a. Menampung Air Hujan
Air hujan yang jatuh di atap bangunan dan mengalir melalui atap rumah kemudian terkumpul di talang air yang dialirkan dengan pipa menuju bak penampungan air hujan. Sampah dedaunan yang terbawa akan disaring di bagian depan bak penampung, dengan media pasir dan kerikil, sampah akan tertahan dan air hujan yang bersih akan masuk ke bak penampung (volume bak 10 m3 ). Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh maka air akan melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur resapan dengan kedalaman lubang sumur resapan sekitar 3 meter, kontruksi terbuat dari bis beton, sepanjang 2,5 meter dan resapan sekitar 0,5 meter. Air hujan didalam sumur resapan ini akan meresap melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai sumber air tanah. Bidang resapan diisi dengan kerikil dan ijuk, sebagai penyaring agar tidak terjadi kebuntuan.
b. Mengolah Air Hujan Menjadi Air Minum
Fungsi dan manfaat sistem pemanfaatan air hujan dan pengolahan air siap minum ini yaitu dapat menghemat pengunaan air tanah, menampung 10 m3 air pada saat hujan, mengurangi run off dan beban sungai saat hujan lebat, menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah, mempertahankan tinggi muka air tanah, menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah, memperbaiki kualitas air tanah dangkal, mengurangi laju erosi dan sedimentasi, mereduksi dimensi jaringan drainase, menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah intrusi air laut, mencegah terjadinya penurunan tanah, dan stok air pada musim kemarau (plus rain harvesting).
Berdasarkan hasil pengujian alat tersebut yang telah dilakukan di lapangan, menunjukkan bahwa alat pengolah air ini sangat cocok digunakan untuk kepentingan sekelompok warga di daerah pedesaan maupun perkotaan yang kualitas air tanahnya buruk dan belum mendapatkan pelayanan air bersih akan tetapi memiliki curah hujan yang tinggi di wilayahnya. Sistem ini sangat mudah baik pembuatan maupun cara pengolahannya serta biaya produksinya relatif murah. Proses pengolahan alat tersebut di atas sebenarnya merupakan proses yang lengkap, hanya dilakukan dalam bentuk yang sederhana.
2. Pengelolaan air limbah domestik (greywater) dengan menggunakan Ecotech Garden
Pengelolaan air limbah domestik (greywater) dengan menggunakan Ecotech Garden dapat menurunkan nilai emisi CO2 dan eutrofikasi. Hal ini dilakukan karena air limbah adalah penyumbang emisi CO2 kedua setelah pemompaan yaitu sebesar 17,1 kg CO2-eq dengan persentase 29,14%. 80 % air yang didistribusikan dibuang begitu saja tanpa pengolahan. Hal ini dapat terus meningkatkan emisi karbon jika tidak diolah dengan baik. Pengolahan greywater dapat menggunakan EcotechÂ
Garden yang bertujuan mengurangi unsur pencemar dan bau dari greywater, meningkatkan nilai estetika lingkungan serta memberi nilai ekonomi dari bibit bunga yang dihasilkan tanaman. Ecotech garden menggunakan tanaman hias liar sebagai peyerap greywaater. Tumbuhan yang digunakan adalah Arrowhead (Sagita japonica), Melati air, Pontederia Cordata, Cana air, Cyperus Papyrus, dan Typha Agustifolia. Nitrogen dan fosfor diserap tanaman untuk pertumbuhan, selain itu juga dapat menurunkan zat pencemar seperti BOD, COD, detergen, bakteri patogen, serta menghilangkan bau dan menjernihkan air. Ecotech garden dapat diterapkan secara individual pada setiap rumah atau apabila lahan dapat dibuat kolektif, yang merupakan taman pada kompleks perumahan.
Sumber Rujukan :
Apritama, M. R., Suryawan, I. K., & Adicita, Y. (2020). Analisis Hidrolis dan Jejak Karbon Jaringan Distribusi Air Bersih di Pulau Kecil Padat Penduduk (Pulau Lengkang Kecil, Kota Batam). Jurnal Teknologi Lingkungan, 21(2), 227-235.
KELAIR BPPT. Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) dan Pengolahan Air Siap Minum (ARSINUM). http://www.kelair.bppt.go.id. [Diakses pada 7 Desember 2020].