Jingle Bells... Jingle Bells... Jingle All The Ways...
Lagu natal diputar dimana-mana. Di pusat kota hingga di radio pun diputar untuk mengingatkan bagi semua orang bahwa hari Natal akan tiba.Â
Begitu juga dengan Carol, gadis kecil ini sangat menantikan Hari Natal tiba. Walaupun Ia tahu bahwa Sinterklas adalah imajinasi semata, Ia tetap berharap pada saat malam natal nanti Sinterklas meninggalkan sebuah hadiah untuknya.
Carol tinggal disebuah rumah kecil di tengah kota, hanya bersama Ibunya yang sangat Ia sayangi. Ibunya selalu membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.Â
Beberapa hari lagi Hari Natal akan tiba, begitu pula hari ulang tahunnya. Betul sekali, Carol berulang tahun tepat di Hari Natal. Carol berharap bisa mendapatkan hadiah gaun baru dengan bahan dan renda sebagai hadiah natal yang indah, sekaligus sebagai hadiah ulang tahunnya.Â
Semua teman Carol akan mendapatkan rok baru. Tetapi Carol tidak mau meminta ibunya untuk baju baru ataupun hadiah. Dia tahu betapa keras ibunya bekerja untuk dirinya. Sehingga Ia hanya bisa berharap bahwa Sinterklas benar-benar menjawab permintaannya.
Teman-teman sekelasnya hanya membicarakan perayaan Natal yang sudah dekat.
"Bibiku yang kaya pasti akan memberiku boneka bermerek cantik lagi," kata Ria.
"Aku telah mengisyaratkan tentang jam tangan mahal itu kepada orang tuaku. Mereka pasti akan memberikannya padaku," kata Tessi.
Carol merasa tersisih dalam percakapan itu. Carol hanya bisa diam dan merenung, Ia tidak memiliki orang tua kaya atau bibi & paman kaya untuk memberinya hadiah mahal. Bukan hanya hadiah yang membuat Carol khawatir. Begitu juga dengan ibunya. Saat ini dia bekerja lembur dan tampak pucat dan lelah.
Hari-hari berlalu dan akhirnya malam Natal Tiba. Di rumah semua orang, kecuali Carol, pohon Natal indah menghiasi rumah mereka. Dari dapur mereka tercium aroma harum kue dan kalkun yang baru dipanggang. Tapi tidak ada yang dimasak di rumah Carol.Â
Carol berharap dengan sepenuh hati bahwa setidaknya kali ini dia akan mendapatkan hadiah dari Sinterklas. Carol perlahan tertidur. Dia memimpikan Santa mengendarai di salju dengan rusa kutubnya dan mampir di rumahnya meninggalkan sebuah hadiah untuknya. Sungguh Indah.
Kriiiiing... Kriiiiiingggg...
Carol melompat, mendengar alarm.
Ia terbangun dari mimpinya. Ia kemudian bersiap seperti hari-hari biasanya.
Namun, tiba-tiba teringat bahwa ini hari Natal. Tanpa banyak harapan dia melihat apakah ada hadiah untuknya.Â
"Wah!! Hadiah apa ini?" celetuknya setelah melihat sebuah bungkusan hadiah indah diikat dengan pita merah tergeletak di depan pintu rumahnya. Sebuah keajaiban pikirnya.
Ia memeriksa hadiah itu dengan hati-hati untuk mencari tahu siapa yang memberinya rok secantik ini. Tiba-tiba selembar kertas kecil jatuh dari lapisan dalam rok. Carol dengan bersemangat mulai membaca catatan itu.
"Carol tersayang,
Baju rok ini diberikan kepadamu karena telah menjadi gadis yang baik. Semoga kamu terus melakukan hal-hal yang baik dan selalu menyayangi dan membantu Ibumu dengan tulus.
Temanmu yang tercinta,
Santa Claus, "
Carol merasa ada sesuatu yang tidak asing dengan catatan ini. Dia melihat ke dalam catatan itu dengan hati-hati. Kemudian dia tersadar. Dia menyadari bahwa tulisan tangan ini mirip dengan tulisan tangan ibunya. Ibunya telah bekerja lembur untuk menabung untuk membeli hadiah mahal ini. Carol sangat bahagia tanpa kata-kata.Â
Carol pun menunggu Ibunya dengan tidak sabar. Saat sore hari Ibunya pulang setelah bekerja, Carol langsung memeluk Ibunya dan mengucapkan terimakasih. Dia tahu bahwa dia adalah gadis paling beruntung yang memiliki ibu yang luar biasa sebagai hadiah natal yang luar biasa. Ia sangat menyayangi Ibunya sampai kapanpun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H