Diskriminatif adalah sikap yang membedakan perlakuan terhadap sesama berdasarkan ras maupun lainnya, intinya perlakuannya dibeda -- bedakan. Padahal dalam suatu negara pasti tidak lepas dari perbedaan baik itu agama, budaya, maupun lainnya.Â
Semua tergantung bagaiman kita menyikapi perbedaan itu. Perbedaan bukan masalah, melainkan keindahan dalam kehidupan bersama agar membuat kita bersatu.Â
Saat ini marak terjadi diskriminasi kepada sesama, seperti kasus seorang pelajar perempuan berinisial NWA tahun 2017 silam. Pelajar berinisial NWA ini merupakan calon peserta didik yang mendaftar ke SMPN 3 Genteng Banyuwangi yang ditolak karena perbedaan agama. Pihak sekolah mewajibkan NWA mengenakan jilbab meskipun ia beragama nonmuslim. Bukankah ini dapat dikatakan sangat tidak adil?
Dimana seharusnya anak berhak bersekolah, bermain, berkreatif dan memenuhi tumbuh kembang dengan dilindungi dari kekerasan. Hal ini sesuai dengan ratifikasi Konvensi Hak Anak dan Undang -- Undang Dasar 1945, semua orang termasuk anak -- anak dijamin seluruh haknya tanpa diskriminasi termasuk kebebasan bersekolah.Â
Ini malah terhambat hanya karena perbedaan agama. Memang pada kasus tersebut akhirnya Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas marah menyikapi kasus tersebut, dan turun tangan meminta kepala dinas pendidikan daerah setempat membatalkan aturan wajib berjilbab yang diterapkan berdasarkan inisiatif pimpinan SMPN 3 Genteng tersebut. Juga meminta pihak dinas pendidikan memberi sanksi pada kepala sekolah itu, tetapi bukankah ini diharapkan tidak terjadi lagi?
HAM bersifat universal yang berarti berlaku untuk semua orang tanpa memandang jabatan, warga negara, wilayah, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Lantas mengapa masih marak perlakuan yang dibedakan antar sesama?Â
Terutama perbedaan agama, bukankah pada sila pertama disebutkan "Ketuhanan yang Maha Esa"? Begitupun dengan semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang artinya "berbeda -- beda tetapi tetap satu". Indonesia terdiri atas banyak pulau yang tentunya terdiri atas banyak suku, budaya, agama, dan lainnya.Â
Sedangkan saat ini banyak sikap diskriminasi yang terjadi terutama antar pelajar, memang kelihatannya hanya masalah sepele jika hanya antar pelajar seperti hanya mengolok -- olok agama yang dianutnya. Bukankah kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada orang lain? Seperti memaksa yang lain untuk menganut agama yang diakui dan dipercayainya. Lantas mengapa masih banyak sikap diskriminasi di negara kita ini?
Apakah ini karena mayoritas dan minoritas yang ada? Seharusnya perbedaan yang ada bukanlah sebuah alasan untuk membedakan atau mendiskriminasikan.Â
Justru perbedaan itulah yang membuat manusia menjadi unik, karena dengan perbedaan ini harusnya bisa jadi pemersatu dalam hidup bersama.Â
Diharapkan kasus diskriminasi terhadap agama minoritas ini maupun kasus diskriminasi lain tidak akan terjadi lagi baik tahun sekarang maupun tahun kedepannya. Hargai perbedaan, berbeda itu unik, stop diskriminasi!
Salam minoritas :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H