pramesthi
Anggari Sekar Pramesthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kasus Supriyani, Guru Honorer yang Terlibat Penganiayaan Murid

3 November 2024   21:33 Diperbarui: 3 November 2024   22:08 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus Supriyani, seorang guru honorer di SD 4 Baito yang diduga melakukan kekerasan serta penganiayaan kepada salah satu murid hingga berurusan dengan pihak hukum, baru-baru ini menghebohkan publik. Insiden ini menimbulkan beragam reaksi dan menjadi sorotan media. Supriyani dituduh melakukan kekerasan terhadap salah satu muridnya yang diakui sebagai anak seorang anggota polisi. Supriyani melakukan proses hukum dan ditahan selama sekitar satu minggu dan menimbulkan banyak kontroversi di masyarakat.

Berdasarkan informasi dari tvOneNews, awal mula kasus ini ketika Supriyani dipanggil oleh pihak kepolisian. Setelah menerima panggilan dari polisi, Supriyani segera menuju kantor untuk menjelaskan situasi yang dihadapinya. Supriyani merasa terkejut dengan tuduhan yang dialaminya saat berada di kelas dan menegaskan bahwa ia tidak melakukan kekerasan. Ia menceritakan bagaimana orang tua siswa yang terlibat dalam kasus tersebut mengancam akan mengambil langkah hukum terkait intimidasi yang dialaminya. Supriyani menolak untuk meminta maaf kepada pihak yang menuduhnya, karena ia merasa tidak melakukan kesalahan. Berdasarkan informasi yang beredar mengenai permintaan uang dari pihak tertentu yang membuat Supriyani merasa tertekan dan terus melanjutkan proses hukum.

Kasus ini dinilai janggal, berawal dari pernyataan anak menyebutkan bahwa Supriyani yang memukulnya memicu konflik antara pihak sekolah dan kepolisian. Penyelidikan menunjukkan adanya ketidakcocokan dalam informasi yang diterima termasuk lokasi kejadian dan jenis cedera yang dialami anak. Proses mediasi untuk keadilan restoratif tidak berhasil mencapai kesepakatan, menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam mencari penyelesaian yang adil.

Dampak dari kasus ini tidak hanya dirasakan oleh Supriyani dan murid yang terlibat, tetapi juga oleh rekan-rekan guru lainnya dan siswa di sekolah tersebut. Kepercayaan masyarakat terhadap guru dapat terguncang, yang dapat memengaruhi motivasi belajar siswa. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi semua pihak. Dalam menanggapi kasus ini, penting untuk tidak terburu-buru dalam memberikan stigma kepada guru honorer secara umum. Setiap individu harus diperlakukan dengan adil dan diberikan kesempatan untuk menjelaskan posisinya. Proses hukum harus diikuti untuk menentukan kejelasan dan keadilan.

Kisah Suryani adalah gambaran nyata dari perjuangan banyak guru honorer di seluruh Indonesia. Dalam menghadapi berbagai kendala, mereka tetap berkomitmen untuk mendidik generasi muda. Viralitas cerita Suryani bukan hanya sekadar trending topic, tetapi juga panggilan bagi kita semua untuk lebih memperhatikan nasib guru honorer. Sudah saatnya kita bersama-sama memperjuangkan kebijakan yang lebih baik demi masa depan pendidikan di Indonesia. Kita tidak boleh hanya terjebak dalam hiruk-pikuk viral, tetapi harus bergerak menuju tindakan nyata untuk mendukung para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun