Menonton film adalah hal yang paling asyik dan menyenangkan, apalagi jika dinikmati bersama keluarga dan teman-teman. Akan banyak hal seru yang akan terjadi dan tak terduga apapun itu bentuknya. Namun film terkadang sungguh membuat penontonnya merasa tersentuh dan akhirnya menimbulkan suatu reaksi dari dalam dirinya.
Seperti menangis, tertawa, khawatir, ketakutan yang begitu hebat, tegang, panik, dan berbagai macam. Memang hal itu tidak heran sih, pada kenyataannya pasti ada saja seseorang yang kalau menonton film pasti timbul reaksi seperti itu. Itu artinya mereka benar-benar menjiwai dan menikmati dengan mata dan hati serta pikiran. Kalau begitu kan enak, jadi bisa iseng-iseng spoiler ke teman atau siapa saja ya :D. Â
Sama dengan film yang dirilis di Jepang pada tahun 2013 ini, yang berjudul Moratorium Tamako. Saya saat ini sedang senang menonton film ini karena alur ceritanya bisa dibilang pelan, hening, dan sunyi seperti kehidupan nyata yang sehari-hari dilakukan. Oh ya, moratorium itu adalah suatu bentuk kegiatan yang tertunda dalam waktu yang ditentukan (penundaan).
Misalkan saja seorang anak kuliah S-1 baru menyelesaikan kuliahnya, tetapi karena ia masih bingung ingin mengarah ke pekerjaan apa akhirnya ia memutuskan untuk menganggur dulu sampai ia merasa benar-benar puas. Nah masa menganggur inilah yang dinamakan sebuah 'moratorium'. Hayoo bagi kalian ada tidak, yang setelah lulus kuliah dan wisuda menganggur lama?? :D.
Film ini benar-benar mengena sekali, saya sampai merasa tertawa karena alur ceritanya sama persis dengan keseharian saya saat ini sebagai seorang yang nganggur. Ya tapi walau begitu menganggur saya tetap diisi dengan kegiatan yang produktif kok, jadi nganggur saya ini bukan hanya melamun, makan cemilan, nonton tv, dan tidur-tiduran saja.
Namun kalau di film ini tidak, melainkan seorang pemuda berusia 23 tahun yang tidak berkegiatan sama sekali di dalam rumah. Jadi kerjaannya hanya makan, tidur, main game, baca komik, ya seperti itu saja setiap harinya. Diperankan oleh Atsuko Maeda (ex-AKB48) dan juga seorang Ayahnya entah siapa nama aslinya lupa :v.
Jadi film ini bercerita tentang kisah hidup seorang Ayah duda dan anak perempuan nya yang bernama Tamako. Tamako baru saja menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke kampung halamannya di Kofu, pada saat disana ia sama sekali tidak melakukan kegiatan apapun. Bahkan melamar pekerjaan dan membantu Ayahnya pun tidak dilakukan.
Karena Ayahnya mengelola toko peralatan dan perlengkapan olahraga. Tamako hanya membuat Ayahnya kerepotan, karena berbagai macam urusan rumah tangga hanya Ayahnya lah yang melakukan semua. Mulai dari memasak, mencuci piring, baju, menyapu, mengepel, semuanya Ayahnya yang mengerjakan.
Tamako benar-benar berada di dalam sebuah moratorium yang begitu kental dan hangat. Ia juga sama sekali tidak tertarik untuk bersikap lebih normal dan dewasa seperti orang lain pada umumnya dan juga teman-temannya. Di kampungnya sana, ia sama sekali tidak mempunyai teman seumuran.
Satu-satunya teman adalah seorang anak SMP, dengan sifat yang jauh lebih dewasa dari dirinya. Awal mulanya anak itu mengunjungi toko olahraga untuk mencari sepatu, namun karena Ayah Tamako tidak ada, jadi Tamako lah yang menemani dan mencarikan sepatu untuknya melalui majalah sport. Suatu ketika saat makan malam ia dimarahi oleh ayahnya dan berkata: "Apa kamu sudah mencari pekerjaan? Lalu untuk apa kamu kuliah?! Kerjaannya hanya baca komik, makan, tidur, main game........ Orang Jepang itu berguna, tapi kamu yang tidak berguna!"
Dan Tamako langsung menjawab dengan nada marah "suatu saat aku akan mencari pekerjaan!!" ayahnya berkata lagi "Kapan?!...... Kapan?!". Diam sejenak, Tamako langsung menjawab dengan enaknya "Kapan kapan..... tidak sekarang!". Namun walau begitu ayahnya tetap sabar dalam keadaan emosi tinggi.
Mau bagaimanapun juga Ayahnya juga sayang pada Tamako, sebaliknya Tamako juga tidak mau ayahnya menikah lagi dengan wanita yang menurutnya tidak baik. Karena ayahnya ada seorang duda. Intinya keduanya sama-sama sayang dan saling mencintai. Ya namanya juga bapak dan anak yaa...
Selain itu cerita dari film ini juga, bahwa Tamako dikenal dengan ekspresi mukanya yang terkesan jengkel, agak judes, dan jarang tersenyum. Bahkan ia juga tidak/kurang percaya diri pada diri sendiri. Jadi di alur ceritanya ada scene bahwa ia ingin menjadi seorang model/artis. Ia pergi ke salon dan memotong pendek rambutnya dan kemudian pergi ke studio foto untuk pemotretan.
Di studio foto itu adalah punya paman dan si anak SMP itu. Berhubung si anak itu bisa foto, akhirnya Tamako meminta tolong padanya. Saat pemotretanpun dirinya tampak terlihat diam, dan tanpa ekspresi. Walaupun senyum hanya sesekali, itu juga terlihat seperti terpaksa. Esok harinya saat ayahnya sedang membersihkan kamar Tamako, ia menemukan formulir untuk audisi beserta hasil foto di studio dan juga majalah bertemakan audisi.
Entah apa namanya, yang jelas di cover majalah itu memperlihatkan suatu idol grup. Mungkin AKB48 kali :v. sesaat ayahnya mengetahui hal itu, pada saat makan malam ia berkata "Tamako, apapun keinginanmu akan Ayah dukung, jadi kamu tak perlu khawatir". Tetapi Tamako nampak lesu dan tidak percaya diri, dan ayahnya berkata lagi "Kamu itu cantik kok, jadi tenang saja".
Mungkin karena Tamako sudah benar-benar kesal akhirnya ia berteriak "Diam! Jangan katakan lagi! Aku tidak suka! Hentikan.... Hentikaaaaann!!". Ia pun langsung lari menuju kamarnya dengan membanting pintu. Bagi seorang moratorium pasti ada saja yang diinginkannya, karena kalau usia 20-an itu adalah masa pertaruhan.
Karena di usia inilah seseorang harus menentukan sendiri jalan hidupnya nantinya, dan ingin bagaimana dan jadi apa karirnya. Atau disebut dengan masa-masa mencari jati diri lah. Maka tidak heran film Moratorium Tamako ini benar-benar mencerminkan kepribadian kita terutama orang Indonesia.
Mungkin kalau ada yang menontonnya, orang itu akan bilang "ini sih gue banget!!". Alurnya yang berdurasi satu jam dengan suasana yang hening, sunyi, tidak ada musik sama sekali, membuat kita seolah-olah masuk ke dalam alur film tersebut. Oh ya pada suatu ketika, Tamako juga mencari informasi tentang wanita yang akan mendampingi ayahnya.
Ia menyuruh anak SMP itu untuk mencari tahu infonya, wanita itu kabarnya adalah guru aksesoris. Dan si anak itu berusaha menggali infonya dengan cara mengikuti kelas aksesoris. Wah wah... parah ya si Tamako, bukannya nanya sendiri malah menyuruh orang :D. setelah Tamako mendapat penjelasan dari anak itu, akhirnya ia memutuskan untuk menyetujuinya untuk menjadi pendamping ayahnya.
Baginya, wanita itu adalah baik, ramah, sopan, dan murah senyum. Jadi Tamakopun tidak keberatan jika ayahnya menikah lagi dengan wanita itu. Ia mendukung ayahnya apapun itu. Hal itu dibicarakan pada saat makan siang dengan ayahnya. Dan lagi-lagi yang membuat Tamako kaget, saat ayahnya berkata "Tamako, akhir musim panas ini kau harus meninggalkan rumah ini. Apapun pekerjaannya, jika tidak cocok tinggalkanlah rumah ini".
Tamako kaget terpana. Tapi disitulah ia perlahan mulai membantu ayahnya mengelola toko dan perlahan ia juga mulai mencari pekerjaan walaupun ia tidak tahu pekerjaan apa yang diinginkannya.
Nah kurang lebih begitulah alur film Moratorium Tamako. Benar-benar gue banget, pokoknya bagi kalian yang belum nonton, ya nonton saja deh! Cari saja di google 'Moratorium Tamako'.Â
Terkadang film ini juga menyelimuti diri saya saat ini sebagai seorang moratorium juga. Sayapun juga masih bingung pekerjaan apa yang akan saya lakukan dan dimana. Sehari-hari saya selalu berwajah murung, kurang senyum, dan terlihat pusing. Jadi ini ngena banget ke saya :D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H