Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Bola

The New Normal Menonton Sepak Bola di Stadion

25 Mei 2020   13:12 Diperbarui: 26 Mei 2020   09:06 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Rasa-rasanya saya yang pertama membahas ini di sosial media. Semoga ya, biar saya bisa congkak sedikit. Hehe.

Gara-gara Twit @BleacherReport ini, saya jadi bayangin bagaimana nasib penonton sepakbola di masa datang. Tentu saja dengan asumsi COVID 19 tidak pernah benar-benar menghilang dari muka bumi.

dari akun @BleacherReport
dari akun @BleacherReport
Kita menyebutnya dengan the new normal yang bisa diartkan sebagai sebuah kebiasaan baru sebagai bentuk adaptasi manusia terhadap adanya Virus Corona. Pastinya the new normal berlaku di semua aspek kehidupan, tidak cuma sepakbola atau olahraga. Kita juga akan menghadapi kebiasaan baru dalam pendidikan, olahraga, pekerjaan, transportasi, dll dll.

Yang saat ini ingin saya bahas adalah the normal menonton sepakbola di stadion, yang rasanya akan diterapkan juga di semua pertandingan olahraga.

Baru-baru ini, klub asal Jerman, Borussia Monchengladbach, meletakkan 13.000 papan berbentuk wajah dan badan penonton di bangku stadion, sehingga stadion sekilas tampak ramai dipenuhi suporter. Atas dasar inilah saya membayangkan, the new normal stadion olahraga.

Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport
Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport
Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport
Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport

Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport
Foto diambil dari kicauan akun @BleacherReport
Menurut saya, ke depan mungkin tidak hanya diisi papan berwajah penonton, tapi benar-benar bisa menghadirkan penonton virtual. Maksudnya, di masing-masing papan tersebut terdapat layar yang menghubungkan penonton di rumah dengan suasana stadion.

Jadi semacam kita video call saja, komunikasi 2 arah. Si penonton dari rumah masing-masing akan mendapat tayangan pertandingan dari sudut pandang bangku stadion,  sementara stadion akan mendapat gambar wajah penonton dan suara mereka dari rumah masing-masing. Jadi tidak hanya sebatas gambar wajah saja.

Penonton akan tetap membeli tiket seperti biasa, lalu memilih bangku sesuai kategori yang tersedia. Akan tetapi nontonnya dari rumah masing-masing.

Lalu di mana letak pembeda dengan menonton sepakbola di TV seperti yang biasanya?

Yang jadi pembeda, bagi penonton yang membeli tiket, layar TV di rumah hanya mendapat sudut pandang kamera dari posisi tempat duduk yang kita pesan. Tidak seperti selama ini kita menonton sepakbola yang kameranya di tengah lapangan.

Loh, kalau begitu bukannya lebih enak nonton TV seperti yang saja, yang kameranya di tengah lapangan?

Ya tentu saja akan menghadirkan experience-nya berbeda.

Bagi yang membeli tiket, akan berasa menonton sepakbola di stadion. Gambarnya 3 dimensi, jadi kita seperti duduk di bangku stadion. Lalu audio yang dirasakan pun bukan suara komentator TV, melainkan bising suara penonton di kiri kanan. Bahkan memungkinkan juga untuk berkomunikasi dengan penonton di kiri kanan selayaknya video call. 2 arah.

Karena layarnya menghadirkan komunikasi 2 arah, berarti suara kita dari rumah juga akan terdengar di stadion. Jadi para pemain di lapangan akan mendengarkan sorak sorai kita dari rumah masing-masing. Dan kita pun bisa berkomunikasi dengan penonton virtual lainnya yang ada di stadion.

Win-win solution. Penonton mendapat atmosfer stadion, dan para pemain terasa seperti bermain di hadapan penonton asli.

Bagaimana?

Menurut saya, ini bisa banget diterapin. Ya tentunya tidak perlu seluruh bangku stadion diisi penonton virtual. Bisa selang seling dengan penonton asli agar ada phisical distancing.

Kurang lebih seperti ini penggambarannya.

reuters
reuters
reuters
reuters
Fotonya  bukan punya saya. Saya ambil dari web Daily Nation ((https://tinyurl.com/y86b2zsn) dan New York Post (https://tinyurl.com/ycmgksl9 )

Lalu saya tambahin gambar robot itu. Haha. Ceritanya itu penonton virtualnya.

Jadi kita nonton dari rumah masing-masing tapi serasa hadir di stadion. Yang di stadion pun akan merasakan kehadiran kita melalui gambar wajah dan suara kita. Ide ini bisa diterapkan di semua pertandingan olahraga.

Sehingga penonton terhindar dari bahaya COVID 19 dan industri olaharaga terhindari dari kebangkrutan. Pertandingan olahraga tetap membutuhkan penghasilan dari penjualan tiket.

Gimana, apakah saya yang kasih ide ini pertama kali?
Tulisan ini pertama kali saya tayangkan di Kaskus https://kask.us/iGboM

-----------------

Sebelumnya saya menulis 2 hot thread, yaitu.

Saya Keturunan Prabu Brawijaya (Raja Majapahit) 

Standar Kerja Rendah Pembuatan Video Pemerintah 

Saya juga menginisiasi kegiatan

Membagikan 425 botol Hand Sanitizer dan 110 Nasi Bungkus Gratis

Sehari-hari saya berjualan balon di Instagram @nf.nellafantasia. Dan dagangan saya pernah masuk Prambors


 


Saya juga rutin berkicau di Twitter @cekinggita dan nulis di blog pribadi www.cekinggita.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun