Mohon tunggu...
Midway Writer
Midway Writer Mohon Tunggu... -

Kami adalah sekelompok penulis yang ingin mendukung para pembaca cerdas dengan memberikan artikel-artikel yang berimbang dan terpercaya. Follow akun Instagram kami di @midwaywriter :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Millenial Parenting

15 Desember 2018   14:47 Diperbarui: 15 Desember 2018   15:02 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak 2016, di Indonesia mulai muncul tren "halalin adek bang". 

Ya tren menikah muda ini muncul setelah ada anak laki-laki yang berusia 17 tahun yang merupakan anak dari seorang tokoh ulama terkenal di Indonesia. 

Maraknya tren menikah muda ini membuat warga Indonesia yang masih berusia produktif untum berbondong-bondong menikah. Tagline dari "agar tidak zina" menjadi dasar penting bagi para calon pengantin yang akan menikah.


Di artikel ini, kami tidak akan membahas mengenai tren menikah muda yang sempat sangat booming dan efeknya masih terasa hingga hari ini walaupun tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. 

Di artikel ini kami akan membahas kelanjuta kehidupan para milenial setelah mereka melakukan pernikahan. Ya, berkeluarga dan memiliki anak. Tidak sedikit dari milenial yang memutuskan untuk langsung memiliki anak tak lama setelah menikah. 

Banyak dari mereka yang tidak ingin menunda momongan salah satunya agar ketika anak dewasa, sang orang tua masih bisa menemani secara aktif karna umur mereka tak terpaut jauh.

Baca Juga : Linda Afriani Kembali Adakan Pelatihan Bisnis UMKM Gratis

Lalu, apa saja tips untuk para milenial dalam merawat anak?

1) Sudah lumrah diketahui bahwa milenial selalu menginginkan hal yang unik tak terkecuali nama.
Namun, perlu digaris bawahi, ketika anak tumbuh besar, pastikan ia tidak kesusahan ketika harus mengeja atau menyebutkan namanya di depan umum.

2) Milenial selalu identik dengan sosial media.
Tak sedikit dari para orang tua milenial yang membuat akun pribadi untuk anak-anaknya atau bahkan mengisi sosial media mereka penuh dengan postingan anak-anaknya. Ini sebenarnya sah-sah saja. 

Namun perlu diketahui bahwa memposting gambar ataupun video di sosial media juga bisa berdampak negatif bagi anak misalnya munculnya kasus penculikan anak, pedofilia maupun penggunaan foto dan video anak oleh orang asing untuk niat jahat lainnya. 

Apalagi menghapus file di sosial media tidak semudah Ferguso menyatakan cintanya pada Marimar.

3) Orang tua milenial adalah orang tua yang paling bisa memiliki family time yang lebih banyak ketimbang orang tua pada jaman-jaman sebelumnya. Orang tua milenial cenderung mengikutsertakan anak-anak mereka dalam kegiatan atau pekerjaan mereka. Namun orang tua milenial harus hati-hati karena bisa saja anak tertular stress dan membuat anak susah untuk mengontrol emosi.

Linda Afriani, seorang pengusaha muda yang memiliki empat orang anak dan aktif dalam dunia pendidikan di Yogyakarta menyatakan bahwa ketika orang tua stress, anak bisa tertular dan bahkan bisa menyebabkan mereka depresi. 

Untuk itu, Linda menyarankan untuk para orang tua agar lebih memperhatikan tidak hanya kesehatan jasmani tetapi kesehatan rohani. Ketika anak tertawa belum tentu dia bahagia, bisa saja dia sedang sedih atau stress.

Lanjut Baca : Parenting Advice bagi Millenial Parents

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun