Seiring berkembangnya dunia dan manusia, teknologi pun juga ikut berkembang. Hanya satu tekan pada gawai Anda, informasi langsung dapat diterima dimana dan kapan saja.
Dengan maraknya Covid-19, Anda terpaksa untuk tetap di rumah. Khususnya, si kecil yang tidak diperbolehkan ke sekolah. Mereka diwajibkan belajar secara daring dari rumah masing-masing. Tetapi apa yang terjadi setelah kegiatan belajar mereka selesai?
 Kebanyakan dari mereka pasti akan menggunakan gawai mereka untuk bermain ataupun bersosialisasi demi mengurangi dan mehibur dari rasa stres akibat terisolasi. Akan tetapi, kebiasaan bermain gawai yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah.
Misalnya, anak lupa akan kewajiban mereka. Kebanyakan bermain gawai juga dapat menghambat perkembangan bagi tubuh si kecil.Â
Menurut John Hutton, dokter anak dari Rumah Sakit Anak Cincinnati, anak-anak yang terpapar  layar gawai terlalu lama akan menghambat perkembangan otak mereka secara tidak langsung.
Maka dari itu, orang tua harus mengambil tindakan pencegahan dan sadar akan kebiasaan anak-anak saat bermain gawai demi kesehatan mereka.
1) Atur jadwal untuk membatasi anak bermain gawai
Ingat, kewajiban harus menjadi prioritas pertama. Sebelum memperbolehkan mereka bermain gawai, pastikan anak-anak telah menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah terlebih dahulu. Â Anda dapat membuat sebuah jadwal untuk mengatur waktu belajar dan bermain anak.
Selain itu, Anda juga dapat mengatur timer agar dapat membantu mengingatkan anak kapan untuk berhenti bermain.Â
Menurut The American Academy of Pediatrics, ada baiknya jika anak-anak hanya diperbolehkan bermain selama 30-60 menit per hari pada hari kerja dan 2 jam atau kurang di akhir pekan.
Khusus anak-anak yang masih berada di bawah umur 6 tahun, mereka disarankan hanya bermain gawai di bawah 1 jam per hari. Anda dapat menggunakan ini sebagai pedoman atau Anda juga dapat mengatur jadwal sendiri sesuai dengan preferensi Anda.Â
2) Tentukan konsekuensi jika anak melanggar aturanÂ
Anak-anak terkadang pasti akan melanggar aturan yang telah ditetapkan. Jika Anda membiarkan mereka tanpa ada konsekuensi apapun, pastinya mereka akan mengulang hal tersebut. Demi mencegah itu, tetapkan sebuah hukuman untuk medisiplinkan mereka.
Misalnya, anak Anda bermain melewati waktu yang telah ditentukan, Anda dapat memotong waktu bermain mereka pada sesi berikutnya. Jika mereka masih melanggar, Anda dapat melarang mereka menggunakan gawai selama beberapa hari.Â
3) Pastikan Anda tahu dan setuju mengenai konten yang diakses oleh anakÂ
Bagi  anak yang masih di bawah umur, Anda memiliki hak dan tanggung jawab untuk menuntun anak Anda terhadap konten yang pantas demi kesehatan dan keamanan mental mereka. Anda dapat langsung bertanya pada mereka atau memeriksa sejarah konten yang telah mereka akses.
Selain itu, Anda juga dapat menetapkan peraturan tambahan mengenai tipe konten yang diperbolehkan. Anda juga harus mencegah mereka dari mengakses konten yang berisi kekerasan atau seksual grafis.Â
4) Setelah penetapan aturan, pastikan peraturan terlaksana dan pantau anak AndaÂ
 Anda tidak boleh membiarkan anak Anda melanggar aturan walaupun Anda sedang merasa lelah atau sibuk. Bagaimanapun, Anda harus langsung memberi mereka hukuman jika mereka melanggar aturan yang telah ditetapkan.  Anda harus berkomitmen dan bersedia untuk melaksanakan apa yang  Anda sudah tentukan.Â
5) Â Perkenalkan aktivitas rekreasi lainnyaÂ
 Mengubah waktu bermain gawai  dengan kegiatan lainnya dapat membantu membatasi kecanduan anak Anda dalam bermain gawai.
Anda dapat melakukan hal-hal lain, seperti mengajar anak Anda berkreasi sesuatu atau melakukan permainan tanpa menggunakan gawai.
Contoh permainan-permainan kreatif tanpa penggunaan gawai dapat Anda lihat di sini: https://www.kompasiana.com/angelineharjono/5e3ac493097f362f4400d442/permainan-talk-show-yang-menarik-dan-menyenangkan-untuk-menghabiskan-waktu-luang-bersama-orang-terdekat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI