Mohon tunggu...
Merry Angel Magdalena
Merry Angel Magdalena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga

Tertarik belajar banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Media Sosial: Pisau Bermata Dua

15 Juni 2024   10:01 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:14 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media sosial sekarang ini sudah seolah-olah menjadi makanan sehari-hari bagi sebagian besar orang. Tiada hari tanpa menggunakan media sosial. Rasanya seperti susah sekali untuk lepas dari benda digital adiktif yang satu ini. Facebook, Instagram, X (yang dulunya Twitter), YouTube, TikTok, siapa yang tidak mengenal aplikasi-aplikasi tersebut. Persebaran informasi, foto, video, bahkan interaksi pun terjadi di sana. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa berselancar di media sosial merupakan suatu hal yang menyenangkan, karena kita memiliki akses kepada dunia dengan segala informasinya. Apapun yang ingin dicari pasti didapatkan, bahkan hal yang tidak dicari pun pasti didapatkan juga. Video lucu, video edukatif, jaringan pertemanan, inspirasi, dan lainnya, semua bisa didapatkan melalui media sosial. Sepertinya menyenangkan bukan bermain media sosial? Lalu, apakah dampak yang diberikan akan sama menyenangkannya ketika kita menggunakan media sosial atau justru menyengsarakan?

Menyenangkan atau Menyengsarakan?

Di era modern ini, hampir semua aktivitas manusia tidak bisa lepas dari teknologi. Hidup berdampingan dengan teknologi membawa kemudahan dalam pekerjaan manusia, salah satunya seperti media sosial ini. Media sosial merupakan platform yang memfasilitasi penggunanya dalam berkomunikasi atau bertukar pesan dan juga persebaran informasi. WhatsApp merupakan salah satu media sosial yang sangat populer di Indonesia. Aplikasi ini memudahkan para penggunaknya untuk berkomunikasi secara virtual, baik melalui fitur chat (bertukar pesan), call (telepon), bahkan video call (telepon dengan tatap muka).

Contoh media sosial lain yang tidak kalah populer, bahkan termasuk salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan di dunia, adalah Instagram. Aplikasi ini dapat membantu para penggunanya dalam membangun interaksi dengan pengguna lain dengan cara menyebarkan foto atau video yang disertai dengan fitur komentar, DM (Direct Message) yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, story Instagram yang dapat digunakan untuk menyebarkan foto atau video hanya dalam waktu 24 jam, short video, dan fitur lainnya. Kemudahan-kemudahan seperti inilah yang membuat banyak orang menggunakan media sosial. Selain itu, informasi-informasi yang dibutuhkan, seperti lowongan pekerjaan, informasi yang berhubungan dengan akademik, informasi yang berhubungan dengan hobi atau kesukaan bisa didapatkan melalui media sosial.

Tetapi di balik semua dampak positif tersebut, ada dampak negatif yang mengintai dan selalu siap untuk menyerang siapapun penggunanya yang terlihat lengah. Informasi-informasi yang disalurkan melalui media sosial tidak selalu dipenuhi dengan kebenaran. Selalu ada bumbu-bumbu kebohongan di baliknya. Kita mengenalnya dengan sebutan hoax. Termakan akan berita-berita bohong merupakan suatu kejadian yang sudah cukup sering terjadi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Kemudahan dalam menyebarkan informasi ternyata tidak selalu mendatangkan kebaikan, tetapi juga bisa menjadi malapetaka. Terjadinya misinformasi dan disinformasi di kalangan pengguna media sosial dapat menimbulkan pertikaian antar penggunanya, yang bahkan belum tentu mereka mengenal satu sama lain. Hal ini mengarah pada permasalahan lainnya, yaitu adab. Degradasi moral, etika, dan sopan santun menjadi dampak yang didapatkan melalui media sosial ini. Memancing perkelahian dengan sesama pengguna tidak jarang kita temukan ketika berselancar di media sosial. Tidak peduli dengan bentuk apapun informasi yang diberikan, pasti selalu saja ada pemantik yang menyebabkan timbulnya api di antara pengguna media sosial.

Selain itu, penggunaan media sosial juga dapat menyerang sisi psikologis penggunanya. Menjalin hubungan dan berinteraksi melalui dunia maya menyebabkan penggunanya sulit untuk membedakan mana dunia nyata dan mana dunia maya. Seperti salah satu contoh media sosial yang dijelaskan di atas, Instagram, persebaran foto dan video merupakan salah satu cara bagi para pengguna untuk menjalin hubungan dan berinteraksi. Sering kali, apa yang diperlihatkan melalui media sosial tidak selalu dapat diterima dengan baik oleh setiap pengguna. Social comparison, umumnya upward social comparison merupakan salah satu dampak dari media sosial yang menyebabkan penggunanya membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain yang lebih baik dari pada dirinya. Sebenarnya, hal ini dapat dijadikan sebagai motivasi, tetapi jika tidak ditangani dengan baik, maka hal ini akan mengarah pada timbulnya sikap insecure atau tidak percaya diri. Hal ini dapat terjadi tanpa disadari, baik dari kedua belah pihak, yang menyebarkan dan yang melihat.

 

Lalu, Bagaimana Solusinya?

Dampak positif maupun dampak negatif yang dirasakan melalui media sosial tidak hanya terbatas pada penjelasan di atas. Sebagai pengguna media sosial tentunya kita juga ikut menyaksikan dan merasakan sendiri atau bahkan kita memiliki pengalaman tersendiri mengenai dampak dari penggunaan media sosial. Maka dari itu, berdasarkan kejadian yang sering dijumpai di media sosial dengan penjelasan di atas, rasanya seperti selalu ada harga yang dibayar setiap kali kita menggunakan media sosial, karena kemudahan yang didapatkan seolah-olah didampingi dengan kesulitan yang siap mengintai para penggunanya. Media sosial dirasa seperti pisau bermata dua yang dapat berbalik menyerang penggunanya. Lalu, apakah selalu ada harga yang "harus dibayar" tiap kali menggunakan dan merasakan kesenangan dari media sosial?

Mengetahui dengan baik apa itu media sosial dan cara kerjanya, mengetahui tujuan dari penggunaan media sosial, serta mempunyai kontrol akan diri sendiri dapat dijadikan sebagai solusi dari permasalahan ini. Media sosial digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia sehingga kita hanya memiliki kendali atas diri kita sendiri. Membatasi serta menetapkan batasan bagi diri sendiri merupakan salah satu langkah yang baik agar terhindar dari dampak negatif media sosial. Selain itu, mengetahui tujuan akan penggunaan media sosial juga sama pentingnya. Membuka media sosial tanpa tujuan yang jelas hanya akan menenggelamkan kita pada dunia maya yang tidak ada habisnya dan kecanduan menjadi salah satu dampaknya. Jika kita memiliki kontrol akan diri sendiri serta tujuan dari penggunaan media sosial, maka dampak negatif dari media sosial dapat terhindarkan dan kegunaan yang ditawarkan dari media sosial ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu, tentukanlah batasan dan tujuanmu dalam menggunakan media sosial dari sekarang, karena jika kita tidak menggunakannya dengan benar, maka media sosial bisa menjadi senjata yang berbalik menyerang tuannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun