Kutatap langit kelam malam hari, indah bertabur bintang,
Kubayangkan sebuah lukisan ditorehkan indah di kanvas atap dunia,
Ditemani keangkuhan sang rembulan,
bersanding gagah bersama serombongan awan,
dilukis dengan kuas keindahan, menggunakan tinta kebajikan.
Khayalan yang hanya sekedar hayalan,
Berharap pelangi hadir dimalam hari.
Satria termenung di sudut terminal, menanti bus dengan nomor 11 terpampang di kaca depan dan belakang, entah berapa minggu telah dilalui, entah berapa bulan telah dilewati, wanita dengan senyum manis tersebut tak juga berhasil di temukannya. Pikirannya penuh, penuh dengan bayang – bayang sang wanita, kemanapun dilayangkan pandangan, sosok wanita berjilbab biru terus menghantuinya.Malam itu langit cerah terang benderang, hanya ada beberapa awan yang berarak berusaha mengacaukan susana. Beberapa burung hantu bertengger tenang di dahan pohon, tubuhnya diam tak bergerak, hanya kedua bola matanya bergerak liar mencari mangsa, burung yang dijadikan simbol kecerdasan di dunia barat, tetapi menjadi momok menakutkan penanda kedatangan makhluk halus di dunia timur ini menjadi satu – satunya peramai malam itu.
Sorang wanita cantik, bertubuh langsing, rambut panjang terurai, dengan senyum manis menghiasi wajahnya, menatap satria yang termenung sendirian, dan bertanya,
”sedang apa kamu disitu?”
”oh aku sedang menunggu seorang wanita pujaan hatiku” jawab Satria.
”apakah aku wanita pujaan hatimu?” wanita cantik itu kembali bertanya
Satria menjawab ”ah, tidak - tidak, kekasih pujaan hatiku, menggunakan jilbab dan dia tidak secantik kamu”
Wanita tersebut tersenyum, lalu pergi belalu meninggalkan Satria.
Tak berapa lama datang wanita yang lain, wanita itu menggunakan kacamata tipis, menandakan dirinya suka membaca, rambut bergelombang sebahu, diikat di pangkalnya, memamerkan lehernya yang jenjang.
Wanita tersebut mengajukan pertanyaan yang sama, ”sedang apa kamu disitu?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!