Perkembangan teknologi yang begitu cepat yang ditandai dengan semakin canggihnya alat komunikasi seperti ponsel yang mengalami ‘revolusi’ dari era SMS dan sekarang memasuki era Media Sosial atau yang lebih dikenal dengan medsos benar-benar mengubah perilaku manusia di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Sesuai dengan data Horace H. Dediu bahwa pengguna smartphone di Indonesia adalah peringkat 5 besar dunia (2014) dengan pengguna aktif 47 juta atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel. Hal ini mencerminkan bahwa dalam masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan gaya hidup dan tentu saja ada hal-hal baik dan buruk yang mengiringinya.
      Masih melekat dalam ingatan saya beberapa tahun yang lalu ketika facebook muncul dalam dunia maya dengan fenomenal benar-benar membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan seseorang. Selain membawa pengaruh yang baik dalam tatanan sosial masyarakat, facebook juga menyisakan ruang-ruang kriminal yang membuat kita sebagai orang tua miris dan prihatin. Banyak sekali kasus penculikan yang dilanjutkan dengan pelecehan seksual, pemerkosaan, dan pdeufilia terhadap anak bangsa. Hanya dengan bermodal kenalan lewat facebook seseorang (anak) begitu mudahnya dirayu, dibujuk, dan ditipu oleh para penjahat dunia maya ini yang tentu saja dalam tindakan selanjutnya sangat berimplikasi pada dunia nyata si korban.
      Selain tindak kejahatan seksual yang marak juga kejahatan ekonomi yang begitu masifnya memenuhi ruang publik kita. Masih teringat kasus Taat Pribadi yang dengan gampangnya menipu para korbannya hanya dengan video editan yang diunggah di youtube mampu mengumpulkan pundi-pundi rupiah sampai miliaran ditambah lagi dengan pengikutnya yang setia. Belum lagi penipuan investasi bodong yang juga terorganisir dengan rapi yang mampu menyedot dana dari masyarakat hingga ratusan milyar rupiah. Belum lagi berita hoax yang bertebaran di group WA maupun aplikasi sosmed lainnya yang apabila kita tidak cermat menanggapinya kita akan terjerembab dalam lembah fitnah dan prasangka buruk.
      Fenomena degradasi moral di atas menunjukkan bahwa masyarakat kita belum cerdas dengan gadgetnya, ada benarnya kalau ada adigium yang mengatakan bahwa yang smart hanya phonenya saja sedangkan manusianya masih stupid alias bodoh.
      Bagaimanapun juga pendidikan seorang anak dimulai dari rumah, apakah ia berasal dari keluarga yang mampu ataupun kurang mampu secara materi tidak ada jaminan mereka akan ‘’baik-baik saja’’. Orang tua mempunyai peran yang sangat sentral dalam pembentukan karakter anak. Keteladan merupakan kunci bagi tumbuh kembangnya anak, tanpa keteladanan dari orang tua akan menjadi hal yang mustahil mereka akan tumbuh menjadi generasi yang unggul.
      Mulailah dengan hal-hal kecil yang mungkin bagi sebagian orang menganggapnya remeh temeh tetapi sebenarnya akan sangat besar impact yang akan dihasilkannya nanti pada sikap dan perilaku si anak. Bisa dimulai dari ketika bangun tidur; orang tua selalu memberi contoh merapikan tempat tidur setiap si anak baru bangun. Kemudian membiasakan sholat subuh berjamaah di masjid (untuk pemeluk agama Islam). Olah raga pagi bersama seluruh keluarga. Sarapan bersama keluarga. Selalu meluangkan waktu secara bersama-sama dalam melakukan aktifitas akan membangun rasa saling memiliki, saling menyayangi, saling menghormati satu sama lain, mudah diajak kerjasama, membentuk rasa percaya diri yang tinggi dan belajar untuk mempercayai orang lain, serta hal-hal positif lainnya.
      Sebagai orang tua milenium tidak bisa tidak kita akan selalu bersinggungan dengan dunia Informasi Teknologi. Beberapa tahun belakangan jamak kita saksikan individu-individu yang asyik dengan smartphonenya mulai dari anak balita sampai yang tua, meskipun di sekeliling mereka ada teman-teman yang saling berhadapan tetapi masing-masing sibuk dengan jari-jemarinya pencet sana pencet sini. Kadang saya berpikir, sebenarnya teknologi ini menjauhkan yang dekat atau mendekatkan yang jauh?
      Untuk itulah artikel ini saya tulis ; untuk mengingatkan diri saya sendiri.
Wahai orang tua. Jauhkan smartphonemu, dekati anakmu. Ajaklah mereka berbincang tentang bintang.
Wahai orang tua. Lupakan HPmu. Ingatlah dengan anakmu. Rangsang dia dengan kasih sayang.
Wahai orang tua. Tinggalkan Whatsappmu. Ajaklah anakmu bermain dan bercanda hingga mereka tertawa lepas dan tersenyum puas.
Wahai orang tua. Hentikan Instagrammu. Mulailah cerita tentang Si Kancil Mencuri Timun pada anakmu. Atau cerita tentang Malinkundang. Atau cerita tentang Tangkuban Perahu. Atau cerita tentang Gajah Mada. Atau cerita tentang Sunan Kalijaga. Atau cerita tentang Soekarno. Atau cerita tentang Nabi Muhammad SAW. Kalau perlu, ceritakanlah tentang dirimu.
                                                                  Amin.
*) Â Guru di Muhammadiyah Boarding School Prof. Hamka Kota Madiun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H