Mohon tunggu...
Irfan Hanif
Irfan Hanif Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Stay healthy

Berhenti bersikap ragu-ragu dan bimbang, teruslah menatap ke depan demi masa depan yang cemerlang...

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah Gen Z dan Milenial Sulit Diatur? Mengapa Demikian?

13 Januari 2024   11:42 Diperbarui: 13 Januari 2024   11:57 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring bertambahnya tahun tentunya akan bertambah pula usia, dan disaat bertambahnya usia itulah seseorang sudah mulai kekurangan performanya, terkadang ada juga yang sudah mulai sakit-sakitan, mudah lelah, dan masih banyak lagi. Sama halnya dengan generasi yang selalu berubah seiring perkembangan zaman, dan tentunya akan berubah pula kebiasaannya, sikapnya terhadap orang-orang sekitar, dan mungkin rasa sopan santun dengan orang yang lebih tua.

Pada artikel kali ini, saya akan coba menjelaskan mengapa generasi Z dan Milenial merasa sulit untuk diatur, disuruh-suruh, bahkan mungkin untuk sopan dengan orang yang lebih tua saja sulit atau tidak mau. Selain itu juga dianggap kurangnya etika dan adab pada siapapun.

Yang pertama, penyebab generasi Z dan Milenial sulit diatur adalah karena masalah teknologi. Ya memang benar, saat ini yang namanya teknologi sudah sangat canggih bahkan bisa melebihi kemampuan Manusia pada umumnya. Salah satunya ingin menyalakan lampu, TV, mesin cuci, AC, ataupun kipas angin saja sudah bisa melalui smartphone dengan fitur voice assistant. Hanya tinggal di download aplikasinya lalu disambungkan ke device yang dimaksud, simple! Fitur ini dinamakan Google Assistant dan ada lagi beberapa yang lainnya seperti Siri, Alexa, Bixby.

Dengan seperti itu bagi kaum Gen Z dan Milenial akan menjadi dimanjakan dan tidak ingin hidup susah apalagi berusaha sampai mati-matian. Ingin mencari sesuatu tinggal browsing di internet dengan sekali klik, ingin membeli sesuatu tinggal menggunakan smartphone dalam genggaman, ingin order makanan bisa melalui aplikasi, dan banyak lagi pastinya yang sudah tak kalah canggih.

Maka itu hal inilah yang menyebabkan mereka sulit diatur dan inginnya serba instan, padahal seperti itu tidaklah baik apabila terus menerus dilakukan. Teknologi hanya membantu mempermudah, bukannya malah membuat terlena hingga menyebabkan mental seorang anak menjadi buruk.

Kemudian berikutnya, kurangnya didikan dari orang tua terhadap Gen Z dan Milenial. Mungkin hal ini tidak semuanya, tapi saya rasa ada saja orang tua yang kurang mendidik anaknya. Bisa jadi karena si orang tua (Ayah dan Ibu) terlalu sibuk kerja menjadikan anaknya dibiarkan begitu saja tanpa arah yang benar, lebih mirisnya terjerumus kepada hal-hal yang buruk. Namun biasanya ada saja orang tua yang membayar seorang pengasuh anak (baby sitter) agar anaknya di didik dan dilatih menjadi anak yang mandiri kelak dan tidak manja pada siapapun termasuk pada orang tua sendiri. Menyikapi hal tersebut, tentunya hal ini bisa dinilai baik juga karena supaya nantinya si anak tidak kurang ajar ataupun tidak sopan dengan orang tuanya. Jadi peran si baby sitter adalah sebagai orang tua kedua, karena seorang baby sitter tidak hanya mengasuh saja melainkan harus bisa mendidik, melindungi, serta mencegah si anak dari perbuatan buruk nantinya.

Selanjutnya yang terakhir adalah karena masalah lingkungan pertemanan. Seperti yang kita tahu, bahwa lingkungan pertemanan juga dapat mempengaruhi sikap dan sifat seorang anak di kemudian hari. Hal ini sebenarnya dapat berlaku untuk semua generasi, namun biasanya Gen Z dan Milenial adalah yang lebih parah. Apabila mereka sudah berkecimpung dengan teman-teman dari circle yang tidak benar, maka perlakuannya terhadap siapapun akan menjadi brutal. Bahkan dengan orang yang lebih tua saja tidak ada takut-takutnya.

Pernah saya melihat berita di sosial media yang katanya ada seorang siswa yang berani menantang dan melawan gurunya untuk berkelahi, adu jotos, adu tinju hingga siswanya menang. Dan disaat seperti itu para siswa yang lain masih sempat-sempatnya tertawa bahkan ada yang menyemangati temannya itu. Tentu hal ini sangat tidak terpuji apalagi tidak sopan. Hilang sudah adab seorang siswa itu pada gurunya, yang seharusnya dihormati tetapi ini malah mengajaknya berkelahi.

Jika generasi zaman dulu, sekitar tahun 1980-an mau se nakal apapun, se bandel apapun siswa, tetapi ketika gurunya marah siswa tersebut takut, menunduk, bahkan sampai ada yang menangis karena menyesal telah bersikap nakal. Namun hal itu tidak berlaku untuk generasi sekarang, Gen Z dan Milenial. Walaupun tidak semua, tapi tetap saja ada yang seperti itu.

Dengan kata lain, hal-hal seperti itu perlu lah dihilangkan agar generasi Z dan Milenial dapat lebih mudah untuk diatur, sopan dan santun pada orang lain terutama yang lebih tua, serta harus bisa pintar-pintar memilih lingkungan pertemanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun