tetapi aku mengabaikannya, dari sini aku menyadari bahwa yang indah tidak akan selamanya menyenangkan.Â
Setelah beberapa waku yang kuhabiskan, diperjalanan aku merasa bahwa badanku terasa sangat lemah dan kaki seolah berbicara tidak mampu lagi untuk melangkkah. semilir angin yang semakin lama semakin kudiamkan, menyelinap hingga menambah rasa dinginan yang sangat hebat. sampai aku sempatkan berberbicara kepada sepupuku
ujarku; "aa duluan aja, angga nungguin disini aja, angga udah gakuat lagi"
balas sepupuku; "ah angga ini ngomong apaan, aa gabakalan ninggalin angga gitu aja, kita berangkat bareng datang di puncak dan sampe turunpun harus bareng-bareng. masa naklukin para wanita aja bisa, naklukin gunung yang gak tinggi-tinggi banget aja gabisa"
Arilpun ikut bergabung menyemangatiku ditengah pembicraanku dan sepupuku.
ujarnya ; "iya ga, semangat dong.... kamu pasti bisa ko!"
balasku mengangggukan kepala sambil tersenyum yang menandakan iya.
Kuangkat ranselku, setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di kawah putri pas di jam + _ jam 17:40
Aku, nanjar, dan aril  mulai mendirikan tenda untuk beiristirahat dan melanjutkan perjalanan dipagihari.
ditengah keheningan malam dan sambutan dari keindahan sang rebulan aku mellihat ada dua lampu ditengah hutan belantaran, dia semakin mendekat, spontan aku terkaget karna gunung ini masih keadan ditutup. dia semakin mendekat  dan terdengaar suara sapaan dari balik semak belukar, "Bang" dan kami semua menoleh kea rah mereka, ternyata mereka adalah dua pendaki berasal dari pandeglang. dia mendaki melalui jalur terlarang.