Rizky Auliani dan  Annisa Tri Prabandari
Limbah kulit singkong merupakan salah satu limbah utama yang dihasilkan dari proses pengolahan singkong menjadi tepung atau makanan olahan lainnya. Limbah kulit singkong dapat dikembangkan untuk memanfaatkan secara lebih efektif. Salah satu solusi yang muncul adalah mengolah limbah ini menjadi pakan alternatif yang berkualitas tinggi untuk ternak lokal, seperti sapi atau kambing. Pemanfaatan limbah kulit singkong sebagai pakan alternatif ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi petani, tetapi juga membantu mengurangi dampak lingkungan negatif dari pembuangan limbah pertanian yang tidak terkelola. Langkah-langkah ini juga sejalan dengan upaya global untuk mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Mengubah limbah kulit singkong menjadi silase adalah solusi yang baik untuk mengurangi limbah organik dan memanfaatkannya sebagai pakan ternak.
Proses pengawetan silase akan menjaga kualitas nutrisi kulit singkong untuk digunakan sebagai pakan ternak dalam jangka waktu yang lebih lama. Proses fermentasi silase akan menjaga kualitas nutrisi kulit singkong sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang berkualitas. Langkah-langkah tersebut antara lain menghancurkan kulit singkong, mencampurkannya dengan bahan lain seperti molase atau urea, lalu memadatkannya dalam wadah kedap udara untuk fermentasi. Limbah kulit singkong tidak dapat dikonsumsi sehari-hari oleh ternak karena mengandung sianida (HCL) yang dapat membahayakan ternak serta mengandung zat anti nutrisi yaitu asam sianida (HCN). Bahkan dosis sianida kurang lebih 0,5-3 mg per kilogram bobot badan ternak dapat menyebabkan kematian. Mengurangi zat beracun melalui pengolahan yang tepat.
Bahan yang diperlukan, seperti: limbah kulit singkong, EM4, dan plastik/silo. Setelah menyiapkan bahan tahap selanjutnya yaitu proses pembuatan fermentasi silase:
- Kulit singkong dikerok lalu dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel
- Kulit singkong dicacah, bertujuan untuk mempermudah pengolahan saat pemadatan
- Kemudian direndam selama 3-4 hari dengan garam dan setiap harinya air rendamannya diganti (bertujuan untuk menghilangkan racun sianida)
- Dijemur 2/3 jam untuk mengurangi kadar air
- Fermentasi bisa dilakukan dalam bentuk kering dan penambahan EM4
- Langkah selanjutnya yaitu dengan melakukan fermentasi tertutup dengan cara memasukkan hasil fermentasi kedalam plastik yang kedap udara dan disimpan selama 3-4 minggu.Â
Hasil fermentasi yang tertutup atau kedap udara ini dapat dikatakan berhasil jika selama proses fermentasi tidak terjadi kontaminasi jamur dan aroma yang dihasilkan dari fermentasi tersebut berbau asam dan asam seperti khas fermentasi pada umumnya. Setelah tahap fermentasi selesai efeknya bagus yaitu tidak ada jamur, dan bisa langsung dijadikan pakan ternak. Pada fase ini, pakan fermentasi kulit singkong diberikan kepada ternak hanya dua kali seminggu atau hanya pada keadaan darurat. Karena pakan fermentasi kulit singkong hanya pakan pelengkap, bukan pakan utama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI