Mohon tunggu...
Angga Hergastyasmawan
Angga Hergastyasmawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PPs FIAI MSI UII

Selanjutnya

Tutup

Money

Perbedaan Konsep Kelangkaan dalam Ilmu Ekonomi Konvensional dan Islam

3 Desember 2017   13:39 Diperbarui: 3 Desember 2017   13:50 7844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pejelasan Mengenai Kelangkaan

Pembahasan utama dalam ilmu ekonomi adalah tentang kelangkaan. Kelangkaan ini mencakup jumlah, kualitas, tempat, dan waktu. Sesuatu disebut tidak langka jika jumlahnya berlimpah, bermutu baik, dan dapat ditemukan di segala tempat dan waktu. Contoh nyatanya adalah udara. Udara tidak langka karena bisa ada dimana saja dan jumlahnya sangat banyak. Namun udara bersih makin langka di perkotaan karena banyaknya polusi udara. Ini artinya udara secara umum tidaklah langka, tetapi udara bersih justru langka tergantung tempat dan waktunya (Mulyadi dan Wicaksono, 2016: 11).

Ketika kebutuhan - kebutuhan tersebut masih bisa dipenuhi oleh sumber daya yang ada, maka tidak akan terjadi persoalan, bahkan juga tidak akan terjadi persaingan. Namun manakala kebutuhan seseorang atau masyarakat akan barang dan jasa sudah melebihi kemampuan penyediaan barang dan jasa tersebut, maka akan terjadilah apa yang disebut kelangkaan. (Nasution, 2007: 53).

Kelangkaan juga dialami oleh tenaga kerja terutama menyangkut waktu mereka dalam bekerja. Jika tenaga kerja telah memilih satu pekerjaan tertentu, ia tidak bisa lagi bekerja di tempat lain pada waktu yang sama. Namun, meskipun sumber daya tersebut langka, sumber daya tersebut memiliki alternatif penggunaan. Dengan adanya alternatif penggunaan, maka manusia bisa melakukan pilihan.

Konsep Kelangkaan dalam Ekonomi Konvensional

Ilmuwan ekonomi konvensional memiliki pendangan bahwa manusia dan masyarakat itu senantiasa memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan itu berupa barang (goods) maupun jasa (services). Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut itulah, akan muncul suatu problem yang selanjutnya akan dianggap sebagai problem yang paling mendasar, yaitu terbatasnya sarana pemenuh kebutuhan manusia yang disediakan oleh alam ini (Triono, 2014: 163).

Dengan demikian, yang menjadi problema yang mendasar dalam perbincangan disiplin ilmu ekonomi adalah kelangkaan (scarcity). Dengan kata lain, jika tidak ada kelangkaan, dalam arti semua barang-barang sama melimpahnya seperti udara, maka ilmu ekonomi akan hilang sebagai suatu pokok pikiran dari ilmuwan ekonomi.

Oleh karena itu, kelangkaan dapat dianggap sebagai asal-muasal dari masalah-masalah ekonomi. Pandangan terhadap problem kelangkaan ini, selanjutnya dikuatkan dengan kenyataan bahwa keinginan manusia dan masyarakat dalam mengkonsumsi barang dan jasa tersebut, bersifat tidak terbatas. Dalam arti lain dikatakan tidak akan pernah ada habisnya.

Jika pandangan -- pandangan terhadap problema ekonomi ini dirumuskan, maka akan menghasilkan dua rumusan utama yang berkaitan dengan problem dasar dari ekonomi yaitu:

  1. Keinginan manusia tidak terbatas.
  2. Sedangkan sarana pemenuh kebutuhan terbatas.

Inti dari konsep ekonomi konvensional yaitu seseorang itu pasti memiliki kebutuhan atau keinginan yang tidak terbatas sedangkan kebutuhan sumber daya yang dimiliki terbatas sehingga menyebabkan setiap orang harus memilih di antara pilihan-pilihan yang ada untuk mencapai kepuasan maksimum. Kebebasan yang dimiliki oleh individu dalam memenuhi kebutuhan cenderung mementingkan diri sendiri (selfishness) tanpa peduli kesejahteraan hidup orang lain. Apapun usaha dan kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam sistem ekonomi ini, semuanya dilakukan dengan tujuan untuk memperkaya diri sendiri dengan sebebas-bebasnya (At -- Tariqi, 2004: 289).

Konsep Kelangkaan dalam Ekonomi Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun