Mohon tunggu...
Anggara Gita Arwandata
Anggara Gita Arwandata Mohon Tunggu... Administrasi - casanova

Tukang Balon di IG @nf.nellafantasia dan perakit kata di @kedaikataid. Dapat ditemui di Twitter @cekinggita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Tuhan Bisa Gagal?

20 Juni 2016   21:30 Diperbarui: 21 Juni 2016   15:14 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya ga ngeh mereka sedang puasa karena mereka biasa-biasa saja. Wajahnya segar, waktu kerjanya juga normal, dan tidak gembar-gembor sedang berpuasa, pun minta dihormati. Mereka juga tidak terlambat sahur tanpa perlu diteriak-teriakin. Saat jam makan siang tiba, mereka ikut kumpul dengan teman-teman yang sedang makan. Cuek-cuek aja tuh. Strongg!

Ketika akhirnya tau ada teman-teman yang punya kemungkinan berpuasa di Hari Senin dan atau Kamis, saya pun jadinya otomatis memastikan apakah ada teman yang sedang puasa atau tidak. Seenggaknya saya gak asal srupat-sruput kopi atau seenaknya kriak-kriuk cemilan di depan mereka, walaupun saya tau mereka sendiri juga bodo amat juga.

Hal-hal semacam ini yang kemudian dirusak oleh pemberitaan-pemberitaan razia rumah makan. Teman saya yang Muslim, yang tadinya biasa-biasa saja melihat saya makan di depan mereka, tiba-tiba jadi mempersilakan saya makan. "Gapapa lho, Ngga, kalo mau sambil makan atau minum". Kemudian saya jawab dari dalam hati, "Ya, gue juga tahu keleus, lo gapapa. Kan selama ini juga lo ga pernah masalahin."

Pemberitaan-pemberitaan semacam itu membuat teman-teman saya menjadi canggung. Atau apa ya istilah tepatnya? Mereka jadi terkesan takut terlihat seperti orang-orang yang ada di TV itu, yang puasa sambil maksa-maksa. Saya pun tak kalah canggung. Saya tidak makan di depan teman-teman yang sedang puasa, bukan karena saya ketakutan atau terpaksa menghormati. Ya kita ini dilahirkan dengan hati. Mana enak comat-comot makan seenaknya di depan orang yang berpuasa. Ga enak lahh. Ga perlu itu diatur-atur perda segala.

Lima belas menit berlalu, tunjangnya tinggal tulang. Yang tersisa tinggal peyek udang yang sudah melempem. Asyemm tenan. Yang tidak puasa aja dapet godaan macam gini, apalagi yang puasa kan ya? Lagi ngedumel begitu, tau-tau kepikiran begini:

Tidak, tidak, Tuhan tidak gagal mewujudkan ide besarNya akan bulan puasa. Di bulan puasa ini, manusia tetap menguji ketangkasan dirinya dalam melawan godaan duniawi. Godaan-godaannya itu ya termasuk menahan amarah melihat prilaku-prilaku sesamanya yang sembarangan merusak ide besar Tuhan: Seenaknya razia sana sini, tutup sana sini, yang malah membikin bulan puasa ini miskin tantangan.

"Ngga, Maaf, gue ga bisa dateng. Tiba-tiba ada hal yang lebih urgen nih. Tapi intinya begini, untuk job besok, rate gue naik jadi dua kali lipat. Soalnya bulan puasa, bro. Seret tenggorokan euy cuap-cuap di bulan puasa. Oke oke?"

Laif.

@cekinggita

question-mark-5767fddcc8afbde9038b4585.jpg
question-mark-5767fddcc8afbde9038b4585.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun