Mohon tunggu...
Angel Pho Wijaya
Angel Pho Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Mahasiswa Semester 7 Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bakteri Penyebab Sakit Perut Bisa Bikin Cantik?

31 Oktober 2024   13:59 Diperbarui: 31 Oktober 2024   14:02 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, penyuntikan botox berlebih dapat menyebabkan resistensi botulinum neurotoxin A, sehingga harus digunakan botulinum toxin B yang memiliki kemunkinan efektivitas lebih tinggi walaupun mekanisme dan manfaat yang diperoleh dari botulinum toxin B belum dinyatakan aman secara klinis (Bentivoglio e tal. 2015; Moreira et al. 2016).

Produk Botox Komersil

Sekarang botox sudah banyak beredar, namun perlu diperhatikan tipe dari botoxnya. Karena botox sendiri memiliki berbagai tipe, salah satunya tipe A dan B. Tipe A biasa digunakan untuk bidang kecantikan seperti mengurangi kerutan dan facial contouring. Produk komersial dari botox tipe A (BoNT-A) sudah banyak, beberapa contohnya adalah Dysport, Botox, Xeomin, dan Jeaveau. 

Sedangkan tipe B (BoNT-B) digunakan untuk bidang kesehatan seperti mengobati gangguan otot pada pasien khususnya cervical dystonia. Saat ini hanya satu produk saja yang sudah tersedia secara komersial dan terlah disetujui untuk digunakan dalam dunia medis, yaitu Myoblock (Bentivoligo et al. 2015).

Secara singkat, botox atau Botulinum neurotoxin A memiliki manfaat dalam bidang kecantikan maupun medis. Dalam bidang kecantikan, botox dimanfaatkan untuk mengurangi garis-garis halus, serta kerutan pada wajah agar kulit wajah menjadi lebih kencang dan terlihat lebih muda. 

Di bidang medis, botox berperan dalam pengobatan beberapa kondisi seperti spastisitas, yaitu ketegangan otot berlebih yang sulit diatasi dengan metode terapi konvensional. Teknik produksi botox kini juga telah berkembang menggunakan rekayasa genetika rekombinan yang membuat prosesnya lebih aman dan terkendali. 

Dengan teknik ini, toksin yang dihasilkan dapat diproduksi dalam lingkungan laboratorium secara terkontrol sehingga risiko efek samping berbahaya bagi pengguna dapat dikurangi. Meskipun bermanfaat, botox memiliki kelemahan, di mana efek suntikannya tidak bersifat permanen dan umumnya hanya bertahan dalam hitungan bulan, sehingga perlu dilakukan perawatan berulang supaya hasil yang diinginkan tetap terlihat. 

Selain itu, terdapat juga risiko tubuh menjadi kebal terhadap botulinum neurotoxin A meningkat dan menurunkan efektivitas pengobatannya jika terlalu sering dilakukan. Jika tubuh kita sudah kebal dari botulinum neurotoxin A, harus digunakan botulinum neurotoxin B. Namun, efektivitas dan keamanannya ini masih perlu diteliti lebih lanjut agar penggunaannya aman dalam jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun