Memasuki masa transisi antara dunia sekolah dan dunia perkuliahan tentunya akan membuat mahasiswa baru merasa stress dan mengalami depresi. Hal ini dikarenakan terdapat banyak perbedaan yang mengharuskan mereka untuk beradaptasi. Misalnya, perbedaan antara jam kuliah dengan sekolah, tidak adanya kehadiran orang tua, perbedaan mata pelajaran yang lebih sulit, menjadi anak kos yang mengharuskan mereka untuk melakukan apapun sendirian. Serta adanya jarak diantara keluarga, teman, dan sahabat disekolah tentunya akan menimbulkan rasa kesepian dan kerinduan akan dukungan sosial yang biasa mereka dapatkan sebelumnya.Â
Segala perubahan yang terjadi, baik dari segi lingkungan, norma, sosial, budaya, dan iklim dapat menjadikan faktor pemicu terjadinya homesick. Hal ini tentunya sering terjadi pada mahasiswa baru yang pergi merantau sehingga harus merasakan perpisahan dengan orang terdekat mereka. Perpisahan tersebut dapat menimbulkan perasaan seperti: kesedihan, kecemasan, putus asa, ataupun nostalgia (Paxman & Thomas, 2015). Homesick sendiri merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan perasaan kerinduan yang kuat terhadap tempat asal (rumah) seseorang.Â
Menurut Kegel (2009) homesickness dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor interpersonal berupa kematangan emosi. Kematangan emosi merupakan seberapa baik respon individu dalam menghadapi sesuatu dan mengontrol emosi serta berperilaku secara dewasa ketika menghadapi masalah dengan orang lain. Perasaan homesick ini juga dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan mental dan fisik para mahasiswa baru, dikarenakan dapat mengganggu konsentrasi, memperburuk suasana hati, kehilangan motivasi untuk belajar, penurunan imun tubuh, merasa terisolasi, dll. Kondisi lingkungan baru merupakan awal mula mereka untuk menyesuaikan diri terhdap perbedaan budaya. Banyak mahasiswa yang merasa kesulitan untuk beradaptasi di lingkungan baru dan mereka dipaksa untuk menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya dan asas-asas yang berlaku.
Tak hanya itu, banyak permasalahan yang harus mereka hadapi misalnya culture shock, sulit berkomunikasi dengan orang lain, beradaptasi dengan tugas perkuliahan, belum menemukan teman yang sehat, dll. Dalam hal ini, dukungan sosial juga menjaadi aspek yang penting untuk mendukung mahasiswa dalam beradaptasi yang bisa diperoleh dari teman, keluarga, organisasi, dan pasangan. Dukungan sosial tersebut berupa perasaan nyaman, diperhatikan, dan perasaan terbantu yang berasal dari seseorang atau kelompok kepada individu (Sarafiano & Smith, 2011: 81). Mahasiswa yang memiliki teman yang baik untuk mencurahkan isi hatinya cenderung tidak terlalu merasakan homesickness.
Solusi untuk mengatasi homesick pada mahasiswa rantau yang jauh dari rumah yaitu dengan memberikan pengertian dan pemahaman pada diri sendiri. Mereka harus menyadari bahwa dengan pergi merantau akan memiliki tujuan yang baik yaitu untuk melanjutkan studi dan menata masa depan yang lebih baik lagi. Mereka juga harus berani untuk mencoba hal-hal baru meskipun hal tersebut tentunya sulit untuk dilakukan. Menyibukkan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti: mengikuti organisasi kampus, UKM, volunteer, dan kegiatan bermanfaat lainnya baik di dalam maupun diluar kampus.Â
Pentingnya memiliki prasangka yang baik terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar juga membantu kita dalam mengatasi perasaan homesick. Dengan menyadari bahwa dengan merantau dapat membuat kita menjadi lebih mandiri kedepannya, bisa memanajemen waktu dengan baik, membantu kita untuk tidak mengandalkan orang lain, dan menguatkan mental dalam beradaptasi di lingkungan baru pada dunia perkuliahan.Â
Cara mudah yang dapat kita lakukan untuk mengatasi perasaan homesick yaitu:Â
Menghubungi teman atau keluarga melalui video call dan menceritakan segala sesuatu yang terjadi, dengan berbagi cerita dan mendengarkan suara mereka dapat membuat kita merasa lebih dekat.
Melihat foto bersama keluarga atau teman, tempat-tempat favorit di kampung halaman, dan benda-benda yang dapat membantu mengobati rasa rindu kita.
Bergabung dengan komunitas yang mana orang-orang di komunitas tersebut berasal dari kampung halaman yang sama. Hal ini dapat membuat kita merasa lebih diterima dan memiliki lingkungan yang familiar.
Memasak makanan khas kampung halaman serta menikmatinya dapat sedikit menghilangkan rasa rindu terhadap kampung halaman.
Meluangkan waktu untuk menjelajahi lingkungan baru dapat membuat kita merasa lebih nyaman.
Aktif mengikuti kegiatan dan melakukan hal yang kita sukai untuk mengalihkan perasaan homesick tersebut.
Menyadari bahwa perasaan rindu terhadap kampung halaman merupakan perasaan yang normal dan akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu.
Perasaan homesick atau rindu kampung halaman adalah sesuatu yang wajar dan normal ketika seseorang berada di lingkungan baru yang asing. Perasaan homesick tersebut bersifat sementara dan akan berlalu seiring dengan berjalannya waktu. Itulah hal-hal yang berkaitan dengan perasaan homesick dan adaptasi di lingkungan baru. Semoga hal-hal tersebut akan bermanfaat dan membantu mengatasi perasaan homesick kalian.
DAFTAR PUSTAKA
Normadiyani, H., Apsari, D. Z., Adinda Aulia Rahma, Aulia, A. Z., Salsabilla, M. S., Rahayu, W., Sukmawati, D., & Mardiah, R. (2024, 01). Analisa Struggle Homesick saat Menjadi Mahasiswa Baru Prodi Psikologi UNNES 2023, 3, 12-17.
Rahayu, A. F., Aidi, B., Rizki, M. M., & Mardagi, A. M. (2021, 04 28). Hubungan Kemampuan Adaptasi Dan Tempat Tinggal dengan Tingkat Depresi pada Mahasiswa Baru, 3, 2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H