Mohon tunggu...
Angga Dwi Saputra
Angga Dwi Saputra Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

"Lebih memilih diam sampai diminta untuk berbicara, daripada berbicara sampai diminta untuk diam"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbaiki Tindak Tutur dengan Menghilangkan Gengsi

28 Juni 2022   08:42 Diperbarui: 28 Juni 2022   08:50 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis:

Angga Dwi Saputra (Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang)

Dr. Aida Azizah, M.Pd. (Dosen Universitas Islam Sultan Agung Semarang)

Tindak tutur atau tuturan adalah sebuah pengucapan kalimat dan kata-kata dengan harapan agar dapat menyampaikan maksud dan tujuan dari seorang penutur kepada mitra tutur atau pendengar. Tindak tutur juga merupakan bagian dari pragmatik, pragmatik adalah sebuah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur makna bahasa secara eksternal, yaitu tentang bagaimana sebuah bahasa digunakan dalam berkomunikasi.

Tindak tutur merupakan salah satu bentuk bahasa yang memiliki fungsi penting dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari. Di era sekarang ini, sudah tidak jarang sekali kita temui cara bertindak tutur yang kurang baik terutama di kalangan remaja. 

Bagi mereka, menggunakan dan mengucapkan kata-kata yang "kotor" merupakan hal yang sudah biasa, bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menganggap perkataan-perkataan tersebut adalah hal yang keren ketika sedang berkumpul dan berbicara dengan teman-teman. 

Justru sebaliknya perkataan yang baik seperti mengucapkan kata terima kasih, meminta tolong dan meminta maaf malah sudah sulit ditemui, hal tersebut terjadi karena menurut kebanyakan dari mereka, meminta tolong saat membutuhkan bantuan, meminta maaf apabila melakukan kesalahan, dan berterima kasih jika seseorang telah membantu meringankan pekerjaan merupakan gengsi tersendiri.

Melawan gengsi memanglah bukan hal yang mudah, namun akan luar biasa jika seseorang sudah berhasil melakukannya. Ketika kita tau bahwa kita memang melakukan kesalahan, namun tidak mau merasa salah, Sangat jelas kita susah untuk mengucapkan kata maaf. Kita tau kita membutuhkan pertolongan, namun kita merasa derajat kita lebih tinggi, sudah pasti kita gengsi mengucapkan kata tolong. Kita tau sudah dibantu, namun merasa tidak mau tau dengan pertolongan mereka, ya jelas kita akan susah mengucapkan terima kasih.

Pemikiran seperti itulah yang harus diubah dan diperbaiki. Kita harus belajar dan berusaha menghilangkan gengsi, ketika kita benar-benar sedang membutuhkan pertolongan maka ucapkanlah kata tolong, ketika kita melakukan kesalahan walaupun hanya sepele maka ucapkanlah kata maaf. Dan jika ada seseorang yang sudah ikhlas membantu dan meringankan pekerjaan kita maka ucapkanlah terima kasih. Dengan melakukan semua hal tersebut, kita akan mendapatkan balasan-balasan dan timbal balik positif dari orang-orang di sekitar kita.

Di dalam hidup, jika kita selalu membandingkan dan merasa derajat kita lebih tinggi dari orang lain maka rasa gengsi akan terus ada di dalam diri kita dan sulit untuk dihilangkan. Sebagai seorang manusia kita harus bersifat rendah hati dan tidak membeda-bedakan derajat kita kepada sesama manusia. Karena sejatinya kita semua sama di mata Allah sebagai umatnya. Hanya tingkat keimanan kitalah yang membedakan derajat kita dan  hanya Allah yang tau tentang hal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun