Mohon tunggu...
Angga Hervianto
Angga Hervianto Mohon Tunggu... Auditor - half auditor half .....

......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Etika

13 April 2020   17:20 Diperbarui: 15 Juni 2021   08:13 9078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1)  Deontologi

Deontologi berasal dari kata Yunani "deontos" yang berarti "apa yang harus dilakukan" dan Kadang-kadang diterjemahkan sebagai "kewajiban" atau "tugas". Immanuel Kant (filsuf abad ke-18) merupakan Deontolog terkemuka. Menurut Kant, jika Anda bertindak hanya karena keinginan, Anda tidak bertindak secara moral sama sekali. Sebaliknya, Anda berperilaku seperti hewan bukan manusia. Bagi Kant, kemampuan manusia untuk bertindak dengan menggunakan moral yang membuat kita istimewa, membuat kita bermoral, dan memberi kita martabat dan hak.

Lebih lanjut Kant mengemukakan: sama dengan hewan, manusia memiliki kecenderungan. Kita cenderung mengejar hal-hal yang kita inginkan. Kita memiliki kecenderungan untuk mengejar tujuan. Tetapi kita memiliki dua kemampuan yang tidak dimiliki hewan, yaitu:

Kemampuan untuk memilih cara untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan; dan

Kebebasan untuk mengesampingkan tujuan atau keinginan tersebut dan bertindak berdasarkan motif yang lebih tinggi. Manusia dapat bertindak melawan kecenderungan mereka demi tugas.

Untuk memahami lebih lanjut tentang teori deontologi ini, sebaiknya memahami terlebih dahulu dua konsep penting yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep Hypothetical Imperatives dan Categorical imperatives.

a) Hypothetical imperatives 

Perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan. Atau disebut dengan "Kewajiban Bersyarat". Contohnya adalah ungkapan "jika ingin kaya harus rajin bekerja". Terlihat bahwa "rajin bekerja" merupakan perintah bersyarat yang memiliki muatan kepentingan dan tujuan tertentu, yaitu "ingin kaya".

Ada catatan dari Kant terhadap hypothetical imperatives, walaupun Kant mengakui keberadaannya, namun tidak dianggap sebagai perbuatan moral, sebab karakteristik dari perbuatan bermoral adalah perintah tersebut harus berlaku universal/umum.

Ditambahkan oleh Kant, jika kita melakukan sesuatu hanya untuk memenuhi keinginan, kita tidak bertindak berdasarkan motif moral.  Maka, jika kita melakukan hal yang benar dalam bisnis hanya karena akan meningkatkan/mengembangkan bisnis, kita mungkin tidak melakukan sesuatu yang salah, namun kita tidak bertindak etis.

b) Categorical imperatives

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun