Kisah Lintang, Banjar, Daus dan Wicak beberapa saat lalu sempat membuat penulis masuk kedalam euforia romantisme pejuang pendidikan di negri oranje. Buku Negri Van Oranje yang belakangan telah rilis versi layar lebarnya menjadi  buku yang spesial buat saya di tahun 2015 yang lalu, pasalnya itulah buku pertama yang saya baca dan habiskan secara "swadaya" tanpa intruksi tugas, saran teman, ataupun tuntutan-tuntutan eksternal lainnya. Barulah sadar penulis, betapa rendahnya minat baca yang ia miliki selama 14 tahun (dari 19 tahun hidup penulis). Dan mengingat 19 tahun adalah waktu yang bisa dibilang lama, akhirnya saya juga sadari betapa besar kerugian yang harus saya terima Kenapa?
"Buku adalah jendela dunia"Â
Banyak dari kita pasti sudah familiar dengan kutipan tersebut. Memang terdengar seperti permainan kata yang indah atau sekedar ungkapan beberapa kalangan yang ingin mengukuhkan posisinya dengan label terpelajar. Namun makna jendela dan dunia itu sendiri sejatinya merupakan kata kunci yang jarang kita sadari kekuatannya. Lantas kenapa harus jendela dunia? Bukankah kita sudah ada di dunia? Perlukah mengintip lagi ke tempat dimana kita sejatinya sudah berada? Jawabannya adalah : Dunia terlalu luas untuk kita alami dan semesta sungguh tak terbatas. Sudahkah kita menjangkaunya semua? Betapa kecilnya "dunia" kita dan antero pengetahuan yang kita banggakan ini dibanding dunia yang sejati. Disnilah peran buku sebagai frame bagi kita untuk melihat apa yang tak terjangkau oleh mata, merasakan pengalaman yang tak di tergapai indra. Kita melihat dari kaca mata orang lain, kita belajar tentang suatu hal yang bisa saja berasal jauh dari mana kita berdiri.
Bayangkan, betapa jauhnya Negri Belanda dari tempat saya tinggal. Namun kini saya bisa sedikit lebih tahu dari kedua orang tua saya yang hidup puluhan tahun lebih dulu dari saya tentang kota bernama Leiden. Mengenalkan kegiatan membaca kepada anak sama dengan memberikan pengalaman menjelajah dan tamasya imajinatif nan atraktif yang tak ternilai jumlahnya. Kita tak memberi sebuah wujud materi atau tutorial semata kepada mereka. Ini semua berbicara tentang experience. Penulis sangat yakin rasa ingin tahu anak-anak begitu "klop" dengan kegiatan membaca. Ya mereka bisa tahu apa saja, "pergi kemana saja" dan belajar hal yang baru dari dan oleh dirinya sendiri.Â
"Baca apa saja, semua buku (atau bacaan) Â pasti berguna"
Seorang sahabat dari SMA yang juga satu perguruan tinggi dengan saya mengatakan hal tersebut ke penulis ketika saya mencoba meminta pendapat tentang bacaan "perintis" yang saya pilih. Negri Van Oranje. Ya, kenapa harus novel. Karakter saya mencoba menarik gengsi dan taste saya tentang sebuah buku bacaan yang proper dan berkelas. Pada kenyataanya penulis hanyalah seorang pemula. "Baca aja bro, semua ada gunanya" Sedikit tentang teman saya, dirinya dibesarkan di keluarga yang dekat dengan sastra dan musik. Sejauh yang saya kenal dia adalah orang yang terbuka dengan pola pikir yang luas dan punya "selera". Adakah membaca berkaitan dengan kepintaran, gaya hidup dan karakter seseorang? Ya tentu! Membaca buku adalah proses belajar yang alami. Dari sebuah kisah, teori atau paparan tentu diri kita akan mensintesis sebuah pengertian murni dari dalam pikiran kita. Entah bagaiamana caranya "sesuatu" yang kita dapatkan dari sebuah bacaan sangat lah banyak, tergantung sudut pandang pembacanya. Dari kisah inspiratif atau bahkan pada sebuah bacaan romantisme hitam hingga sebuah roman thriller semuanya bisa memilki kesan yang dapat kita pelajari dalam kehidupan. Setidaknya kita tau motif-motif pembunuhan dari novel thriller bukan? Tentu sangat berguna untuk meningkatkan kewaspadaan kita, sekenanya begitu.
"Kita tidak akan lepas dari membaca"
Memiliki kebiasaan membaca dalam arti lain membuat anda selangkah lebih lagi dari teman-teman anda dalam hal skill menjalani kehidupan. Dikantor kita membaca, di sekolah anak-anak kita nantinya akan belajar dengan membaca, koran pun dibaca, dan bahkan handphone kita pun kita gunakan dengan di baca. Begitu banyak manfaat membaca yang kita tidak sadari, dan apabila kita terbiasa melakukannya tentu kita akan sangat terbantu dalam kehidupan. Seprti ketiban durian jatuh kan? Yap belajar membaca benar-benar membawa sejuta manfaat bagi kehidupan. Tidak mau anak anda kesulitan dalam pelajaran sejarah yang hapalannya sangat banyak dan menjenuhkan? Biasakanlah kegiatan membaca sejak kini pada mereka.
"Wacana tetaplah wacana"Â
Ungkapan ini merupakan hal yang retoris bahkan bagi penulis sekalipun. Sekiranya semua orang paham betul manfaat membaca, tetap saja tidak semua gemar membaca bukan? Menurut penulis, membaca selain dapat dibangun kemauannya secara individual juga merupakan bagian dalam sebuah "budaya" atau habit. Keluarga yang memilki kebiasaan membaca tentu akan lebih mudah menghasilkan anak-anak dengan kebiasaan yang serupa. Disamping hobi dan memang suka, sesungguhnya mereka sudah mengalami manfaat besar dari membaca itu sendiri. Tentu, mereka juga ingin anak-anak mereka merasakan manfaat yang sama dengan mereka. Pada keluarga yang memandang kegiatan membaca dengan sebelah mata misalnya "kendati membaca novel lebih baik bantu mama masak", aplikasi budaya membaca pada anak-anak mereka cenderung sukar diterapkan. Disamping memang bukan prioritas utama bagi mereka, kegiatan membaca lebih sering dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu. Pola pikir inilah yang harus disiasati oleh para pembaca pemula karena saya yakin betul hal tersebut masih melekat di "sanubari" teman-teman. (Toh bila tidak, anda pasti tidak memulai membaca sekarang kan? karena sudah terbiasa sejak dulu)
"Mulailah"
Jangan terlalu banyak mikir. Atau berandai-andai dengan kebiasaan baru yang(akan) anda mulai atau ajarkan. Sehabat apapun bayangan anda ya itu hanya sekedar imaji selama anda belum memulai. Lekas bergerak! Pilih apa saja yang adna suka dan mulailah dari sana, atau pilihlah apa saja yang terdekat dengan anda dan bacalah. Mulailah dari satu buku dan fokuslah serta "rasakanlah" pengalamannya. Pastikan anda terbiasa memaksa diri anda untuk disiplin terhadap waktu baca anda. Tidak ada hal berharga yang diraih tanpa pengorbanan. Jika kemauan kita kuat untuk mencapai taraf hidup dan pengetahuan yang lebih baik, jadikan itu senjata untuk melawan kemalasan anda.
"Kita bisa karena terbiasa" namun "Menikmati bacaan tidak bisa dengan dipaksa"
Sadari sekarang, buka mata anda, lihatlah kisah orang-orang sukses diluar sana! Saya pastikan kegiatan membaca selalu ada dalam list keseharaian mereka. Mari kita coba sama-sama, penulis pun juga sedang memulai :)Â
Â
Selamat membaca..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H