Timeline akhir pekan ini isinya enggak menarik. Enggak menarik karena didominasi tone negatif yang semuanya ada di sekitaran ibu kota negara.
Negatif yang pertama hadir dari pejabat negara yang menyatakan bahwa berenang  bisa menyebabkan hamil. Walau telah diklarifikasi bahwa pernyataan tersebut adalah pendapat pribadi, ya tetap saja itu sebuah pernyataan yang dilontarkan di tahun 2020, oleh pejabat negara, yang sehari-hari menghabiskan waktu di kota besar.
Apa kita setertinggal itu?
Negatif yang kedua berupa keributan di kereta arah Bogor oleh seorang Ibu kepada Mba-Mba yang diduga tidak bersalah, Bila penjelasan yang disampaikan oleh penyebar video tersebut benar, ya kita layak mengelus dada sambil introspeksi diri.
Segetir itu kah hidup di kota ini? Kota yang maju dengan warga yang berbahagia, tapi perkara tempat duduk di transportasi umum saja menyebabkan jambak-menjambak.
Dan negatif yang ketiga, sekaligus yang paling tidak mengenakan menurut gue, adalah soal banjir. Iya, Jakarta banjir lagi.
Lelah dan seperti tak berujung memang pembahasan tentang banjir ini. Semacam kita ini kehabisan akal atau tidak punya cara untuk mengatasinya, walau di tiap perdebatan, selalu saja ada alasan dan penjelasan yang bisa dikemukakan.
Bila begini terus, ditambah lagi sekarang-sekarang ini sepertinya akan masih sering hujan deras, maka menurut hemat gue, sikap yang sebaiknya ditampilkan oleh warga Jakarta adalah mawas diri dan prihatin. Â Ya setidaknya sampai musim penghujan pergi.
Dan orang pertama yang harusnya menunjukan sikap itu adalah pejabat kota. Pak Anies baru aja berjoget tik-tok ria di Mata Najwa, lalu ada pernyataan di Twitter tentang wajah baru Jakarta, eh tidak lama kemudian banjir lagi di Ibu Kota.
Ini semacam anak sekolah yang sedang dalam pekan ujian, tapi malah menghabiskan waktu dengan bermain dan mengumbar beberapa nilai bagus di sebagian mata pelajaran, padahal ada mata pelajaran lain yang tidak ia kuasai.
Sama sekali tidak prihatin dan cenderung takabur.