Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak korban perceraian cenderung memiliki masalah perilaku yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi pada pelajaran dan nilai yang lebih rendah di sekolah.
Bila sebelumnya anak berhasil mencapai prestasi akademik di sekolah, maka sebab orang tuanya bercerai, situasi dapat berubah mereka akan kehilangan motivasi untuk belajar dan prestasinya menurun.
Mudah Terkontaminasi oleh Hal-hal Negatif
Perceraian juga memudahkan anak yang sudah beranjak remaja terpengaruh oleh hal-hal negatif yang mereka temui dalam lingkup pergaulan. Merokok, minum alkohol dan narkoba.Â
Hal ini mereka rasakan karena menganggap orang tuanya tidak peduli lagi dengan mereka yang sibuk dengan urusan rumah tangganya. Menghadapi proses perceraian tidak singkat, semua orang tua membutuhkan waktu untuk memulihkan diri sehingga tanpa disadari mereka talah menelantarkan anak-anaknya.
Sulit Berinteraksi SosialÂ
Konsekuensi dari perceraian mau tidak mau memperumit interaksi sosial anak. Anak-anak merasa malu, minder dan iri dengan temannya yang masih memiliki keluarga yang utuh.
Bersikap Apatis dalam Berhubungan
Dalam jangka panjang, perceraian dapat membuat anak apatis atau enggan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Anak-anak takut akan keterikatan dan berpikir bahwa hubungan dengan lawan jenis tidak penting, hanya akan berujung pada putusnya hubungan.
Seks Bebas
Hilangnya kasih sayang yang utuh dari kedua orang tua dapat menyebabkan anak melakukan hubungan seks bebas ketika mereka mulai berkencan dengan lawan jenis.