Mohon tunggu...
Krisnasakti Anggar Purna Putra
Krisnasakti Anggar Purna Putra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di Sragen pada 1 Oktober 1990, saat ini sedang menikmati pekerjaan di kota Pontianak Kalbar.\r\nCocern pada isu lingkungan dan tertarik pada isu politik dan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Candi Borobudur dan Pengunjungnya

1 Mei 2012   08:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 22 April 2012 saya berkesempatan untuk mengunjungi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang. Itu adalah kunjungan pertama saya setelah hampir 15 tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada Borobudur, baik itu secara fisik maupun pengelolaannya. Secara fisik, saat ini terdapat beberapa stupa yang rusak. Perkiraan saya itu dikarenakan gempa yang mengguncang Jogja dan sekitarnya pada 2006 lalu, atau mungkin karena terkena abu vulkanik Merapi pada 2010 lalu. Secara pengelolaan, sekarang ada kebijakan bahwa pengunjung dilarang membawa makanan apapun ke dalam lokasi Candi Borobudur, hanya minuman yang diperbolehkan. Saat di pintu masuk pengunjung di sweeping, jika ditemukan makanan dalam bentuk apapun, maka makanan tersebut harus dititipkan pada petugas di pintu masuk. Pada awalnya saya merasa curiga dan kecewa pada kebijakan tersebut. Saya mengira bahwa kebijakan itu adalah semata kongkalikong antara pengelola dengan pengusaha makanan yang ada di dalam lokasi wisata. Namun setelah memasuki lokasi wisata, dugaan saya terbantahkan. Tidak ada penjual makanan di dalam lokasi wisata. Melihat situasi di dalan lokasi yang sangat bersih dari sampah, saya seketika mengerti maksud dari kebijakan tidak boleh membawa makanan tersebut. Oke, it’s really making sense. Jika diperbolehkan membawa makanan maka pengunjung cenderung untuk membuang sampah makanannya sembarangan. Masyarakat Indonesia masih sangat rendah kepeduliannya pada kebersihan, maka dari itulah diterapkan kebijakan yang “otoriter” tersebut. Sedikit intermezzo, mungkin berkaitan itu juga kondisi Indonesia dianggap lebih “baik” ketika dikuasai Orde Baru yang dikenal otoriter.

Berkaitan dengan hal itu juga, ada satu hal yang sangat membuat saya prihatin. Di lokasi Candi, terdapat sangat banyak peringatan bahwa pengunjung dilarang untuk memanjat bangunan Candi maupun stupanya. Namun, disepanjang kunjungan saya pengunjung sangat tidak menghiraukan peringatan tersebut. Banyak pengunjung yang memanjat stupa dan bangunan Candi. Meskipun telah ada petugas yang memperingatkan pengunjung yang melanggar dengan menggunakan pengeras suara, namun tetap saja ada pengunjung nakal yang melanggar. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat Indonesia masih sangat kurang menghargai pada peraturan yang telah dibuat oleh otoritas yang berwenang, dalam hal ini adalah pengelola Candi Borobudur. Pengunjung kurang peduli pada kelestarian Candi yang menjadi warisan dunia tersebut. Masyarakat juga kurang memahami latar belakang penerapan peraturan tersebut. Menurut saya, adanya peraturan tersebut adalah sangat bijak agar Borobudur sebagai World Heritage tetap terjaga kelestariannya. Masyarakat Indonesia harus menunjukan pada dunia bahwa Indonesia mampu untuk ikut menjaga warisan dunia itu tetap lestari.

Satu hal lagi yang menjadi pikiran saya, bahwa untuk Tangible Heritage saja masyarakat Indonesia masih sangat rendah kesadarannya untuk ikut menjaga agar tetap lestari. Maka dari itu, sangat mungkinlah ketika banyak Intangible Heritage yang telah atau mulai punah dari masyarakat Indonesia. Gotongroyong sebagai intisari Pancasila, keramahtamahan sebagai bangsa Timur, sekarang mulai sulit dicari. Masyarakat menjadi cenderung individualis dan nyawa menjadi semakin murah. Saya kira ini harus menjadi concern kita bersama. Sekian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun