Mohon tunggu...
Angga Kusuma Dawami
Angga Kusuma Dawami Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

kita akan mengakhiri hidup dengan gaya kita masing-masing. Jadi, Berjuanglah.. :)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kelas (Komunikasi) Isyarat

12 Oktober 2014   23:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:19 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : AK Dawami*

Melihat dan membaca ini, tertarik juga untuk menulis opini singkat ini.

Saya berikan hormat dan doa kepada mereka yang tetap berjuang dalam jalan kepedulian terhadap sesama. Hari ini merupakan satu dari sekian rangkaian mozaik kehidupan sebagai volunteer untuk kawan-kawan tuli (Deaf Volunteering Organization/DVO Solo) . Satu yang membuat setiap niat buruk sirna dalam menjalan kewajiban moral ini, bahwa hidup terlalu singkat untuk tidak peduli terhadap sesama. Terutama sebuah kenikmatan yang hebat ketika bisa bersyukur bersama mereka orang-orang yang berkebutuhan khusus (difabel).

Banyak orang tuli yang tidak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka ingin ungkapkan. Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) menjadi sebuah komunikasi untuk mengungkapkan antar sesama tuli ataupun kepada orang normal (hearing people). Salah satu media yang memberikan aksesbilitas untuk kawan-kawan tuli menyampaikan pendapatnya. Permasalahannya adalah masyarakat sendiri tidak ingin tahu dan sulit untuk tahu apa itu BISINDO?

Contoh kasus, ketika seorang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tuli ada di rumah. Dia dibebankan banyak tugas rumah yang melebihi ambang batas kemampuannya. Orang tua ABK tuli tidak mau berkomunikasi dengan menggunakan isyarat, akhirnya ABK hanya memendamnya saja. Pada akhirnya ABK tuli hanya bisa pasrah karena apa yang ingin dia ungkapkan tidak bisa dia ungkapkan kepada orang tuanya. Bukankah setiap manusia itu makhluk sosial? Dan ABK adalah manusia?

Hal inilah yang kemudian membuat kawan-kawan tuli dari Gerakan Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (GERKATIN) di berbagai daerah menggalakkan sosialisasi BISINDO sebagai bahasa komunikasi mereka. Seperti GERKATIN Solo yang sudah memiliki kelas isyarat rutin di acara Car Free Day (CFD) setiap hari minggu pagi bertempat di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Surakarta. Kemudian merambah ke GERKATIN Sragen di CFD Sragen, dan merambah ke GERKATIN Sukoharjo. Pada sesi sosialisasi, GERKATIN memberikan apa itu BISINDO, dan bagaimana menggunakannya serta memberikan aplikasi dalam kehidupan sehari hari; seperti nama siapa?; rumah dimana?; dan kalimat-kalimat sederhana lainnya.

[caption id="attachment_365943" align="aligncenter" width="300" caption="alfabet BISINDO"][/caption]

Kelas Isyarat

Kelas Isyarat menjadi sebuah solusi yang ditawarkan secara mandiri oleh GERKATIN, harapannya dengan adanya kelas ini semakin banyak masyarakat yang memahami mereka. Tujuannya jelas, bahwa pengenalan tentang BISINDO harus sampai ke masyarakat secara luas. Agar komunikasi dengan orang tuli tidak terhambat masalah bahasa. Hal ini juga sejalan dengan hak setiap manusia yang berhak untuk mengungkapkan pendapatnya. Mereka tidak ingin di kasihani, cukup berkomunikasi dan bisa dijadikan sebagai sebuah hal yang berarti.

Kelas diajar oleh kawan-kawan tuli sendiri. Satu orang pembelajar diajari oleh satu pengajar tuli, dan mungkin bisa didampingi oleh DVO untuk membatu menerjemahkan antara orang tuli dengan orang yang belajar BISINDO. Tahapannya melalui pengenalan abjad dalam BISINDO, kemudian merambah penghafalan, dan aplikasi singkat. Proses yang ditekankan dalam kelas isyarat yang sudah berjalan pada tahap awal adalah pemahaman bahwa komunikasi orang tuli menggunakan BISINDO. Dalam beberapa kasus keberjalanan kelas isyarat banyak juga yang kemudian mendedikasikan diri untuk berkecimpung langsung dalam susunan kalimat yang lebih kompleks.

[caption id="attachment_365944" align="alignleft" width="300" caption="Kelas Bahasa Isyarat oleh GERKATIN SOLO"]

14131044732074568105
14131044732074568105
[/caption]

Masalah

Bukan berarti dalam keberjalanan sosialisasi ini tanpa masalah. Selain tidak bisa selalu konsisten diadakan dalam waktu yang intens, kelas isyarat biasanya hanya menjadi sebuah pembelajaran sebentar oleh orang-orang yang tidak ingin mendalami BISINDO. Guru dari orang tuli yang tidak bisa selalu konsisten karena kegiatan ini hanya sebagai sebuah 'sampingan' disamping pekerjaan, menjadi masalah berikutnya. Lantas apakah dengan hambatan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu menjadikan BISINDO tidak bisa di'masyarakat'kan?

Orang tuli dipandang sebagai orang yang aneh; cenderung mendapatkan diskriminasi dalam masyarakat secara luas melalui komunikasi. Komunikasi orang tuli memang berbeda dengan komunikasi orang normal, tapi itu merupakan sebuah perbedaan yang harusnya menjadikan sebuah pembelajaran untuk mereka yang normal. Inilah yang kemudian harus menjadi pembelajaran bagi masyarakat kita agar lebih bijaksana dalam menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang tuli. Bukan malah hanya memandang mereka berkomunikasi tanpa adanya rasa bersalah bahwa informasi yang harusnya sampai ke orang tuli hanya sampai pada orang normal. Padahal itu masuk dalam diskriminasi, bukankah begitu?[]

---

*AK Dawami merupakan nama pena dari Angga Kusuma Dawami. Banyak kawan yang memanggil Ambon. Lahir di Sukoharjo, 26 September 1992. Bertempat tinggal di Jl. Palem III no.21 Rt.03/VIII Purbayan, Baki, Sukoharjo 57195. Bergulat dengan dunia Pengkajian Seni - fokus Seni Rupa di Pascasarjana ISI Surakarta. Siap diajak untuk mendaki gunung kapan saja. Menyukai alam, kehidupan, dan seluruh orang yang berjuang. Berusaha menjadi penerjemah bahasa isyarat di Deaf Volunteering Organization (DVO) Surakarta. Bekerja dengan berusaha sepenuh hati untuk menjadi pendamping tuli yang baik, selalu berdoa untuk mimpi besar dawaMIranti Foundation. Kirim sebuah diskusi ke email saya: elite3.4rmy@gmail.com atau @AnggaKaDe atau di facebook : Wiro Sasono.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun