Mohon tunggu...
Angga Firmansyah
Angga Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Alumni Matematika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya).|| Seorang yang mencoba Belajar memahami dan mencintai Kehidupan, membaca keadaan, memahami laku, memanfaatkan kebebasan dan menciptakan ruang imaji lewat goresan - goresan pena yang berisi fragmen - fragmen kata yang sedianya Melahirkan Setetes Kesan. || "Dum Vita Est Spes Est ." ("Di mana ada kehidupan di situ ada harapan")

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Guratan Pikiran

13 Agustus 2015   17:33 Diperbarui: 13 Agustus 2015   17:33 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption=" sumber "]sumber[/caption]

 

sumber gambar : http://www.teruskan.com/39911/waspadai-10-racun-pada-tubuh-anda.html

Pandangan kabur saat asap membumbung, hingga api membuat sepotong rokok membakar diri merelakannnya menjadi sebuah abu.
Di tengah kerumunan orang orang yg mungkin berbicara tentang sebuah asa, asa terhadap apa yg terlihat bias.
Apakah ada yg lebih bias dari kebiasan itu sendiri, tak ubahnya menapaki bukit yang tak berujung.
Bukankah hal itu mengacu pada rindu tak harap ingin bertemu, diantara angan yang merubah menjadi watak iblis menjadi malaikat. 
 
Ah sudahlah, inikah yang mulai menimbulkan sebuah tanya.
Uap riak dan dingin menghadirkan sang pencipta di tengah manusia. Bukan berbicara tentang apa - apa yg terkait dzat.

Tapi apa - apa yg diajarkan sang pencipta melalui para nabi yg diutus untuk membawa sebuah risalah yg menyebarkan sebuah kebaikan.
Kebaikan , adakah kebaikan yg sekarang ini adalah kebaikan yg sesungguhnya.
Ataukah itu adalah hal yg sekarang kita lihat hanyalah sebuah ilusi menghasut manusianya hingga melakukan kebaikan tanpa tahu maksud, tanpa tahu esensi.

Kadang memang begitulah manusia.
Mengedepankan hal yang dipandang menurutnya benar tanpa memperhatikan hal lain yang mungkin lebih mendekati kepada sebuah kebenaran. Bukankah di dunia ini tidak ada yang memang mutlak "benar" kecuali kebenaran itu sendiri.
Karena kebenaran yang muncul dari pikiran manusia tak lebih hanya kebenaran sementara pada waktu itu.
Dan pada nantinya akan muncul suatu kebenaran-kebenaran yang lainnya. Mengapa bisa terjadi hal seperti itu? Ataukah semua itu terjadi karena naluriyah manusia.

Berbicara tentang naluriyah, terkadang banyak orang mengedepankan yang menurutnya nalariyah tetapi melupakan kesepakatan naluriyah-nya sebagai manusia, sebagai makhluk, sebagai jiwa yang bebas dan diberikan kebebasan untuk berpikir.
Dengan memandang semua ini, Semakin terlihat semakin lama semakin Absurd sebuah kehidupan yang berjalan stagnan tanpa adanya sebuah pertanyaan. Karena mungkin itu semua adalah hakekat dari manusia, mahkluk yang penuh dengan sejuta pertanyaan.
 

Surabaya

 

sumber gambar

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun