Mohon tunggu...
Angely Dlya
Angely Dlya Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Universitas Andalas fakultas ilmu budaya sastra daerah minangkabau'20

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Penyaluran Iluminasi Naskah Cirebon dengan Aspek Akodikologis

12 April 2023   22:00 Diperbarui: 12 April 2023   22:01 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang sudah berkembang saat ini teknologi sudah semakin berkembang dan maju salah satunya dalam bidang penyaluran media. Media merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk menyalurkan sebuah pesan, informasi, gambar, simbol, dan berita.  Perkembangan media yang sangat pesat ini membuat manusia dapat  menyampaikan segala pendapat dan pandangannya dalam bentuk apapun.

Hal tersebut memang sejalan dengan adanya perkembangan teknologi yang sudah terjadi di era yang serba digital ini sehingga sangat memudahkan manusia untuk mentransformasikan hal apapun dengan menggunakan media apapun. Media itu ada yang berbentuk secara fisik, seperti koran, majalah, buku yang merupakan penyaluran sebuah ilmu dalam bentuk media cetak. Lalu terdapat juga media digital yang saat ini lebih banyak digunakan oleh banyak orang pada era yang sudah berkembang saat ini.

Contoh-contoh media-media digital seperti artikel-artikel online, tabloid, e-book, youtube, dan platform digital lainnya. Era digital telah mengubah segala bentuk platform media yang saat ini menjadi sangat mudah untuk mentransformasikan segala bentuk apapun informasi dan opini. Hingga saat ini sangat marak-maraknya orang ingin mentransformasikan berbagai bentuk informasi ke dalam media apapun baik itu dalam gambar, video, ataupun tulisan.

Dalam dunia pernaskahan kuno, para ahli filologi menggunakan media digital sebagai bentuk melestarikan dan juga menjaga naskah tersebut agar tidak musnah. Naskah-naskah kuno ini biasanya dituliskan dalam bahasa arab melayu kuno dan biasanya naskah-naskah tersebut juga sudah mulai hampir rapuh dan rusak. Makanya banyak para ahli filologi mentransformasikannya dalam bentuk digital dengan cara memfoto atau menscan naskah tersebut  dengan alat khusus.

Media yang ingin ditransformasikan ini biasanya merupakan naskah-naskah kuno yang medianya berupa daun lontar, kulit binatang, kertas daluang, dan kertas Eropa. Makanya diperlukan alat khusus untuk mendigitalkan naskah-nasakah tersebut. Agar naskah tersebut dapat dianalisis dengan baik dan dievaluasi yang tujuannya berguna untuk memahami naskah tersebut.

Aspek kodilkologi sangatlah berperan di sini, kodikologi merupakan penelitian yang berguna untuk menganalisis suatu naskah secara mendetail agar karakterisktik yang ada di dalam naskah tersebut dapat dipahami makna yang ada di dalamnya. Kodikologi juga menganalisis tata letak penulisan, tinta yang digunakan, bahannya, serta media yang digunakan untuk membuat naskah atau masnuskrip tersebut.

Kodikologi mencakup beberapa bidang seperti dalam bedang sejarahnya, sastra, seni, dan bahasa. Dalam kodikologi terdapat beberapa aspek yang biasanya digunakan oleh para peneliti. Aspek-aspek tersebut adalah

Aspek Historis yang biasanya mengkaji sejarah, budaya dan sistem sosial yang tertera dalam naskah tersebut. Biasanya melalui aspek ini kita dapat mengetahui bentuk sosial yang di jalani, kehidupan ekonomi yang berkembang pada masa itu dan budaya yang sedang berkembang pada masa itu juga.

Aspek Paleografi ini adalah aspek yang menganalisis tentang teknologi yang digunakan untuk membuat manuskrip atau naskah tersebut. Seperti dalam gaya penulisan, tinta yang digunakan, jenis kertas yang digunakan.

Aspek Filologis merupakan aspek yang menganalisis mengenai bahasa dan isi dari tulisan tersebut. Analisis yang biasanya digunakan berupa analisis dalam pemaknaan isi teks, mentransmisikan dan mentransformasikan dan juga menerjemahkan bahasa teks tersebut agar dapat dipahami dan dibaca ulang oleh generasi mendatang.

Aspek Kodeks menganalisis bentuk fisik dari teks tersebut seperti tata letak, jenis bahan, cara penyusunan naskah tersebut sebelum pada akhirnya naskah tersebut dianalisis lebih lanjut.

Aspek-aspek ini sangat diperlukan agar naskah yang diteliti dapat terungkap informasinya dan dapat dipahami makna-makna yang terkandung di dalamnya. Seperti pada naskah Cirebon yang terdapat di Jawa Barat. Naskah Cirebon merupakan naskah yang berisikan bagaimana sejarah dan budaya Cirebon itu ada. Penggabungan budaya Jawa dan Sunda terukir di dalam naskah tersebut.

Penyebaran agama Islam yang di sebarkan oleh Sunan Gunung Jati membawa naskah ini menceritakan sejarah serta budaya Islam terbentuk. Di dalam naskah Cirebon terdapat simbol-simbol iluminasi naskah yang dimana simbol tersebut memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Makna-makna tersebut mencoba untuk dipahami dengan menggunakan aspek kodikologi.

Aspek kodikologi yang diterapkan dalam naskah Cirebon ini adalah dengan menganalisis bentuk naskahnya. Berdasarkan jurnal manuskripta karya Achmad Opan Safari dalam jurnal yang berjudul Iluminasi Naskah Cirebon, di dalamnya diceritakan bagaimana tim peneliti menganalisis naskah Cirebon ini. Naskah tersebut dianalisis dengan melihat dari segi media yang digunakan, biasanya media yang digunakan untuk membuat manuskrip atau naskah-naskah yang terdapat di Cirebon Jawa Barat ini menggunakan daun lontar, kulit binatang, kertas daluan, dan kerta Eropa sebagai media untuk mentransmisikan simbol iluminasi ke dalam naskah.

Proses pentransmisi iluminasi menggunakan bahan pewarna yang diciptakan berasal dari alam atau pewarna sintesis. Berdasarkan penelitian yang ada di dalam jurnal, peneliti menggunakan enam pewarna yang menjadi kunci untuk membuat sebuah iluminasi naskah. Warna-warna tersebut adalah:

Warna Putih yang terbuat dari tulang-tulang hewan seperti sapi yang proses pembuatannya dengan cara di bakar terlebih dahulu lalu setelah itu menumbuknya hingga halus.

Warna Kuning yang terbuat dari kunyit yang proses pengolahannya adalah dengan memarutnya lalu dikeringkan.

Warna Biru yang biasanya terbuat dari buah tarum yang pengolahannya diperasa agar sari-sari yang terdapat dalam buah tersebut keluar.

Warna Hitam yang terbuat dari arang yang ditumbuk hingga halus sehingga dapat menghasilkan warna hitam yang alami.

Warna Merah terbuat dari gincu yang ditumbuk halus sehingga menghasilkan warna merah.

Yang terakhir terdapat warna marun yang terbuat dari akar mengkudu dengan proses pengolahan diperas agar sari-sari tersebut keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun