Adanya penentangan dari tokoh budayawan lain terhadap pemikiran tentang kebudayaan dan identitas bangsa dari Sutan Takdir membuat dirinya memberikan tanggapan. Sutan Takdir telah menyadari secara penuh bahwa sejarah berkelanjutan dan tidak akan berhenti, serta pada setiap masa dalam sejarah saling menyambung dengan masa sebelumnya. Pembagian pada sejarah Nusantara dalam bagian pra-Indonesia dengan bagian Indonesia, bukan sekali-kali berarti bahwa zaman Indonesia tersebut secara tiba-tiba jatuh dari langit, namun tiba-tiba terjadi dari ketiadaan.
Semangat Indonesia menurut Sutan Takdir disebut kemauan yang muncul pada abad ke-20 pada kalangan rakyat agar bersatu serta untuk  menduduki tempat layak yang merdeka dari bangsa lainnya. Kemauan dan cita-cita yang dijunjung dengan kesadaran seperti itu tidak pernah terjadi pada lingkungan Nusantara sebelum abad ke-20. Adanya kehendak bersatu dan cita-cita mulia bersama yang dijunjung dengan sadar itu sebagai ciri khas zaman Indonesia abad ke-20. Pada zaman sebelumnya yang belum mempunyai kemauan dan cita-cita yang secara sadar disebut masa pra-Indonesia. Sutan Takdir berkaitan dengan keindonesiaan menyatakan bahwa telah terjadi kekeliruan pada pandangan Sanusi Pane dan dianggap tidak mampu memahami semangat keindonesiaan, sehingga membuat arti Indonesia dirancukan.
Penulis merupakan mahasiswa peserta kelas mata kuliah Sejarah Pemikiran Politik Indonesia yang berada dalam bimbingan Bapak Drs. IG. Krisnadi, M.Hum., selaku dosen pengampu mata kuliah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H