Namun tetap ingat, kamu tak perlu memaksakan dirimu juga. Ketika kamu belum siap untuk berbicara, hasilnya akan menjadi canggung. Timing berbicara sangat penting. Dengan demikian, hal-hal tersebut dalam menjalankan interaksi dengan orang baru, khususnya dalam menyampaikan pesan verbal.
Lalu bagaimana dengan dengan komunikasi non-verbal? Kita akan membahasnya satu per satu. Komunikasi non-verbal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan orang baru perlu diperhatikan.Â
Pertama, komunikasi non-verbal proxemics. Proxemics menyinggung tentang penggunaan ruang dalam suatu kebudayaan (John, dkk., 2014, h. 162). Ruang dalam berkomunikasi setiap orang berbeda-beda, seperti pada pasangan, teman, dan keluarga. Dalam berinteraksi dengan orang baru, tentua ruangnya berbeda apabila dibandingkan ketika berkomunikasi dengan teman dekat.Â
Ruang berkomunikasi dengan kenalan baru perlu diperhatikan, kita tidak mungkin langsung mendekatkan tubuh kita pada tubuh lawan bicara saat sedang berinteraksi. Kita harus menjaga jarak yang tepat. Selanjutnya, oculesics. Oculesics merupakan semacam tatapan yang digunakan saat berbicara dengan lawan bicara (John, dkk., 2014, h. 162). Saat lawan bicara sedang berbicara, sangat penting untuk kita menatap matanya.Â
Mungkin bagi seorang introvert ini merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, apalagi dapat menimbulkan rasa gugup. Tenang saja, durasi tatapan mata tidak perlu terlalu lama, sesekali kalian dapat memalingkan wajah dan kemudian menatap mereka kembali. J
ika kamu terlalu gugup untuk melihat mata lawan bicara, kamu dapat menatap ke arah dahinya saja. Hal terpenting dalam menggunakan pesan verbal adalah ekspresi, usahakan untuk tidak terlihat kaku atau bermuka datar.Â
Ketika berbicara cobalah untuk tersenyum sedikit, dengan demikian ekspresi kalian tidak akan terlihat kaku. Pesan non-verbal dalam komunikasi dapat bekerja sejalan dengan pesan komunikasi verbal (John, dkk., 2014, h. 164). Anggukan kepala, kontak mata, intonasi, dan postur tubuh bekerja dalam cara yang hampir tidak kita sadari.
Sekiranya itu adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh seorang introvert yang menghadapi situasi berkenalan dengan orang baru. Sedikit tips yang telah dipaparkan di atas merupakan pengalaman pribadi saya sendiri. Penulis sadar bahwa masih banyak hal yang kurang dan bisa ditambahkan oleh masing-masing individu. Sekiranya, tips-tips tersebut dapat membantu  orang yang memiliki kepribadian introvert dalam berkenalan dengan orang baru.
Referensi:
Baldwin, J., dkk. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. UK: John Wiley & Sons Ltd.
Dominika, Stefani Virlia (2018). Hubungan Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan Penerimaan Sosial Pada Siswa. Jurnal Konselor, 7(1), 31-39.