Mohon tunggu...
Angga AdiSaputra
Angga AdiSaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

An investor & Trader

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Krisis Ekonomi Amerika Serikat Terhadap Pasar Keuangan Internasional

26 Juni 2024   13:13 Diperbarui: 26 Juni 2024   13:19 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

  • PEMBAHASAN

       Kebijakan moneter dan fiskal yang tidak tepat dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi. Misalnya, suku bunga yang terlalu rendah dalam jangka panjang dapat memicu gelembung aset, sementara kebijakan fiskal yang terlalu longgar bisa meningkatkan defisit anggaran. Federal Reserve, sebagai bank sentral Amerika Serikat, memainkan peran penting dalam menetapkan kebijakan moneter. Keputusan mengenai suku bunga dapat berdampak besar pada ekonomi. Suku bunga yang terlalu rendah dapat mendorong pinjaman yang berlebihan, sedangkan suku bunga yang terlalu tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah federal juga mempengaruhi ekonomi secara signifikan.

       Ketidakpastian politik, seperti kebijakan yang tidak konsisten atau perubahan pemerintahan yang drastis, dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Contohnya, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menciptakan ketidakpastian di pasar global. Perang dagang yang dimulai pada 2018 antara Amerika Serikat dan China menunjukkan bagaimana ketidakstabilan politik dapat berdampak pada ekonomi global. Tarif dan pembatasan perdagangan yang dikenakan pada barang impor menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan yang bergantung pada rantai pasokan global. Sistem perbankan yang lemah atau kebijakan pinjaman yang berisiko dapat menyebabkan krisis keuangan. Krisis hipotek subprima tahun 2008 adalah contoh di mana pinjaman berisiko tinggi menyebabkan keruntuhan lembaga keuangan besar. Ketika bank besar mengalami masalah likuiditas atau solvabilitas, dampaknya dapat menyebar ke seluruh sistem keuangan global.

         Pinjaman "Ekonomi kami memerlukan tindakan yang berani dan segera," kata Barack Obama pada hari pengangkatannya menjadi Presiden AS di bulan Februari 2009. Dengan menguapnya aset badan keuangan AS, karena dikhawatirkan terlalu bergantung kepada pinjaman busuk, Lehman Brothers sebenarnya bukanlah satu-satunya lembaga peminjaman yang menghadapi kesulitan.Pemerintah mengambil alih Fannie Mae dan Freddie Mac, menyelamatkan AIG lewat pengucuran dana US$182 miliar atau Rp2.685 triliun dan Kongres menyediakan US$700 miliar atau Rp10.368 triliun untuk menyelamatkan bank-bank bermasalah. Henry Paulson, menteri keuangan saat itu, dijuluki 'Mr Bailout' atau si penyelamat. Bank sentral mulai membeli obligasi untuk memompa dana ke ekonomi - menghimpun dana sebesar US$4,5 triliun atau Rp66 juta triliun dalam enam tahun. Tidak lama setelah berkuasa, Obama menandatangani Recovery Act, di mana lebih dari US$800 miliar atau Rp11.850 triliun digunakan untuk membiayai program bantuan dan ditanamkan pada prasarana umum, pendidikan, kesehatan dan energi terbarukan.

       Perjalanan Amerika untuk menjadi sembuh berlangsung lama: pada masa sepuluh tahun sampai 2017, hampir 7,8 juta rumah hilang karena diambil alih, menurut perusahaan data Corelogic. Lebih dari 7,3 juta pekerjaan hilang dari bulan Januari 2008 sampai Februari 2010, ketika tingkat pengangguran berada di kisaran 10%. Dorongan fiskal meningkatkan defisit anggaran federal menjadi hampir 12% dari PDB pada tahun 2009, menurut IMF, tetapi kemudian turun menjadi 2,5% dari PDB di 2015. Pengangguran juga kembali ke tingkat sebelum krisis. Di tahun 2012, Obama mengatakan pemerintah telah mengembalikan "semua dana " yang digunakan untuk membantu bank. Badan penegakan hukum khusus yang didirikan untuk menangani badan keuangan menyatakan 251 orang telah dibui - termasuk 59 bankir - tetapi tidak satu pun pimpinan perusahaan Wall Street dipenjara.

       Pandemi seperti COVID-19 menunjukkan bagaimana gangguan kesehatan dapat memiliki dampak ekonomi yang besar. Penutupan bisnis, pengangguran, dan penurunan aktivitas ekonomi selama pandemi memberikan tekanan besar pada ekonomi Amerika Serikat. Pengeluaran besar pemerintah untuk stimulus ekonomi dan bantuan sosial juga dapat meningkatkan beban utang negara.

       Amerika Serikat adalah produsen dan konsumen utama berbagai komoditas. Fluktuasi harga   komoditas seperti minyak dapat mempengaruhi ekonomi secara signifikan, baik melalui biaya produksi maupun inflasi. Penurunan harga minyak dapat mengurangi pendapatan sektor energi, sedangkan kenaikan harga dapat meningkatkan biaya produksi dan mempengaruhi daya beli konsumen.

       Krisis dan adapunekonomi di Amerika Serikat sering kali menyebabkan kepanikan di kalangan investor global, yang dapat menyebabkan penurunan tajam di pasar saham global. Selama krisis keuangan 2008, indeks saham utama di seluruh dunia mengalami penurunan drastis. Volatilitas pasar saham meningkat, dengan investor beralih dari aset berisiko tinggi ke aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah atau emas.

      Dolar AS adalah mata uang cadangan utama dunia. Ketika ekonomi Amerika Serikat terguncang, nilai dolar dapat turun atau naik tergantung pada persepsi risiko dan kebijakan moneter. Penurunan nilai dolar dapat menyebabkan fluktuasi besar dalam nilai tukar mata uang lainnya, mempengaruhi perdagangan internasional dan kestabilan ekonomi negara-negara lain.

       Krisis ekonomi di Amerika Serikat dapat mengubah pola aliran modal internasional. Selama ketidakpastian ekonomi, investor mungkin menarik modal mereka dari Amerika Serikat dan mengalihkannya ke pasar lain yang dianggap lebih stabil. Atau, dalam situasi di mana ekonomi global juga terguncang, investor mungkin mencari keamanan dengan mengalihkan dana mereka ke aset Amerika Serikat yang dianggap aman, seperti obligasi pemerintah AS.

       Sebagai konsumen dan produsen utama komoditas, krisis ekonomi di Amerika Serikat dapat menyebabkan fluktuasi harga komoditas global. Penurunan permintaan dari Amerika Serikat dapat menurunkan harga komoditas seperti minyak, logam, dan produk pertanian, yang pada gilirannya mempengaruhi negara-negara penghasil komoditas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun