Mohon tunggu...
Angelino Prathama Putra
Angelino Prathama Putra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berbagi; dirindukan jiwa, terhempas zaman. Mari Bergerak

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Refleksi Hari Ini: Resolusi yang Tak Kenal Momentum

15 Januari 2018   23:06 Diperbarui: 15 Januari 2018   23:27 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

15.01.2018 

"Lantas buat apa berpikir dua kali, berkali-kali?"

"resolusi/re*so*lu*si/ /rsolusi/ n putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal:rapat akhirnya mengeluarkan suatu -- yang akan diajukan kepada pemerintah"

"momentum/mo*men*tum/ /momntum/ n 1 saat yang tepat;"

***

Masih dalam suasana tahun baru, ujar-ujaran perihal resolusi tentu masih akrab saya dengar. Mulai dari menanyakan "apa resolusimu tahun ini", "bagaimana kabar resolusimu" hingga "halah.. resolusi mah tinggal resolusi". Mulai dari yang optimis, realistis hingga pesimis. Dampaknya bagi berbagai kalangan juga bermacam-macam. 

Pada awalnya saya seringkali memaknai secara bebas arti kata resolusi ini. "Re-Solusi". Kembali menemukan pemecahan masalah. Setelah dalam jangka waktu tertentu punya solusi yang salah, mungkin saja dibutuhkan sebuah solusi yang baru? Ahh itu akal-akalan imajinasi saya saja hahaha. Lantas jika merujuk dari pemaknaan KBBI, setidaknya ada dua kata yang mengena secara pribadi bagi saya. "Putusan" dan "Kebulatan". Rasa-rasanya hal ikhwal resolusi kini semakin menjadi topik yang serius dengan hadirnya kedua kata tersebut. Ya, mungkin seharusnya resolusi sudah harus dipikirkan, ditimbang dan direncanakan matang-matang untuk kemudian diputuskan. Lantas bagaimana pelaksanannya? Apakah benar-benar bisa membawa solusi?

Untuk saya pribadi, seorang yang cenderung banyak alasan, resolusi sama manisnya dengan membayangkan sebuah vakansi di luar kota ataupun mengidamkan apa jadinya masa depan (yang mapan tentunya hahaha). Sangat menarik! Sering kali saya menghabiskan waktu memikirkan konsep hingga duduk di meja berjam-jam  menyusun sejenis plot teknis demi resolusi tersebut. Setidaknya elemen "telah di pertimbangkan matang-matang" dari resolusi saya sudah tercapai, ya, setidaknya. 

Namun layaknya sebuah lamunan, membayangkan resolusi itu cuma sekedar jadi utopia (angan-angan) KETIKA saya dalam kondisi terpuruk. Ya! sangat nikmat membayangkan terwujudnya resolusi tersebut. Tentu dalam sebuah "kejatuhan" semangat untuk berubah sedang dalam tingkat maksimal. Hal ini semakin membuat angan-angan perubahan saya semakin lebih gigih dan (terkesan) tak pandang godaan. Sayangnya hukum Utilitas Marginal turut mempengaruhi kadar semangat ini dari hari ke hari. Paska perencanaan akan mulai muncul ujaran-ujaran berikut.. 

Mulai besok saya akan berubah. Ohh iya minggu depan saja, tanggung sudah tengah minggu. Mungkin supaya lebih "BULAT" saya akan mulai bulan depan. Oke ini yang terbaik, saat saya berulang tahun saya akan mulai. Sudahlah tahun depan saja yaa?

Selalu begitu, hingga 15 January 2018. Syukur kepada Tuhan, perenungan saya dalam keterpurukan(lagi) saat ini tidak berpusat pada perencanaan momentum perubahan saya. Tapi justru menyoroti "kenapa saya begini-begini aja?" Menyadari sebuah pola negatif yang (dengan bodohnya) saya ulang-ulang, kini saya mencoba mengamini resolusi yang "pernah" saya buat DAN tidak banyak berpikir(?). Yup kegiatan berpikirnya kan sudah diadakan jauh-jauh hari saat resolusi itu diangank-angankan :) Lantas buat apa berpikir dua kali, berkali-kali?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun