Ada pepatah bijak yang bilang “Mulutmu adalah harimaumu”, sepertinya ter-
dengar benar banget tetapi apa yang mungkin timbul bagi orang yang meme-
gang teguh kata-kata bijak tersebut?.
Maka sedikit saja ada orang yang berbicara yang menurutnya tidak enak
didengar oleh dirinya, maka dia lantas marah, memutuskan hubungan relasi,
memutuskan hubungan bisnis, memutuskan hubungan kekasih, mencelakai
orang, bahkan lebih jauh akan membunuh orang yang menurutnya telah
menghinanya (menyinggungnya) dengan kata-kata tidak enak tersebut!
Tolok ukur kata-kata tidak enak sangatlah abstrak dan berbeda bagi tiap
orang, seperti kata “Gila”, dikalangan orang-orang tertentu dan saat tertentu,
merupakan kata-kata standart dan tidak masuk dalam kategori menghina.
Sebab kata-kata tersebut bisa dipakai sebagai ungkapan “Keheranan akan
kehebatan seseorang atau kelebihan temannya”.
Disisi lain “Suatu ciri khas kata umpatan tertentu” daerah tertentu ini berubah
arti menjadi suatu ciri khas bahwa orang tersebut adalah orang dari suatu
daerah tertentu bila memang sedang berkelana jauh dari tempat semula
sebagai tanda pengenal dari daerah mana seseorang berasal.
Tetapi dilain waktu kata-kata tersebut memang asli bermakna untuk meng-
hina, jadi tergantung situasi & kondisi tentunya. Itulah ilmu kata-kata, masuk
dalam ilmu komunikasi antar pribadi, antar pribadi dengan komunitas, antar komunitas dengan komunitas, selalu berubah sesuai era, situasi, kondisi dan
keterkaitan yang berbeda akan berbeda makna (konteks).
Namun kejadian paling fatal adalah amarah, dengan mengambil pepatah
“Mulutmu adalah harimaumu”, oleh seseorang, akan membuat orang tadi
sangat sensitive terhadap kata-kata kasar dan akan meledak kemarahannya
dengan segera bila ada kata atau kalimat yang dianggapnya menyinggung
atau menyakiti fikirannya padahal sebenarnya biasa saja bagi yang lain.
Ada cerita moral bergaya “fabel”, yang bisa dijadikan pedoman untuk hal ini,
diceritakan suatu hari ada seorang anak mengilik-ilik lobang tempat tinggal si
kepiting.
Si kepiting yang sedang istirahat akhirnya terbangun, sebab lobang tempat
yang dia tinggali jadi terusik oleh riak air di lobangnya yang naik turun, dan
membuat vibrasi hingga menggangu istirahatnya.
Dengan kemarahan yang meluap, mata melotot, nafas terengah-engah,
darah sudah naik keubun-ubun dan tinggal diledakkan, maka yakin dengan
senjatanya yang berupa capit, si kepiting naik keujung luar pintu masuk
di mana si pengganggu berada.
Lalu dengan capit yang
sangat kuat, dia mencapit pengilik-ilik si bocah yang mengganggunya, mencapit dengan keras kalau bisa sampai hampir putus dan tidak bakalan dia
lepaskan lagi.
Mengetahui kilik-kilikannya dicapit dengan keras, si bocah segera mengang-
katnya, dan sekilas terlihat si kepiting yang bernafsu sedang mencapit kuat alat
kilikannya.
Dengan segera si bocah mencabut kilikannya dari lobang sehingga si
kepiting yang mencapit dengan erat terbawa, lalu segera si bocah mem-
banting si kepiting ke tanah berbatu dan membakarnya sebagai makanan
pengisi lapar si bocah!
Moral yang didapat adalah jangan mudah marah hanya karena kata-kata
kasar, kata-kata kasar bisa memancing amarah kita dan kemarahan kita
justru adalah kelemahan kita yang bisa di manfaatkan oleh orang lain yang
tidak menyukai karakter kita, bahkan akan menghancurkan harapan-harapan
kita yang tinggal setapak lagi akan berhasil.
Dan biasanya saat marah, kitapun akan melanggar pegangan kita yang
diagung-agungkan semula, yaitu “Mulutmu adalah harimaumu”, itu menjadi
percuma, mengapa?, sebab kitapun akan mengeluarkan kata-kata yang tidak
enak didengar bagi orang lain saat kita marah tersebut!
Bahkan kemungkinan besar kita akan mendapatkan masalah baru yang lebih
besar karena kesukaan kita mengungkapkan kemarahan kita tersebut, sela-
mat menikmati hasilnya (^_^).
Namun bukan berarti kita boleh sembarangan bicara semaunya & memfitnah
semaunya, sebab kita juga harus tetap baik dengan orang lain, mengapa?.sebab kita perlu networking dan bersikap baik dengan orang lain orang terse-
but, atau mungkin mereka belum membaca artikel ini, ataukah mungkin
budayanya beda.
Bagaimana caranya meminta maaf setelah memfitnah? klarifikasi masalahnya dan meminta maaf di media cetak, media broadcast (TV) dan media
internet dalam kurun waktu tertentu, maka nama baik orang yang kita fitnah
akan pulih kembali.
Tetapi tentunya sangat mahal bukan?, makanya jangan memfitnah!.
Think before act!.
Angel Michael
Copyright 2005 -now, angel michael
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H