Mohon tunggu...
Angelita Sabrina
Angelita Sabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswi yang sedang mengemban pendidikan di Universitas Airlangga jurusan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

DBD: Tantangan dan Solusi Baru Bagi Indonesia

16 September 2024   12:22 Diperbarui: 16 September 2024   13:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam berdarah (DBD) atau dikenal juga dengan sebutan dengue merupakan penyakit yang menular dari nyamuk Aedes aegypti ke manusia. Beberapa gejala dari DBD itu sendiri adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot sendi, mual dan muntah, serta munculnya ruam di badan. DBD telah menjadi salah satu fokus utama dalam dunia kesehatan beberapa dekade ini karena tingginya atau maraknya kasus yang terjadi. Di tahun sebelumnya, tercatat terdapat lebih dari 6,5 juta kasus DBD dan lebih dari 7300 kematian akibat DBD yang dimana telah mempengaruhi lebih dari 80 negara. Di Indonesia sendiri, DBD pertama kali menyebar di tahun 1968 dan dari situlah angka kasus penyakit DBD di Indonesia terus mengalami peningkatan. Meski begitu,
meningkatnya kasus terjangkit DBD di Indonesia tidak serta merta diikuti dengan meningkatnya angka kasus kematian akibat DBD. Data membuktikan bahwa angka kematian akibat DBD di tiap tahunnya semakin menurun, dari yang awalnya sekitar 41,3% di awal munculnya penyakit DBD saat ini menjadi <1% sejak tahun 2008 hingga sekarang. Disinilah peran tenaga kesehatan dibutuhkan untuk menekan angka kasus terjangkit DBD dan mewujudkan nol kematian akibat penyakit DBD.


Salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini adalah dengan memperluas dan memperkuat pelayanan kesehatan di tingkat primer. Menurut Bhatt et al (2013) diprediksi bahwa jumlah kasus yang
sebenarnya dari DBD adalah sekitar 50 kali lebih tinggi dibanding jumlah kasus yang terlaporkan. Hal ini bisa terjadi dikarenakan minimnya kesadaran masyarakat untuk mengambil tindakan membawa dirinya ke pusat layanan kesehatan yang ada sebagai sebuah langkah kuratif. Bisa dikatakan pula ketidaksesuaian antara jumlah kasus di dunia nyata dengan jumlah kasus yang terdata adalah karena sulitnya akses layanan kesehatan primer yang juga di dukung dengan fakta bahwa di beberapa wilayah di Indonesia sulit untuk mengakses pelayanan kesehatan terdekat.


Keputusan yang bisa diambil oleh tenaga kesehatan sebagai cara untuk memperbaiki layanan kesehatan di tingkat primer adalah dengan turun langsung ke masyarakat. Tenaga kesehatan dapat mengambil data secara langsung untuk diidentifikasikan solusi yang bisa dilaksanakan. Dengan kata lain diharapkan dapat
merangkul seluruh anggota masyarakat untuk mendapatkan haknya atas kesehatan. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan para tenaga kesehatan ketika berada di lapangan adalah dengan sosialisasi program-program kesehatan mengenai DBD, seperti 3M (Menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk). Tenaga kesehatan juga dapat melaksanakan kegiatan yang melibatkan masyarakat secara
langsung seperti pemeriksaan jentik nyamuk di rumah-rumah warga sehingga masyarakat bisa mengenal lebih dekat dengan isu DBD ini yang juga dapat menanamkan kewaspadaan pada masyarakat. Yang terakhir tenaga kesehatan
melaksanakan screening kesehatan sebagai langkah preventif menanggulangi DBD dan jika terdapat warga yang menunjukkan gejala DBD dapat segera diberikan pertolongan kesehatan.


Perlu diingat juga bahwa semua upaya yang dilakukan dalam menanggulangi permasalahan DBD ini memiliki tantangan yang tentu harus dihadapi oleh berbagai pihak, baik dari pihak tenaga kesehatan maupun dari pihak masyarakat. Pentingnya seluruh dukungan dari pemerintah, baik pusat ataupun daerah, serta para mitra
dibutuhkan dalam membantu kegiatan penelitian ataupun inovasi-inovasi lainnya. Jika ditelisik, ada hal-hal krusial yang membutuhkan kerjasama semua pihak seperti dukungan komitmen dan kebijakan, dukungan informasi bagi tenaga kesehatan yang bertugas, dan yang paling penting sebagai kunci berjalannya acara adalah dukungan dari segi pembiayaan.


KATA KUNCI :Berdarah, Demam, Kesehatan, Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
RI. (2023). Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue. https://p2p.kemkes.go.id/wp-
content/uploads/2023/06/FINAL_6072023_Layout_DBD-1.pdf. [online]. (diakses tanggal 10 September 2024).


Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2023. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus. https://ayosehat.kemkes.go.id/pemberantasan-sarang-nyamuk-dengan-3mD-plus. [online]. (diakses tanggal 10 September 2024).


World Health Organization. 2024. Dengue and severe dengue. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-dengue [online]. (diakses tanggal 10 September 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun