Tidak berselang lama, kemudian Ibu tersebut memberikan penawaran kepada Saya dan meminta agar kami mempermudah proses pasang baru milik Ibu tersebut. “Gini aja Pak, gimana kalau punya ibu dipermudah prosesnya?” Sejujurnya, saya merasa déjà vu dengan kejadian ini, namun saya berusaha mengenyahkan fikiran tersebut. “Maksudnya gimana Bu?” Tanya saya kemudian. “Ibu kasih uang lebih deh, nanti Bapak urus semua administrasi dan punya ibu didahulukan daripada yang lain, gimana?”
Inilah ujian integritas kali kedua. Jujur, saat itu perasaan saya campur aduk. Saya masih muda dan secara manusiawi siapa yang tidak ingin memiliki uang, apalagi dengan nominal yang tidak sedikit. Namun, saat itu kemudian saya kembali teringat pesan orang tua dan para guru saya untuk bekerja secara adil dan tidak menyalahi SOP (Standar Operasional Prosedur). Jangan tertipu dengan uang, jangan sampai uang membuatmu kehilangan rasa keadilan. Saya menyadari bahwa mungkin saya akan mendapat uang tambahan jika saya menerima penawaran tersebut tapi saya menjadi pegawai PLN tidak hanya sampai hari itu saja. Bagaimana saya bisa mendapat keberkahan dan ketenangan dalam bekerja jika saya pernah menyalahi aturan?
Akhirnya dengan tegas saya menolak penawaran tersebut. “Mohon maaf Bu, kita tidak bisa menerima yang seperti itu. Nanti jadi nggak adil don dengan pelanggan yang lain.” Sayangnya penolakan tersebut tidak berarti apa-apa bagi lawan bicara saya.
“Bapak mau uang berapa? Ayolah Pak, nanti tak kasih 2.5 juta tapi tolong pasangnya dalam waktu 4 hari sudah selesai ya? Gimana?” sanggah Ibu tersebut dengan wajah yang memelas. Saya deg-degan. “Mohon maaf bu, berapapun ibu kasih, saya tidak bisa menerima (dengan berat hati hahaha). Bukan sok alim Bu, walaupun saya menerima uang dari Ibu, tapi uang yang saya terima pun tidak bisa saya kasih makan ke anak dan istri saya. Karena saya yakin dengan ajaran agama saya yang mengatakan tidak boleh memakan uang yang bukan hak kita, apalagi dikasih ke anak dan istri, nanti tidak berkah.sekali lagi mohon maaf ya Bu.” Saya menjawab dengan nada yang dibuat setenang mungkin. Walaupun saat itu sebenarnya saya menjawab dengan sedikit berbohong dengan mengatakan saya sudah mempunyai anak istri, padahal kenyataannya saya masih lajang (hahaha). Mengapa saya mengatakan bahwa saya sudah mempunyai anak istri? Karena saya meyakini bahwa orang yang sudah berkeluarga akan terlihat lebih berwibawa di mata masyarakat. Sebagai penutup percakapan, akhirnya saya meminta Ibu tersebut untuk mengurus prosedur pasang baru secepatnya agar proses dapat segera terealisasikan. “Ya sudah, nanti Ibu urus ke kantor. Terima kasih atas infonya Pak.” Ucapnya. Saya pun mengangguk dan tersenyum lega.
Inilah pengalaman ujian integritas yang saya temui selama di lapangan. Saya yakin, di luar sana masih banyak ujian integritas milik pegawai lain yang lebih menggiurkan, lebih menantang dan lebih kuat cobaan yang mereka lalui, tapi dengan mendapat ujian integritas ini saya merasa bersyukur karena ujian selalu menjadi pertanda untuk menjadikan kita setahap lebih baik dari sebelumnya. Hal itu pun yang saya harapkan bagi diri saya dan PLN. Saya menyadari sebagai Pegawai PLN saya masih butuh banyak belajar, tetapi satu hal yang akan selalu saya tanamkan. Saya selalu dan akan selalu meminta kepada Tuhan agar diberikan keteguhan hati untuk bertahan dengan integritas ini sampai akhir. Ditengah-tengah krisis kepercayaan dari masyarakat terhadap pegawai pemerintahan, pegawai BUMN dan lapisan bidang pekerjaan lainnya, saya percaya bahwa tidak lama lagi kepercayaan itu akan pulih dan kembali kokoh selama semua orang memiliki keteguhan dan kejujuran moral. Bekerja cerdas memang perlu tetapi bekerja jujur lebih diperlukan. Saya berani menjadi pegawai yang berintegritas. PLN lebih berani menunjukkan jati diri sebagai BUMN yang berintegritas tinggi.
94162115ZY
JUNIOR ENGINEER PENGENDALIAN SUSUT DAN PJU
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH RIAU DAN KEPULAUAN RIAU, AREA PEKANBARU, RAYON PERAWANG
FACEBOOK : https://www.facebook.com/angga.juliansyah.9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H