Mohon tunggu...
Angga Fauzan
Angga Fauzan Mohon Tunggu... Desainer - Pembelajar

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Boyolali Bergerak: Membangun Daerah Sembari Merantau

20 Mei 2019   20:06 Diperbarui: 20 Mei 2019   20:12 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hatta pernah beretorika bahwa Indonesia tak boleh hanya mengandalkan obor besar di Jakarta, melainkan juga melalui lilin yang menyala di tiap desanya. Dengan kata lain, beliau menggarisbawahi bahwa pembangunan Indonesia juga harus menggeliat, bertumbuh dan mekar di daerah. Sayangnya, anak muda yang diekspektasikan sebagai agen perubahan, hampir selalu diharuskan untuk merantau -- terutama mereka yang tinggal di desa-desa.

Sebut saja untuk keperluan berkuliah atau bekerja. Alhasil, kampung-kampung di Indonesia yang jumlahnya ribuan itu acap kali hanya didatangi oleh para putra daerahnya kala libur lebaran. Hal ini cukup mengkhawatirkan, mengingat ketimpangan kemajuan desa bisa semakin jauh tertinggal karena para 'orang pintarnya' berlabuh ke kota.

Komunitas Boyolali Bergerak hadir untuk mendobrak kerawanan tersebut. Diinisasi oleh Angga Fauzan pada tahun 2016 saat masih berkuliah di ITB, organisasi sukarelawan tersebut kini sudah memberikan kebermanfaatan bagi ratusan orang dan di hampir 10 titik kecamatan di Boyolali, Jawa Tengah. Angga memulai Boyolali Bergerak dengan membuat infografis sederhana dan membagikannya melalui halaman Facebook Boyolali Bergerak yang dibuatnya sendiri. Lantas, ia mengadakan lomba cerpen tentang Boyolali yang hadiahnya berasal dari uang beasiswa bidikmisinya, serta lomba pengadaan perpustakaan kecil di Boyolali melalui kerjasama dengan sebuah komunitas di Bandung.

Setelah kegiatan kecil tersebut berjalan lancar, Angga melihat peluang bahwa para perantau muda sepertinya bisa turun tangan untuk membangun daerahnya, sekecil apapun itu. Lantas, ia mengajak beberapa kawan SMA-nya untuk mengembangkan komunitas Boyolali Bergerak. Dimulai dari mempromosikan berbagai UKM lokal di Boyolali melalui akun media sosialnya, mereka pun melanjutkan eskalasi gerakannya dengan lebih serius.

Erna, salahseorang penggerak di Boyolali Bergerak dan sekaligus mahasiswi UGM, memantik gerakan dengan kegelisahan yang ia miliki di desanya. Banyak keluarga kurang mampu yang kesulitan memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah untuk anak-anaknya, meskipun pendidikan dasar sudah digratiskan. Alhasil, mereka pun menyepakati untuk menggalang dana dengan berjualan kaos yang keuntungannya diberikan kepada para siswa SD yang kurang mampu di desa tempat Erna tinggal. Penggalangan donasi pun sukses dan Boyolali Bergerak berhasil membantu sekitar 30 anak untuk mencukupi kebutuhan akan perlengkapan sekolahnya.

Satu per satu gerakan pun terus dijalankan oleh Boyolali Bergerak, berlandaskan pada kegelisahan dan kebersamaan para penggerak di dalamnya yang tersebar di berbagai kampus. Sebut saja pembangunan Taman Pendidikan Al-Qur'an di desa Lencoh, Selo yang awalnya hanya memiliki sekitar 15-30 murid tiap harinya dan dibina oleh sepasang suami-istri pedagang kaki lima. TPA itu dijalankan di rumah mereka yang berdinding tripleks, sebanyak seminggu enam kali dan tanpa memungut biaya sepersen pun. 

Berkat kerjasama yang dirajut oleh Angga dan kawan-kawan melalui Boyolali Bergerak bersama berbagai pihak, kini TPA tersebut sudah direnovasi menjadi bangunan permanen, memiliki perpustakaan yang menarik, dan tengah membangun MCK serta Mushola yang bisa dimanfaatkan oleh lebih dari 100 santrinya saat ini. Dua TPA lain yang terletak di kecamatan berbeda pun kini menjadi ruang berkarya bagi Boyolali Bergerak.

Selama tiga tahun berjalan, Boyolali Bergerak banyak berkarya pada isu pendidikan, sosial hingga ekonomi. Sebut saja Mentorship Program yang bertujuan untuk mempertemukan mahasiswa Boyolali dari berbagai kampus dengan siswa SMA/Sederajat di Boyolali demi mengurangi angka putus sekolah dan penyebarluasan informasi terkait dunia perkuliahan. Awalnya, kegiatan mentoring tersebut diikuti oleh sekitar 50 siswa SMA, dan kini melejit hingga lebih dari 250 siswa pada tahun 2019 yang menerima manfaatnya. 

Boyolali Bergerak juga menginisiasi kegiatan Qurban di desa Krobokan, Juwangi dengan merangkai kolaborasi bersama berbagai elemen hingga berhasil menyembelih belasan hewan Qurban, dari yang sebelumnya tak pernah ada selama beberapa tahun belakang. Komunitas ini pun pernah membantu seorang janda yang harus tetap menyekolahkan anaknya, dan memberikan modal usaha berupa gerobak angkringan. Beberapa gerakan tersebut beserta beragam karya lain dari Boyolali Bergerak menjadi bukti tersendiri bahwa para putra-putri daerah yang meninggalkan kampungnya pun tetap bisa memberikan sumbangsih, bagaimanapun bentuk dan besarannya.

Ke depan, selain melanjutkan beragam gerakan berbasiskan pada permasalahan di masyarakat, Angga dan segenap penggerak lainnya di Boyolali Bergerak berencana untuk membangun bisnis sosial bersama masyarakat. Hal ini ditujukan selain untuk mendanai gerakan mereka, juga demi membangun kemandirian ekonomi warga desa dari potensi lokal yang mereka miliki. Tentu, komunikasi, kegigihan, kolaborasi dan ketulusan niat menjadi syarat mutlak bagi para perantau muda ini agar tetap membangun Boyolali. Sesuai tagline mereka yakni Bersatu, Berkarya dan Menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun