“Ah, boong lw” ketus Abon tidak percaya
“Yeh… beneran. Kalo gw bisa mah gw ngeliat yang laen juga” tegas Bagas
“…….” Abon ngambek sambil memalingkan wajahnya yang manyun
Lalu kedua sahabat ini tidak saling berbicara hingga akhir pelajaran dan berakhinya kuliah hari itu.
“Bon, balik bareng yak” ajak Bagas
“Males ah” jawab Abon tanpa menatap Bagas sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
“Hmmm… ni bocah masih aja ngambek. Bodo ah, mending gw ngejaga Rani dari segala bentuk kejahatan yang mungkin akan menimpanya” pikir Bagas sambil nyelonong pergi mencari Rani
Bagas memang menyukai Rani, tapi ia begitu malu untuk mengungkapkan perasaannya. Bahkan untuk ngobrol biasa saja dia takut. Maka ia diam-diam mengikuti Rani dari belakang, Bagas menggunakan masker ala rumah sakit supaya tidak ketahuan Rani kalau sedang dibuntuti. Bagas mengikuti Rani mulai dari gerbang kampus, naik bus umum, hingga jalan ke komplek rumahnya. Ia mengikutinya sambil memandang sekitar dengan waspada dan siap bertempur jika Rani dalam bahaya.
Saat berjalan di komplek rumah Rani, tiba-tiba BUUUUMMMM ! Sebuah meteor mendarat di depan mereka, sesosok monster berwarna hijau, berbadan besar seperti beruang namun tetap tegap berdiri, bermata satu, gigi taring semua, dan mengeluarkan suara erangan monster muncul dari meteor itu. Mata monster yang seperti mata kucing itu menatap ke arah Rani yang mematung seolah tak percaya ada sosok menyeramkan di depannya, spontan Rani berteriak meminta tolong
“Tolong !” teriak Rani sambil mencoba melarikan diri
Bagas yang kaget segera mencari tempat sepi untuk berubah menjadi “The White Shadow”. The White Shadow pun akhirnya muncul